Rabu, 10 Oktober 2012

materi pembelajaran bahasa jepang



 
Bab 1
Sistem Menulis Bahasa Jepang



Huruf-huruf yang digunakan
 Suara-suara yang ada pada bahasa Jepang dituliskan menggunakan hiragana dan katakana. Keduanya secara kolektif disebut kana. Setiap huruf hiragana memiliki pasangannya pada katakana, sebagaimana huruf kecil pada bahasa Indonesia memiliki padanan huruf besarnya. Jumlah hiragana dan katakana masing-masing tidak sampai 50. Semuanya sebetulnya adalah huruf China yang disederhanakan dan diadopsi untuk keperluan fonetis.

Huruf China, disebut kanji oleh orang Jepang, juga digunakan secara ekstensif pada bahasa tertulis. Sebagian besar kata (nomina, verba, adjektiva) ditulis menggunakan kanji. Secara historis ada lebih dari 40.000 kanji, namun 2.000 huruf sudah mencakup lebih dari 95% kanji yang digunakan di bahasa Jepang modern. Tidak ada spasi di bahasa Jepang, jadi kanji diperlukan untuk mengetahui batas kata dalam suatu kalimat. Kanji juga berguna untuk membedakan homofon, yang muncul cukup sering karena jumlah suara di bahasa Jepang terbatas.

Hiragana terutama digunakan untuk keperluan tata bahasa. Kita akan melihat fungsi tersebut saat mempelajari partikel. Kata-kata yang kanjinya susah atau jarang dipakai, istilah percakapan, dan onomatop juga ditulis dengan hiragana. Hiragana juga sering menggantikan kanji untuk pelajar bahasa Jepang pemula dan anak-anak.

Walaupun katakana melambangkan suara-suara yang sama dengan hiragana, katakana umumnya dipakai untuk menuliskan kata-kata modern yang diimpor dari negara-negara barat. Ini karena kata-kata tersebut tidak memiliki kanji. Tiga bab berikutnya akan membahas hiragana, katakana, dan kanji.
Intonasi
 Di bab berikutnya, akan dibahas panjang lebar bahwa tiap huruf hiragana (dan berarti juga katakana) sudah melambangkan suatu suku kata, kecuali huruf hiragana 「ん」 (dan katakana 「ン」). Sebagai contoh, huruf 「り」melambangkan suku kata "ri" dan huruf 「さ」 melambangkan suku kata "sa". Ini bisa dibandingkan dengan bahasa Indonesia, yang perlu menggabungkan huruf konsonan dan vokal untuk membentuk suku kata tersebut. Sistem seperti hiragana membuat pengucapan menjadi jelas dan tidak ambigu. Namun, kesulitannya terdapat pada intonasi.

Membedakan suara tinggi dan rendah adalah hal yang penting bagi bahasa Jepang lisan. Sebagai contoh, homofon bisa memiliki tinggi rendah suara yang berbeda sehingga jika diucapkan bunyinya berbeda walaupun bentuk tertulisnya sama. Halangan terbesar untuk berbicara dengan benar dan alami adalah masalah intonasi. Banyak murid yang berbicara tanpa memperhatikan intonasi sehingga terdengar tidak alami (terkenal di Jepang sebagai logat luar negeri). Akan menyulitkan jika kamu berusaha menghafal intonasi tiap kata, apalagi karena intonasi bisa berubah bergantung konteks dan logat wilayah. Satu-satunya cara yang praktis untuk menguasainya adalah dengan latihan meniru orang Jepang berbicara lewat acara anime, drama, dan media-media lainnya.
Yang dibahas di bagian ini
Hiragana - Alfabet fonetis utama bahasa Jepang. Digunakan terutama untuk keperluan tata bahasa. Bisa juga digunakan untuk menunjukkan cara membaca kanji yang susah bahkan malah menggantikannya. Bab ini akan membahas semua huruf hiragana.
Katakana - Alfabet yang pada umumnya digunakan untuk menuliskan kata serapan yang tidak memiliki kanji. Bab ini akan membahas semua huruf katakana.
Kanji - Pengadopsian sistem menulis China untuk bahasa Jepang. Bab ini membahas sifat-sifat umum kanji dan beberapa strategi untuk mempelajari kanji (dengan benar).











































Bab 2
Struktur tata bahasa dasar

Setelah belajar menulis bahasa Jepang, kita bisa mulai membahas tata bahasa dasarnya. Bagian ini terutama meninjau semua jenis kata: nomina, adjektiva, verba, dan adverbia. Bagian ini juga akan menjelaskan bagaimana menggabungkan jenis-jenis kata tersebut menggunakan partikel untuk membentuk kalimat yang baik. Setelah menyelesaikan bagian ini, kamu akan mendapat pemahaman dasar tentang cara kerja bahasa Jepang dan tentang cara mengekspresikan hal-hal sederhana menggunakan bahasa Jepang.

Isi bagian ini
Menyatakan "adalah" dan "bukanlah" - Kita akan belajar menyatakan keadaan benda: apakah sesuatu memang sesuatu atau bukan sesuatu.
Pengenalan pada partikel (は、も、が) - Bab ini menjelaskan cara menyatakan hubungan antar bagian kalimat dengan partikel topik maupun pengidentifikasi 「は」、「も」、dan 「が」.

Adjektiva
- Mengulas sifat-sifat utama adjektiva. Kita akan belajar cara menggambarkan nomina dengan memodifikasinya langsung maupun dengan menggunakan partikel.

Dasar-dasar verba
 - Mengulas sifat-sifat utama verba. Di bagian ini pengelompokan verba akan dibahas sehingga memungkinkan kita belajar aturan konjugasinya dengan mudah.

Bentuk negatif verba
 - Membahas konjugasi negatif untuk verba. Kita akan belajar merubah kalimat "Saya akan pergi." menjadi "Saya tidak akan pergi."
Bentuk lampau verba
 - Mengajarkan aturan konjugasi bentuk lampau verba. Kita akan belajar merubah kalimat "Saya akan pergi." menjadi "Saya waktu itu pergi."
Partikel untuk verba (を、に、へ、で)
 - Bab ini mengulas partikel-partikel yang paling sering dikaitkan dengan verba. Kita akan belajar partikel objek langsung (を), partikel target (に), partikel arah (へ), dan partikel konteks (で).

Verba transitif dan intransitive
 - Kita akan belajar verba transitif dan intransitif beserta penggunaan partikel-partikel yang sesuai untuknya.
Klausa subordinat deskriptif dan urutan kata pada kalimat
- Kita akan belajar memodifikasi nomina dengan verba atau klausa nomina terkonjugasi untuk membuat kalimat-kalimat yang lebih rumit.

Partikel yang berkaitan dengan nomina (と、や、とか、の)
 - Kita akan belajar partikel yang berkaitan dengan nomina (と、や、とか、の). Substitusi nomina umum juga akan dibahas yang memungkinkan kita membuat hampir apapun menjadi topik. Penggunaan 「の」 untuk mengimplikasikan penjelasan juga akan dibahas.

Menggunakan adverbia dan gobi - Bab yang singkat dan mudah sebagai penutup bagian ini. Bab ini mengulas cara mengubah adjektiva menjadi adverbia. Bab ini juga memperkenalkan dua akhiran kalimat yang sangat sering muncul dan berguna.

Menyatakan sesuatu memang sesuatu menggunakan 「だ」

Di bahasa Jepang, kita bisa menyatakan bahwa sesuatu memang seperti itu dengan menempelkan hiragana 「だ」 hanya ke nomina (kata benda) atau adjektiva-na (kata sifat na). Kamu akan mengerti maksud dari batasan tersebut saat nanti kita belajar berbagai macam adjektiva.

Kalau ingin sedikit analogi, bayangkan fungsi 「だ」 sebagaimana kata "adalah" pada kalimat "ini adalah ikan". Kata "adalah" menegaskan bahwa benda yang kita tunjuk itu memang merupakan ikan. Untuk adjektiva, kata yang lebih cocok adalah "bersifat", contohnya pada kalimat "dia bersifat cantik".
Menyatakan bahwa sesuatu memang begitu menggunakan 「だ」
Tempelkan 「だ」 ke nomina atau adjektiva-na
(1) 魚。 - Ikan.
(2) 魚だ。 - Adalah ikan.
(3) きれい。 - Cantik.
(4) きれいだ。 - Bersifat cantik.

Gampang. Bisa dilihat bahwa fungsi 「だ」 adalah menyatakan keadaan benda positif. Namun ingatlah hal berikut:Keadaan benda bisa dinyatakan tanpa menggunakan 「だ」!


Ini bukanlah hal yang asing juga di bahasa Indonesia. Di bahasa kita sendiri, kalimat "ini ikan" sudah bisa dimengerti tanpa perlu kata "adalah". Pada bahasa Indonesia, kata "adalah" membuat kalimatnya terdengar lebih formal sehingga penggunaannya lebih untuk bahasa tertulis maupun pidato. Tidak ada aspek jenis kelamin maupun kesopanan. Namun di bahasa Jepang nuansa yang diberikan jauh berbeda. Keberadaan 「だ」 membuat kalimatnya terdengar lebih tegas, memaksa, dan dengan kata lain deklaratif. Oleh karenanya, yang lebih sering menggunakan 「だ」 di akhir kalimat adalah laki-laki. Di bahasa Jepang, gaya bahasa tegas juga berarti tidak sopan. Oleh karenanya, saat nanti belajar gaya bahasa sopan kita akan melihat bahwa 「だ」 tidak digunakan sebagai akhiran kalimat. Terakhir, karena 「だ」 hanya digunakan untuk membuat pernyataan, kamu tidak bisa menggunakannya saat bertanya.

Deklaratif 「だ」 juga diperlukan di berbagai konstruksi yang mengharuskan keadaan benda dinyatakan dengan jelas. Ada juga kasus-kasus di mana kamu tidak boleh menempelkannya. Semuanya cukup merepotkan tapi untuk saat ini kamu belum perlu memikirkannya.
Konjugasi bentuk negatif

Di bahasa Jepang, bentuk negatif dan lampau dinyatakan melalui perubahan bentuk atau konjugasi. Nomina dan adjektiva bisa dikonjugasi ke bentuk negatif untuk menyatakan bahwa sesuatu bukan X dan ke bentuk lampau untuk menyatakan bahwa sesuatu dulunya X. Mungkin kedengarannya aneh, tapi konjugasi-konjugasi tersebut tidak memiliki konotasi deklaratif sebagaimana 「だ」. Di bab lain kita akan belajar bagaimana menggabungkan konjugasi tersebut dengan 「だ」 untuk membuatnya deklaratif.

Pertama, untuk bentuk negatif, kamu hanya perlu menempelkan 「じゃない」 ke nomina atau adjektiva-na. Pada bahasa Indonesia, ini akan menjadi "bukan" seperti pada "ini bukan ikan" atau "tidak" seperti pada "dia tidak cantik".
Aturan konjugasi untuk bentuk negatif
Tempelkan 「じゃない」 ke nomina atau adjektiva-na
(例) 友達  友達じゃない (bukan teman)
(例) きれい  きれいじゃない (tidak cantik)


Contoh
 (1) 魚じゃない。- Bukan ikan.
(2) 学生じゃない。- Bukan murid.
(3) 静かじゃない。- Tidak hening.
Konjugasi bentuk lampau

Di bahasa Indonesia, untuk menyatakan keadaan di masa lalu digunakan keterangan waktu seperti "tadi", "tahun lalu", "dulu", dan "waktu itu". Contohnya adalah "ujiannya kemarin mudah". Di bahasa Jepang, yang diperlukan adalah merubah katanya ke bentuk lampau. Pada contoh sebelumnya, "mudah" harus dikonjugasi ke bentuk lampau. Jadi walaupun kamu sudah menggunakan keterangan waktu, kamu tetap harus merubah katanya ke bentuk lampau.

Untuk mengatakan bahwa sesuatu dulunya sesuatu, 「だった」 ditempelkan ke nomina atau adjektiva-na. Kita akan secara bebas menggunakan penanda waktu "dulu" maupun "waktu itu" sebagai terjemahannya.

Untuk mengatakan bentuk negatif lampau (dulunya bukan), bentuk negatifnya dikonjugasi menjadi bentuk negatif lampau dengan membuang 「い」 dari 「じゃない」 dan menambahkan 「かった」.
Aturan konjugasi untuk bentuk lampau
Bentuk lampau: Tempelkan 「だった」 ke nomina atau adjektiva-na
(例) 友達  友達だった (dulu teman)
(例) きれい  きれいだった (dulu cantik)
Bentuk lampau negatif: Konjugasikan nomina atau adjektiva-na ke bentuk negatif lalu ganti 「い」 pada 「じゃない」 dengan 「かった」
(例) 友達  友達じゃない 友達じゃなかった (dulu bukan teman)
(例) きれい  きれいじゃない きれいじゃなかった (dulu tidak cantik)

(1) 魚だった。- Dulunya ikan.
(2) 学生じゃなかった。- Dulu bukan murid.
(3) 静かじゃなかった。- Waktu itu tidak hening.



Ringkasan

Kita telah belajar mengkonjugasikan keadaan benda ke empat bentuk yang mungkin. Berikutnya kita akan belajar beberapa partikel, yang memungkinkan kita memberikan peran pada kata. Inilah tabel ringkasan konjugasi yang dipelajari di bab ini.

Ringkasan konjugasi keadaan benda      Positif   Negatif
Taklampau          魚(だ)           Adalah ikan        魚じゃない     Bukan ikan
Lampau                魚だった           Dulu ikan             魚じゃなかった           Dulu bukan ikan



Latihan menyatakan "adalah" dan "



Isi bab ini
Kosakata bab ini
Latihan konjugasi 1
Latihan konjugasi 2
Latihan tanya jawab

Kosakata bab ini
 Pada soal-soal di bab ini, kita akan berlatih konjugasi keadaan benda yang baru saja dipelajari. Tapi sebelumnya, kamu mungkin ingin mempelajari atau mengulas nomina-nomina berguna berikut yang akan dipakai di soal-soalnya.
Kanji
Untuk kemudahanmu, saya telah mendaftar kanji-kanji yang digunakan pada kosakata bab ini. Pranalanya akan membawa kamu ke diagram urutan guratannya. Namun, arah guratannya tidak ditunjukkan dengan jelas (walaupun kamu bisa menebak dari animasinya) jadi ceklah kamus atau sumber lain kalau kamu tidak yakin. Saya menyarankan berlatih kanji dalam konteks penggunaan nyatanya (contohnya pada penggunaannya untuk kosakata bab ini).
- orang
- anak
- kecil
- tengah
- besar
- teman
- hidup
- duluan
- belajar
- sekolah
- tinggi
- mobil
- menemani
- mencapai
Kosakata
Inilah daftar kata-kata yang mungkin dipakai di soal-soalnya.
うん - kata santai untuk "iya" (ya, he eh)
ううん - kata santai untuk "tidak" atau "bukan" (nggak)
これ - ini
それ - itu
あれ - itu yang jauh di sana
こう - seperti ini
そう - seperti itu
【ひと】 - orang
大人 【おとな】 - orang dewasa
子供 【こども】 - anak/anak kecil
友達 【ともだち】 - teman
【くるま】 - mobil
学生 【がくせい】 - murid
先生 【せんせい】 - guru
学校 【がっこう】 - sekolah
小学校 【しょうがっこう】 - SD
中学校 【ちゅうがっこう】 - SLTP/SMP
高校 【こうこう】 - SMA/SMU
大学 【だいがく】 - universitas
Latihan konjugasi 1
 Kita sekarang akan berlatih konjugasi keadaan benda secara berurutan. Ambil tiap nomina dan konjugasikan ke bentuk berikut: deklaratif, negatif, lampau, lalu negatif lampau.

Contoh: 人だ、人じゃない、人だった、人じゃなかった
1. これ
deklaratif            =             
negatif =             
lampau =             
negatif lampau =             


2. 大人
deklaratif            =             
negatif =             
lampau =             
negatif lampau =             


3. 学校
deklaratif            =             
negatif =             
lampau =             
negatif lampau =             


4. 友達
deklaratif            =             
negatif =             
lampau =             
negatif lampau =             


5. 学生
deklaratif            =             
negatif =             
lampau =             
negatif lampau =             



Pada latihan kedua ini, kita akan benar-benar menguji pengetahuan konjugasi dan juga kosakatamu dengan menerjemahkan beberapa kalimat bahasa Indonesia sederhana. Ingatlah bahwa walaupun keadaan benda positif taklampau sebetulnya bisa dinyatakan hanya dengan menyebutkan katanya, untuk latihan ini kita akan selalu membuatnya deklaratif. Jangan lupa bahwa ini menghasilkan kalimat yang terdengar tegas.

Contoh: Adalah murid. 学生だ。
1. Adalah universitas.              
2. Bukan SMU.             
3. Dulunya guru.                         
4. Adalah orang dewasa.                        
5. Waktu itu bukan anak kecil.             
6. Waktu itu seperti ini.                          
7. Dulu bukan itu (yang jauh di sana).               
8. Bukan SMP.             
9. Adalah teman.                       
10. Waktu itu bukan mobil.                   
11. Dulunya ini.                          
12. Bukan seperti itu.    

Di latihan terakhir ini, kita akan berlatih menjawab pertanyaan sederhana menggunakan keadaan benda. Jawaban ya atau tidak (うん atau ううん) akan diberikan dan tugas kamu adalah melengkapi sisa kalimatnya. Kita juga akan berlatih memerankan laki-laki dan perempuan dengan baik, sehingga untuk keperluan itu diasumsikan bahwa semua laki-laki menggunakan deklaratif 「だ」 agar terdengar tegas dan semua perempuan menjauhinya agar terdengar halus. (kenyataannya tidak semutlak itu)

Contoh:
Q) 学生?
A) ううん、学生じゃない。
Q1) 友達?
A1) うん、。 (perempuan)

Q2) 学校?
A2) ううん、。

Q3) それだった?
A3) ううん、。

Q4) そう? (Apa benar begitu?)
A4) うん、。 (laki-laki)

Q5) これ?
A5) ううん、。(bendanya di luar jangkauan pembicara, tapi tidak terlalu jauh)

Q6) 先生だった?
A6) うん、。

Q7) 小学校だった?
A7) ううん、。

Q8) 子供?
A8) うん、。 (perempuan)
































Bab 3
Partikel-partikel dasar



Isi bab ini
Menentukan peran kata dengan partikel
Partikel topik 「は」
Partikel inklusif 「も」
Partikel identifikasi 「が」

Menentukan peran kata dengan partikel

Memanfaatkan apa yang telah dipelajari di bab sebelumnya, kita sekarang akan menghubungkan suatu nomina dengan nomina lain. Ini dilakukan dengan sesuatu yang disebut partikel. Partikel adalah satu atau dua huruf hiragana yang ditempelkan ke akhir kata untuk menentukan peran kata tersebut di kalimat. Menggunakan partikel yang benar sangatlah penting sebab arti kalimat bisa berubah drastis hanya dengan mengganti partikelnya. Contohnya, kalimat "Ikan makan." bisa menjadi "Makan ikan." hanya dengan mengganti satu partikel.
Partikel topik 「は」

Partikel pertama yang akan kita pelajari adalah partikel topik. Pada intinya, partikel topik menunjukkan apa yang sedang kamu bicarakan, dengan kata lain topik kalimatmu. Sebagai contoh, misal seseorang mengatakan "Bukan murid." Ini adalah kalimat yang sudah benar pada bahasa Jepang, namun tidak jelas siapa yang sedang dibicarakan kecuali kita mengikuti pembicaraannya dari awal. Nah, dengan partikel topik kita bisa menyatakan apa yang sebetulnya dibicarakan. Partikel ini adalah huruf 「は」. Perlu diingat bahwa walaupun partikel topik menggunakan huruf hiragana "ha", saat digunakan sebagai partikel topik pengucapannya selalu "wa".Saat digunakan sebagai partikel topik, 「は」 dibaca "wa"!

Contoh 1
 ジャヤ: リナは学生?- Apakah kamu (Rina) murid?
リナ: うん、学生。- Ya, saya murid.

Di sini, Jaya menggunakan 「は」 untuk menyatakan bahwa pertanyaannya adalah tentang Rina. Perhatikan bahwa Jaya tidak menggunakan 「だ」 di akhir pertanyaan, karena memang 「だ」 tidak boleh digunakan untuk membuat pertanyaan. Berikutnya, perhatikan bahwa Rina tidak menyebutkan topik apapun di jawabannya. Topiknya telah dibuat jelas oleh Jaya, sehingga Rina tidak perlu mengulangnya lagi. Terakhir, walaupun Rina tidak menggunakan deklaratif 「だ」, mungkin pengguna laki-laki akan lebih memilih untuk menggunakannya supaya terdengar tegas.
Contoh 2
 ジャヤ: アンドレは明日?- Apakah Andre besok?
リナ: 明日じゃない。- Bukan besok.

Karena konteksnya kurang, kita tidak punya informasi cukup untuk sepenuhnya memahami percakapan ini. Tentu saja, tidak mungkin bahwa yang dimaksud itu "Andre adalah besok." karena seseorang tidak mungkin menjadi "besok". Kalau ada konteksnya, asalkan kalimatnya berhubungan dengan Andre dan besok, artinya bisa bermacam-macam. Contohnya, mereka bisa saja membicarakan tentang kapan ujian diselenggarakan.
Contoh 3
 リナ: 今日は試験だ。- Hari ini ujian.
ジャヤ: アンドレは? - Bagaimana mengenai Andre?
リナ: アンドレは明日。 - Andre besok. (Mengenai Andre, ujiannya besok.)

Kita harus sadar bahwa konsep topik sangatlah umum. Suatu topik bisa saja secara tidak langsung mengacu pada suatu benda atau aksi lain. Sebagai contoh, pada kalimat terakhir contoh di atas, walaupun kalimatnya membicarakan mengenai kapan ujian untuk Andre, kata "ujian" tidak disebutkan!

Di akhir bab ini kita akan melihat suatu partikel yang mengikat kata secara lebih kencang ke kalimat yaitu partikel identifikasi.
Partikel inklusif 「も」

Partikel lain yang sangat mirip dengan partikel topik adalah partikel topik inklusif. Fungsinya pada dasarnya sama dengan partikel topik namun dengan arti tambahan "juga". Intinya, partikel tersebut menambahkan topik baru ke topik sebelumnya. Partikel topik inklusif ini adalah 「も」 dan cara yang paling baik untuk memahaminya adalah dengan contoh:
Contoh 1
 ジャヤ: リナは学生?- Apakah kamu (Rina) murid?
リナ: うん、ヘリも学生。- Ya, dan Heri juga murid.

Perhatikan bahwa Rina harus konsisten dengan inklusinya. Tidak masuk akal untuk mengatakan "Saya murid, dan Heri juga bukan murid." Untuk kasus tersebut Rina akan menggunakan partikel 「は」 untuk menghilangkan makna inklusi seperti pada contoh berikut:
Contoh 2
 ジャヤ: リナは学生?- Apakah kamu (Rina) murid?
リナ: うん、でもヘリは学生じゃない。- Ya, tapi Heri bukan murid.
Contoh 3
 Ini juga salah satu kemungkinan:
 ジャヤ: リナは学生?- Apakah kamu (Rina) murid?
リナ: ううん、ヘリも学生じゃない。- Bukan, dan Heri juga bukan murid.

Kenapa Rina tiba-tiba membicarakan Heri, padahal Jaya hanya menanyakan Rina? Mungkin Heri sedang berdiri di sampingnya dan Rina ingin mengikutsertakannya dalam pembicaraan.
Partikel identifikasi 「が」

Kita bisa membuat topic menggunakan partikel 「は」 dan 「も」. Tapi bagaimana kalau kita tidak tahu topiknya? Bagaimana kalau saya ingin bertanya, "Siapa yang murid?". Kita perlu pengidentifikasi karena saya tidak tahu siapa muridnya. Kalau saya menggunakan partikel topik, maka pertanyaannya akan menjadi "Apakah siapa murid?", seakan-akan "siapa" adalah nama seseorang. Hal tersebut tidak masuk akal karena "siapa" itu sebetulnya bukan orang nyata.

Di sinilah partikel 「が」 berfungsi. Kadang-kadang 「が」 juga disebut partikel subjek tapi saya benci istilah tersebut karena konsep "subjek" di bahasa Indonesia jauh berbeda dengan fungsi 「が」. Saya kukuh akan menyebutnya partikel identifikasi karena memang itu fungsi sebenarnya, menunjukkan bahwa pembicara ingin mengidentifikasi sesuatu yang tidak diketahui.
Contoh 1
 ジャヤ: 誰が学生?- Siapa yang murid?
リナ: アンドレが学生。- Andre adalah yang murid.


Jaya ingin mengidentifikasi siapa yang merupakan murid di antara kandidat-kandidat yang mungkin. Rina menjawab bahwa orangnya adalah Andre. Perhatikan bahwa Rina bisa saja menjawab dengan partikel topik yang berarti bahwa, berbicara tentang Andre, dia tahu bahwa Andre adalah seorang murid (mungkin bukan si murid yang dicari). Perbedaannya bisa dilihat di contoh berikutnya.
Contoh 2
 (1) 誰が学生? - Siapa yang murid?
(2) 学生は誰?- Murid (itu) siapa?

Mudah-mudahan kamu bisa melihat bahwa (1) bertujuan mencari seseorang yang merupakan "murid" sedangkan (2) hanya membicarakan mengenai seorang murid. Kamu tidak bisa mengganti 「が」 dengan 「は」 pada (1) karena nanti "siapa" akan menjadi topik dan pertanyaanya menjadi "Apakah siapa murid?"

Partikel 「は」 dan 「が」 mungkin terlihat sangat mirip karena perbedaannya sukar diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Sebagai contoh, 「私は学生」 dan 「私が学生」 sama-sama menjadi "Saya murid."* jika diterjemahkan. Namun terjemahannya menjadi sama di bahasa Indonesia karena informasi mengenai konteks seringkali tidak bisa dinyatakan dengan ringkas seperti pada bahasa Jepang. Pada kalimat pertama 「私は学生」, karena topiknya adalah 「私」, maksud kalimatnya adalah "berbicara tentang saya, saya adalah murid". Namun di kalimat kedua 「私」 menentukan siapa yang merupakan 「学生」. Kalau kita ingin tahu siapa muridnya, partikel 「が」 memberitahu bahwa jawabannya adalah 「私」.

Kamu bisa membayangkan bahwa partikel 「が」 selalu menjawab suatu pertanyaan sunyi. Bayangkan kalimat 「私が学生」 merupakan respons pertanyaan seperti "Siapa yang murid?" Sebagai contoh lain, kalau ada kalimat 「アンドレが魚だ」, maka artinya kita menjawab pertanyaan seperti "Siapa yang ikan?" atau bahkan mungkin "Apa makanan yang disukai Andre?" Untuk kalimat 「これが車」, pertanyaannya bisa saja "Yang mana mobil?". Kalau kamu menggunakan cara berpikir yang benar, partikel 「は」 sebetulnya sangat beda dengan 「が」. Partikel 「が」 mengidentifikasi suatu benda yang ditanya-tanya sedangkan 「は」 hanya digunakan untuk mengangkat topik pembicaraan baru. Inilah alasannya kenapa di kalimat-kalimat panjang seringkali topiknya dipisahkan dengan koma untuk menghilangkan ambiguitas mengenai bagian kalimat mana saja yang dicakup suatu topik.

* Secara teknis, itu adalah terjemahan yang paling mungkin kalau tidak ada konteks pembicaraannya.






Bab 4
adjektivA



Isi bab ini
Sifat-sifat kata sifat
Adjektiva-na
Adjektiva-i
Perkecualian yang merepotkan

Sifat-sifat kata sifat

Karena sekarang kita telah dapat menghubungkan dua nomina menggunakan berbagai partikel, selanjutnya kita ingin menggambarkan nomina kita dengan adjektiva (kata sifat). Ada adjektiva yang bisa langsung memodifikasi nomina yang muncul setelahnya. Ada juga yang memerlukan hiragana pembantu. Berdasarkan hal tersebut, adjektiva dibagi menjadi dua: adjektiva-na dan adjektiva-i. Kita akan melihat perbedaannya dan cara menggunakannya dalam kalimat.
Adjektiva-na

Adjektiva-na sangat mudah dipelajari karena dia pada dasarnya berperilaku seperti nomina. Bahkan, karena mereka begitu mirip, kamu bisa berasumsi bahwa mereka cara kerjanya sama kecuali kalau saya terang-terang menjelaskan perbedaannya. Satu perbedaan utamanya adalah adjektiva-na bisa memodifikasi nomina yang mengikutinya dengan menyelipkan 「な」 di antara adjektiva dan nominanya. Oleh karenanya, dia dinamai adjektiva-na.

(1) 静かな人。- Orang yang pendiam.

Terbalik dengan bahasa Indonesia, di bahasa Jepang kita menyebutkan sifatnya dulu sebelum bendanya. Lalu, 「な」 di situ bisa kamu anggap seperti "yang" pada bahasa Indonesia: dia befungsi menghubungkan benda dan sifatnya. Hanya saja, kalau di bahasa Indonesia kita seringkali bisa membuang "yang" (misalnya "orang pendiam") tanpa ada perubahan arti, pada bahasa Jepang adjektiva-na selalu membutuhkan 「な」. Kita akan secara bebas mengabaikan "yang" pada terjemahan bahasa Indonesianya.

Selain memodifikasi nomina menggunakan 「な」, kamu juga bisa mengatakan bahwa "suatu nomina" bersifat "suatu adjektiva" dengan menggunakan partikel topik atau identifikasi, mengikuti pola [nomina] [partikel] [adjektiva]. Contohnya adalah 「人は静か」. Ini pada dasarnya sama dengan menyatakan keadaan benda yang dipelajari di dua bab sebelumnya. Namun, karena tidak mungkin "suatu adjektiva" menjadi "suatu nomina", maka kita tidak bisa mengatakan [adjektiva] [partikel] [nomina] misalnya 「静かが人」). Ini cukup jelas karena, misalnya, seseorang bisa saja bersifat pendiam, tapi mengatakan bahwa sifat pendiam adalah orang tidaklah masuk akal.

(1) 友達は親切。- Teman bersifat baik hati.

 (2) 友達は親切な人。- Teman adalah orang yang baik hati.

Apa kamu masih ingat bahwa saya mengatakan adjektiva-na bertingkah seperti nomina? Kamu bisa melihatnya di contoh berikut.

 (1) ジャヤは魚が好きだ。- Jaya suka ikan.

 (2) ジャヤは魚が好きじゃない。- Jaya tidak suka ikan.

 (3) ジャヤは魚が好きだった。- Jaya dulu suka ikan.

 (4) ジャヤは魚が好きじゃなかった。- Jaya dulu tidak suka ikan.

Apakah konjugasinya terasa akrab? Seharusnya iya, kalau kamu memperhatikan konjugasi keadaan benda untuk nomina. Mungkin kamu perlu membiasakan diri bahwa "suka" di bahasa Jepang dinyatakan dengan kata sifat bukannya kata kerja. Jadi, cara untuk mengatakan "suka ikan" pada bahasa Jepang adalah 「魚が好き」 (ikan bersifat "suki"). Kalau sesuatu bersifat "suki", artinya kamu suka hal tersebut! Ini juga tentunya dipakai untuk menyatakan suka pada orang, misalnya 「リナが好き」 (senang Rina).

Pada contoh-contoh di atas kamu juga bisa melihat partikel topik dan indentifikasi yang bekerja secara harmonis. Partikel topik memberitahu bahwa kalimatnya berbicara mengenai "Jaya", dan partikel identifikasi menunjuk bahwa "ikan" adalah benda yang Jaya suka.

Kamu juga bisa menggunakan tiga konjugasi terakhir untuk memodifikasi nomina secara langsung. (untuk bentuk positif taklampau, ingat bahwa kita perlu 「な」)

 (1) 魚が好きなタイプ。- Tipe yang suka ikan.

 (2) 魚が好きじゃないタイプ。- Tipe yang tidak suka ikan.

 (3) 魚が好きだったタイプ。- Tipe yang dulu suka ikan.

 (4) 魚が好きじゃなかったタイプ。- Tipe yang dulu tidak suka ikan.

Di sini, seluruh klausa 「魚が好き」、「魚が好きじゃない」、dll. memodifikasi "tipe" untuk berbicara tentang tipe (orang) yang suka atau tidak suka ikan.

Kamu bahkan bisa memperlakukan seluruh klausa tersebut sebagai sebuah nomina. Contohnya, kita bisa membuat klausa tersebut menjadi topik seperti contoh berikut:

 (1) 魚が好きじゃないタイプは、肉が好きだ。
- Tipe (orang) yang tidak suka ikan, suka daging (sapi dsb.)
Adjektiva-i

Adjektiva-i dinamakan begitu karena selalu diakhiri hiragana 「い」. Ini adalah okurigana yaitu bagian yang akan berubah-ubah saat kita mengkonjugasi adjektivanya. Tapi, kamu juga perlu tahu bahwa beberapa adjektiva-na diakhiri 「い」 misalnya 「きれい(な)」. Jadi, bagaimana cara membedakannya? Berita buruknya, tidak ada cara pasti untuk mengetahuinya. Namun berita baiknya adalah saya hanya bisa memikirkan dua adjektiva-na yang diakhiri 「い」 dan umumnya ditulis dengan hiragana: 「きれい」 dan 「嫌い」. Adjektiva-na lain yang diakhiri 「い」 biasanya ditulis dengan kanji jadi kamu bisa melihat bahwa dia bukan adjektiva-i. Contohnya, 「きれい」 jika ditulis dengan kanji adalah 「綺麗」 atau 「奇麗」, dan karena 「い」-nya merupakan bagian dari kanji 「麗」, maka kita bisa tahu bahwa dia tidak mungkin merupakan adjektiva-i. Ini karena inti utama 「い」 pada adjektiva-i adalah memungkinkan dilakukannya konjugasi tanpa mempengaruhi kanjinya. Bahkan, satu-satunya adjektiva-na yang terpikirkan oleh saya yang benar-benar diakhiri hiragana 「い」 hanyalah 「嫌い」. Ini karena 「嫌い」 diturunkan dari kata kerja 「嫌う」.

Apakah kamu ingat bahwa keadaan benda negatif juga diakhiri 「い」 (じゃない)? Nah, kamu bisa memperlakukan adjektiva-i sebagaimana keadaan benda negatif. Misalnya, kamu tidak bisa menempelkan deklaratif 「だ」 ke adjektiva-i sebab kita tahu bahwa keadaan benda negatif juga tidak disertai 「だ」. (Bandingkan dengan adjektiva-na dan nomina yang bisa ditempeli 「だ」)JANGAN menempelkan 「だ」 ke adjektiva-i.


Setelah masalah tadi jelas, kita bisa belajar aturan konjugasi untuk adjektiva-i. Ada dua aturan baru untuk hal tersebut. Untuk bentuk negatifnya, pertama kita buang 「い」 lalu tempelkan 「くない」. Untuk bentuk lampaunya, buang 「い」 lalu tambahkan 「かった」. Karena 「くない」 juga diakhiri 「い」, kamu bisa menganggap bentuk negatifnya sebagai suatu adjektiva-i baru. Jadi aturan konjugasi lampau negatif sama dengan aturan konjugasi lampau positif.
Aturan konjugasi untuk adjektiva-i
Negatif: Pertama buang akhiran 「い」 dari adjektiva-i lalu tambahkan 「くない」
例) 高い高くない
Lampau: Pertama buang akhiran 「い」 dari adjektiva-i atau adjektiva-i negatif lalu tambahkan 「かった」
例) 高い高かった
例) 高くない高くなかった
Ringkasan konjugasi adjektiva-i                Positif   Negatif
Taklampau          高い     高くない
Lampau                高かった           高くなかった


 Untuk memodifikasi nomina, kamu tinggal menempelkan adjektiva-i langsung.

 (1) 高いビル。- Bangunan yang tinggi.

 (2) 高くないビル。- Bangunan yang tidak tinggi.

 (3) 高かったビル。- Bangunan yang dulunya tinggi.

 (4) 高くなかったビル。- Bangunan yang dulunya tidak tinggi.

Kamu juga bisa menggabung banyak adjektiva berturut-turut dalam urutan dan bentuk apapun.

 (1) 静かな高いビル。- Bangunan yang hening dan tinggi.

 (2) 高い静かなビル。- Bangunan yang tinggi dan hening.

 (3) 静かな高くないビル。- Bangunan yang hening dan tidak tinggi.

Dengan adjektiva-i, kita juga bisa membuat klausa nomina deskriptif seperti yang tadi kita lakukan dengan adjektiva-na. Tentunya bedanya adalah kita tidak memerlukan 「な」 untuk memodifikasi nominanya. Pada contoh berikut, klausa deskriptif 「値段が高い」 langsung memodifikasi 「レストラン」.

 (1) 値段が高いレストランはあまり好きじゃない。
- Tidak terlalu suka restoran yang harganya mahal.
Perkecualian yang merepotkan

Ada satu adjektiva-i yaitu "baik" yang perilakunya berbeda dengan adjektiva-i lainnya. Ini adalah contoh klasik mengenai susahnya bahasa Jepang bagi pemula karena kata-kata yang paling umum dan berguna adalah kata-kata yang punya banyak perkecualian. Kata untuk "baik" pada awalnya adalah 「よい(良い)」. Namun seiring berlalunya waktu, kata itu kini menjadi 「いい」. Saat ditulis dengan kanji, cara membacanya umumnya adalah 「よい」, jadi 「いい」 hampir selalu ditulis dengan hiragana. Sampai tadi seharusnya tidak ada masalah. Nah sayangnya, semua konjugasinya masih diturunkan dari 「よい」 dan bukan 「いい」. Ini ditunjukkan pada tabel di bawah.

Adjektiva lain yang seperti ini adalah 「かっこいい」 karena merupakan versi singkat gabungan dua kata yaitu 「格好」 dan 「いい」. Karena menggunakan 「いい」, maka konjugasinya juga sama.
Konjugasi untuk 「いい」         Positif   Negatif
Taklampau          いい     よくない
Lampau                よかった           よくなかった
                                Konjugasi untuk 「かっこいい」         Positif   Negatif
Taklampau          かっこいい     かっこよくない
Lampau                かっこよかった           かっこよくなかった



Selalu ingat untuk menurunkan konjugasinya dari 「よい」 dan bukan 「いい」.
Contoh

 (1) 値段があんまりよくない。
- Harganya tidak terlalu bagus.

 (2) 彼はかっこよかった!





Bab 5
Mari beraksi dengan verba



Isi bab ini
Fungsi verba
Pengelompokan verba menjadi verba-ru dan verba-u
Referensi: verba-u yang diakhiri iru/eru

Fungsi verba
 Kita telah belajar cara menggambarkan nomina dengan berbagai cara menggunakan nomina lain dan adjektiva. Dengan kemampuan tersebut, kita sudah bisa mengekspresikan cukup banyak hal. Namun, kita masih belum bisa menyatakan aksi. Inilah guna verba (kata kerja)! Verba pada bahasa Jepang selalu diletakkan di akhir klausa. Karena kita belum belajar cara membuat lebih dari satu klausa, untuk saat ini aturan tersebut berarti setiap kalimat yang memiliki verba harus meletakkan verbanya di akhir. Kita akan mengenal dua kategori utama verba, yang akan memungkinkan kita belajar aturan konjugasi. Sebelum melangkah lebih lanjut, ada satu hal penting yang harus kamu ingat selalu:
Kalimat yang secara tata bahasa lengkap hanya memerlukan verba (termasuk pernyataan keadaan benda).


Dengan kata lain, tidak seperti bahasa Indonesia, kamu benar-benar hanya perlu verba untuk membuat kalimat yang benar. Tanpa topik juga tidak masalah! Mengerti sifat fundamental ini sangatlah penting untuk memahami bahasa Jepang. Inilah sebabnya kalimat bahasa Jepang yang paling sederhana pun tidak bisa diterjemahkan mentah-mentah ke bahasa Indonesia. Semua konjugasi akan dimulai dari bentuk kamusnya (sebagaimana kata-kata tersebut muncul di kamus).

Kalimat yang sudah lengkap secara tata bahasa
(1) 食べる。- Makan. (Terjemahan yang mungkin: saya makan/dia makan/mereka makan)
Pengelompokan verba menjadi verba-ru dan verba-u
 Hampir semua verba di bahasa Jepang bisa digolongkan menjadi dua: verba-ru (一段動詞) dan verba-u (五段動詞). Verba yang berada di luar kategori itu hanyalah 「する」 yang berarti "melakukan" dan 「来る」 yang berarti "datang". Semua aturan konjugasi yang ada hampir sama untuk tiap kelompok tersebut. Cara untuk membedakan verba-ru dan verba-u cukup mudah.

Ingat bahwa semua verba diakhiri kana yang disebut okurigana, yang bisa kita ubah untuk konjugasi. Kalau kamu menuliskan verba tersebut menggunakan huruf Latin (「ローマ字」 dalam bahasa Jepang) dan ternyata diakhiri "iru" atau "eru", maka biasanya itu adalah verba-ru. Sebagai contoh, romanisasi dari 「食べる」 adalah "taberu". Dia diakhiri "eru" dan merupakan verba-ru. Contoh lain verba-ru adalah 「起きる」 yang romanisasinya adalah "okiru". Verba lain yang akhirannya bukan "iru" maupun "eru" sudah pasti adalah verba-u.

Tapi ada satu halangan di sini. Perhatikan bahwa semua verba-ru pasti diakhiri 「る」. Lalu perhatikan bahwa semua verba-u pasti diakhiri suara "u", yaitu 「つ」、「す」、「く」、「ぐ」、「む」、「ぶ」、「う」、「ぬ」、dan sayangnya juga 「る」! Kalau suatu verba diakhiri 「る」, tapi bukan "iru" maupun "eru" (misal "uru"), maka dengan jelas dia adalah verba-u. Nah, kasus yang tersisa adalah verba-u yang juga diakhiri "eru" maupun "iru". Ada beberapa verba-u tersebut, dan tidak ada cara untuk membedakannya dengan verba-ru biasa selain dengan menghafal. Di akhir bab ini, diberikan daftar beberapa verba-u tersebut yang paling umum. Kalau kamu ragu dengan suatu verba, kamu bisa selalu mengeceknya di Jim Breen's WWWJDIC. Di sana, verba-ru ditandai (v1) sedangkan verba-u berakhiran 「る」 ditandai (v5r).

Ngomong-ngomong, 「死ぬ」 adalah satu-satunya verba yang diakhiri 「ぬ」)

Karena konsistensi suara di aturan-aturanya, seiring waktu verba-u akan "kedengaran" seperti verba-u dan begitu juga dengan verba-ru. Pada akhirnya, kamu akan bisa mengkategorikan verba baru hanya dengan mendengarnya tanpa perlu berpikir keras. Paling tidak, itulah tujuan yang diharapkan.
Cara membedakan verba-ru dengan verba-u
Tidak diakhiri iru/eru → verba-u
Diakhiri iru/eru → verba-ru, dengan beberapa kasus perkecualianContoh verba-ruVerb              ローマ字
食べる                taberu
着る     kiru
信じる                shinjiru
寝る     neru
起きる                okiru
出る     deru
掛ける                kakeru
捨てる                suteru
調べる                shiraberu
                                Contoh verba-uVerb      ローマ字
話す     hanasu
聞く     kiku
泳ぐ     oyogu
遊ぶ     asobu
待つ     matu
飲む     nomu
直る     naoru
死ぬ     shinu
買う     kau
                                Bukan verba-ru maupun verba-uVerb    ローマ字
する     suru
くる     kuru

Contoh
 Inilah beberapa contoh kalimat yang menggunakan verba-ru, verba-u, dan verba perkeculian.
(1) リナは食べる。- Mengenai Rina, makan.
(2) ジャヤが遊ぶ。- Jaya adalah yang main.
(3) ギタもする。- Gita juga melakukan.
(4) お金がある。- Ada uang. (lit: uang ada.)
(5) 私は買う。- Mengenai saya, membeli.
(6) 猫はいる。- Ada kucing. (lit: Mengenai kucing, ada.)
Referensi: verba-u yang diakhiri iru/eru
 Inilah daftar verba-u umum yang diakhiri "iru" atau "eru". Daftar ini dibedakan menjadi tiga tingkat untuk membantu kamu fokus ke kata-kata yang paling umum terlebih dahulu. Daftar ini tidak memuat semua verba-u yang ada di muka bumi.

verba-u berakhiran iru/eru dibagi berdasarkan tingkatMudah   Menengah          Lanjut
要る     焦る     嘲る
帰る     限る     覆る
切る     蹴る     遮る
しゃべる           滑る     罵る
知る     握る     捻る
入る     練る     翻る
走る     参る     滅入る
減る     交じる                蘇る

































Bab 6
Kalimat negative



Isi bab ini
Menyangkal verba
Mengkonjugasikan verba ke bentuk negatif

Menyangkal verba
 Karena kita sudah bisa melakukan aksi dengan verba, sekarang kita ingin bisa mengatakan negatifnya. Dengan kata lain, kita ingin mengatakan bahwa "ini" dan "itu" tidak dilakukan. Di bahasa Indonesia, kita cukup menggunakan kata "tidak", misalnya dari "makan" menjadi "tidak makan". Pada bahasa Jepang, verba disangkal dengan mengkonjugasikannya ke bentuk negatif seperti pada adjektiva. Hanya saja, aturannya sedikit lebih rumit.
Mengkonjugasikan verba ke bentuk negatif
 Sekarang kita akan menggunakan klasifikasi verba yang telah dipelajari untuk membuat aturan konjugasi. Tapi sebelumnya, kita perlu tahu satu perkecualian yang sangat penting dalam aturan konjugasi verba negatif yaitu 「ある」. 「ある」 adalah verba-u yang digunakan untuk menyatakan keberadaan benda-benda mati dan tumbuhan.

Contohnya, kalau kamu ingin mengatakan bahwa ada kursi di ruangan, kamu akan menggunakan verba 「ある」. Padanannya untuk benda hidup bergerak (misalnya orang dan binatang) adalah 「いる」 yang merupakan verba-ru biasa. Contohnya, kalau kamu ingin mengatakan bahwa seseorang ada di dalam ruangan, kamu harus menggunakan verba 「いる」 dan bukan 「ある」. Kedua verba ini yaitu 「ある」 dan 「いる」 cukup beda dari verba lainnya karena mereka menyatakan keberadaan dan bukan aksi yang sebenarnya. Kamu juga harus repot memilih verba yang cocok untuk benda mati maupun hidup.

Alasan saya mengangkat topik tersebut adalah karena bentuk negatif dari 「ある」 adalah 「ない」 (artinya sesuatu tidak ada). Ingat, ini adalah perkecualian jadi jangan gunakan aturan konjugasi yang normal ke verba ini.Bentuk negatif 「ある」 adalah 「ない」.

Berikutnya kita akan bahas aturan untuk verba lainnya. Untuk menyangkal verba-ru, kamu tinggal membuang 「る」 dan menambah 「ない」. Untuk verba-u, mungkin akan membantu kalau kamu melihat romanisasi dari verba tersebut. Kamu tinggal membuang vokal "u" dan menambah "anai". Atau, alternatifnya yang lebih baik, kamu bisa melirik kembali tabel hiragana. Ambil hiragana terakhir dari katanya, yang pasti berada di baris "u" pada tabel, lalu naik ke atas dua kolom untuk menggantinya dengan huruf di baris "a". Contohnya 「く」 akan menjadi 「か」.

Perkecualian penting untuk aturan ini adalah verba yang diakhiri 「う」. Kamu harus menggantinya dengan 「わ」, bukan 「あ」. Kamu juga harus menghafal konjugasi untuk dua verba perkecualian dan 「ある」 seperti yang sudah kita bahas tadi. Tabel berikut merangkum konjugasinya:
Cara menkonjugasikan verba ke bentuk negatifnya
verba-ru: Untuk mengkonjugasikan verba-ru ke bentuk negatifnya, buang 「る」 yang ada di akhir kata lalu tambahkan 「ない」.
例) 見る見ない
例) 出る出ない
verba-u: Untuk mengkonjugasikan verba-u ke bentuk negatifnya, ganti huruf bersuara "u" di akhir kata dengan huruf padanannya yang bersuara "a" lalu tambahkan 「ない」.
例) 飲む飲ま飲まない
例) 待つ待た待たない
Satu perkecualian pentingnya adalah bagi verba yang diakhiri hiragana 「う」. Untuk mereka, ganti 「う」 dengan 「わ」 (bukan 「あ」) lalu tambahkan 「ない」.
例) 拾う拾わ拾わない
verba perkecualian (termasuk ある): Lihat tabel di bawah. Contoh verba-ruPositif        Negatif
食べる                食べない
着る     着ない
信じる                信じない
寝る     寝ない
起きる                起きない
出る     出ない
掛ける                掛けない
捨てる                捨てない
調べる                調べない
                                Contoh verba-uPositif   Negatif ローマ字           ローマ字 (Neg)
話す     話さない           hanasu hanasanai
聞く     聞かない           kiku       kikanai
泳ぐ     泳がない           oyogu   oyoganai
遊ぶ     遊ばない           asobu    asobanai
待つ     待たない           matu     matanai
飲む     飲まない           nomu    nomanai
直る     直らない           naoru    naoranai
死ぬ     死なない           shinu     shinanai
*買う                買わない           kau         kawanai
                                Verba perkecualianPositif           Negatif
する     しない
くる     こない
*ある                ない
  = perkecualian hanya untuk konjugasi ini
Contoh
 Inilah beberapa contoh kalimat yang menggunakan bentuk negatif. Semuanya merupakan penyangkalan dari contoh kalimat bab sebelumnya.
(1) リナは食べない。- Mengenai Rina, tidak makan.
(2) ジャヤが遊ばない。- Jaya adalah yang tidak main.
(3) ギタもしない。- Gita juga tidak melakukan.
(4) お金がない。- Tidak ada uang. (lit: uang tidak ada.)
(5) 私は買わない。- Mengenai saya, tidak membeli.
(6) 猫はいない。- Tidak ada kucing. (lit: Mengenai kucing, tidak ada.)


Bab 6
Kalimat verba lampau



Isi bab ini
Merubah verba ke bentuk lampau
Bentuk lampau untuk verba-ru
Bentuk lampau untuk verba-u
Bentuk negatif lampau untuk semua verba

Merubah verba ke bentuk lampau
 Pembahasan sifat-sifat dasar verba akan kita selesaikan dengan belajar cara menyatakan aksi dalam bentuk lampau dan negatif lampau. Saya perlu memberi tahu sebelumnya bahwa aturan konjugasi di bab ini adalah aturan paling rumit yang ada di bahasa Jepang. Di satu sisi, setelah menguasai aturan di sini segala aturan konjugasi lain akan terlihat sangat mudah. Namun di sisi lain, kamu mungkin perlu membuka-buka bab ini berkali-kali sampai menjadi akrab dengan aturannya. Kamu mungkin perlu latihan yang cukup banyak sebelum mahir menggunakan berbagai konjugasinya.

Bentuk lampau untuk verba-ru
 Kita akan mulai dari verba-ru yang gampang. Untuk merubah verba-ru dari bentuk kamusnya ke bentuk lampaunya, kamu tinggal membuang 「る」 dan menambahkan 「た」.
Untuk merubah verba-ru ke bentuk lampau
Buang 「る」 dari verba-ru yang bersangkutan lalu tambahkan 「た」
例)出る出た
例)捨てる捨てた
Contoh

 (1) ご飯は、食べた。
- Mengenai makanan, tadi makan.

 (2) 映画は、全部見た。
- Mengenai film, kemarin melihat semua.

Ingat bahwa di bahasa Indonesia verba tidak memiliki bentuk lampau. Untuk menyatakan kejadian di masa lalu secara jelas, bahasa Indonesia menggunakan keterangan waktu seperti "kemarin", "tadi pagi", "dulu", dan "waktu itu". Pada terjemahan contoh, kita akan secara bebas memilih keterangan waktunya. Kemungkinan lainnya adalah menuliskan keterangan "(lampau)" setelah kalimatnya kalau memang perlu dibuat jelas
.
Bentuk lampau untuk verba-u
 Merubah verba-u dari bentuk kamus ke bentuk lampaunya susah karena kita harus membagi lagi verba-u menjadi empat kategori. Keempat kategori tersebut bergantung pada huruf terakhir verbanya. Tabel berikut melukiskan kategori-kategorinya. Sebagai tambahan, ada satu perkecualian yaitu untuk 「行く」. Saya mengelompokkannya dengan verba perkecualian langganan yaitu 「する」 dan 「来る」 walaupun 「行く」 adalah verba-u biasa untuk seluruh konjugasi lainnya.
Konjugasi bentuk lampau untuk verba-uAkhiran              Taklampau          perubahan...      Lampau
           話す     した           話した
           書く
泳ぐ     いた
いだ           書いた
泳いだ
           噛む
遊ぶ
死ぬ     んだ
んだ
んだ           噛んだ
遊んだ
死んだ
           切る
買う
持つ     った
った
った           切った
買った
持った
                                PerkecualianTaklampau               Lampau
する     した
くる     きた
行く     行った*


 * Perkecualian hanya untuk konjugasi ini
Contoh

 (1) 今日は、走った。
- Mengenai hari ini, tadi berlari.

 (2) 友達が来た。
- Teman adalah yang kemarin datang.

 (3) 私も遊んだ。
- Saya juga waktu itu bermain.

 (4) 勉強は、した。
- Mengenai belajar, tadi melakukan.


Bentuk negatif lampau untuk semua verba
 Konjugasi bentuk negatif lampau memiliki aturan yang sama untuk semua verba. Kamu mungkin sudah sadar bahwa bentuk negatif dari segala sesuatu yang telah kita pelajari selalu berakhir dengan 「ない」. Aturan konjugasi untuk bentuk negatif lampau verba pada dasarnya sama seperti pada bentuk negatif lain yang juga diakhiri 「ない」. Jadi dari bentuk negatifnya, buang 「い」 dari akhiran 「ない」 lalu ganti dengan 「かった」.
Untuk merubah verba ke bentuk negatif lampau
Pertama ubah verbanya menjadi bentuk negatif lalu ganti 「い」 dengan 「かった」
例)捨てる捨てない捨てなかった
例)行く行かない行かなかった
Contoh

 (1) リナは食べなかった。
- Mengenai Rina, tadi tidak makan.

 (2) ジャヤがしなかった。
- Jaya adalah yang kemarin tidak melakukan.

 (3) アンドレも行かなかった。
- Andre juga waktu itu tidak ikut.

 (4) お金がなかった。
- Waktu itu tidak ada uang.

 (5) 私は買わなかった。
- Mengenai saya, waktu itu tidak membeli.

 (6) 猫はいなかった。
- Waktu itu tidak ada kucing. (lit: mengenai kucing, waktu itu tidak ada)


















Bab7
Partikel 2


Isi bab ini
Partikel untuk verba
Partikel objek langsung 「を」
Partikel target 「に」
Partikel arah 「へ」
Partikel konteks 「で」
Saat tempat menjadi topik
Saat objek langsung menjadi topik

Partikel untuk verba

Di bab ini, kita akan belajar beberapa partikel baru yang penting untuk penggunaan verba. Kita akan belajar cara menentukan objek langsung dari verba dan lokasi tempat verbanya terjadi
.
Partikel objek langsung 「を」

Partikel pertama yang akan kita pelajari adalah partikel objek karena merupakan yang paling mudah dimengerti. Huruf 「を」 ditempelkan ke akhir suatu kata untuk menandakan bahwa kata tersebut merupakan objek langsung verbanya. Huruf ini bisa dibilang tidak pernah digunakan untuk keperluan lain. Oleh karenanya, padanan katakananya 「ヲ」 hampir tidak pernah ditemui karena partikel selalu ditulis dengan hiragana. Huruf 「を」, walaupun seharusnya berbunyi "wo", pada umumnya diucapkan sebagai "o" di pembicaraan nyata. Inilah beberapa contoh penggunaan partikel objek langsung.
Contoh

 (1) 魚を食べる。
- Makan ikan.

 (2) ジュースを飲んだ。
- Tadi minum jus.

Tidak seperti konsep objek langsung di bahasa Indonesia, tempat juga bisa menjadi objek langsung verba gerakan seperti 「歩く」 dan 「走る」. Ini artinya kita bergerak melalui atau melintasi tempat tersebut. Bayangkan saja 「を」 menandakan objek injak-injakan kaki kita saat bergerak.

 (3) 街をぶらぶら歩く。
- Berjalan sepanjang kota tanpa tujuan. (lit: Berjalan kota tanpa tujuan)

 (4) 高速道路を走る。
- Berlari melintasi jalan raya. (lit: Berlari jalan raya)

Kalau kamu menggunakan 「する」 dengan nomina, partikel 「を」 bisa dihilangkan dan kamu bisa menganggap seluruh [nomina+する] sebagai satu verba.

 (5) 毎日、日本語を勉強する。
- Belajar bahasa Jepang setiap hari.

 (6) メールアドレスを登録した。
- Telah mendaftarkan alamat email.
Partikel target 「に」

Partikel 「に」
 menyatakan target dari verba. Ini berbeda dengan 「を」, di mana verbanya melakukan sesuatu terhadap objek langsung. Dengan 「に」, verbanya melakukan sesuatu menuju kata yang ditandai 「に」. Contohnya, tempat tujuan verba gerakan ditandai dengan 「に」.
Contoh

(1) ジャヤは日本に行った。
- Jaya pergi ke Jepang. (lampau)

 (2) 家に帰らない。
- Tidak pulang ke rumah.
 (3) 部屋にくる。
- Datang ke kamar.

 Bisa dilihat di contoh (3) bahwa partikel target selalu berarti tujuan ("ke") dan bukan asal ("dari"). Kalau kamu ingin mengatakan misalnya "datang dari", maka kamu perlu menggunakan 「から」 yang artinya "dari". Dengan 「に」, artinya adalah "datang ke". 「から」 sering berpasangan dengan 「まで」 yang artinya "sampai".

 (4) イチャは、インドネシアからきた。
- Icha datang dari Indonesia. (lampau)

 (5) 宿題を今日から明日までする。
- Akan mengerjakan PR dari hari ini sampai besok.

Konsep target di bahasa Jepang sangatlah umum dan tidak terbatas pada verba gerakan. Contohnya, lokasi benda pada bahasa Jepang adalah target bagi verba keberadaan (ある dan いる). Waktu juga merupakan target umum. Ini adalah beberapa contoh verba nongerakan dan targetnya.

(6) 猫は部屋にいる。
- Kucing ada di kamar.

 (7) 椅子が台所にあった。
- Waktu itu kursi ada di dapur.

 (8) いい友達に会った。
- Kemarin bertemu teman baik.

 (9) リナは医者になる。
- Rina akan menjadi dokter.

 (10) 先週に図書館に行った。
- Pergi ke perpustakaan minggu lalu.

 Catatan: Jangan lupa untuk menggunakan 「ある」 untuk tanaman dan benda mati seperti kursi dan 「いる」 untuk benda hidup bergerak seperti kucing.

Walaupun partikel 「に」 tidak selalu dibutuhkan untuk menyatakan waktu, ada sedikit perbedaan arti antara kalimat yang menggunakannya dan yang tidak menggunakan apa-apa sama sekali. Di contoh berikut, partikel target membuat tanggalnya menjadi target khusus sehingga menekankan bahwa temannya akan pergi ke Jepang pada waktu tersebut. Tanpa partikelnya, tidak ada penekanan khusus.

 (11) 友達は、来年、日本に行く。
- Tahun depan, teman akan pergi ke Jepang.

 (12) 友達は、来年に日本に行く。
- Teman akan pergi ke Jepang tahun depan.

Partikel arah 「へ」
Walaupun 「へ」 umumnya diucapkan "he", saat digunakan sebagai partikel dia selalu diucapkan "e". Beda utama antara partikel 「に」 dan 「へ」 adalah bahwa 「に」 memandang targetnya sebagai tujuan akhir (baik kongkrit maupun abstrak). Di lain pihak, 「へ」 lebih menyatakan bahwa kita bergerak ke arah tertentu, tapi tidak menjamin bahwa itu adalah tujuan akhirnya. Karenanya, 「へ」 hanya digunakan untuk verba gerakan. Dengan kata lain, partikel 「に」 menyatakan targetnya dengan pasti sedangkan 「へ」 lebih samar-samar tentang tujuan akhirnya. Sebagai contoh, kalau kita mengganti 「に」 dengan 「へ」 pada tiga contoh yang tadi telah muncul, nuansanya sedikit berubah.
Contoh

(1) ジャヤは日本へ行った。
- Jaya pergi ke arah Jepang. (lampau)

(2) 家へ帰らない。
- Tidak pulang ke arah rumah.

(3) 部屋へくる。
- Datang ke arah kamar.

Untuk memperjelas, misalnya kita mengatakan "Orang itu lari ke arah utara". Kita bisa mengatakan hal tersebut tanpa perlu tahu tujuan sebenarnya si orang itu. Bisa saja, setelah berlari beberapa ratus meter orang tersebut ternyata belok ke timur karena memang tempat yang ditujunya ada di situ. Inilah esensi 「へ」 yang lebih menyatakan arah gerakan namun tidak menjamin apapun mengenai tujuan akhirnya.

Kita tidak bisa menggunakan partikel 「へ」 untuk verba yang tidak memiliki arah fisik. Contoh berikut salah:

 (誤) 医者へなる。
- Versi salah dari 「医者になる」.

Ini tidak berarti 「へ」 tidak bisa digunakan untuk konsep abstrak. Bahkan, karena arti arah yang samar dari partikel ini, 「へ」 juga bisa digunakan untuk membicarakan sasaran masa mendatang dan harapan.

 (4) 勝ちへ向かう。
- Menuju kemenangan.

Partikel konteks 「で」
Partikel 「で」 memungkinkan kita menyatakan konteks pelaksanaan verbanya. Misalnya, jika seseorang makan ikan, di mana dia makan? Lalu, jika seseorang pergi ke sekolah, dengan kendaraan apa dia pergi? Dengan alat apa kamu makan? Semua pertanyaan tadi bisa dijawab dengan partikel 「で」. Ini beberapa contohnya.
Contoh

(1) 映画館で見た。
- Melihat di bioskop.

 (2) バスで帰る。
- Pulang dengan bis.

 (3) レストランで昼ご飯を食べた。
- Tadi makan siang di restoran.

Pada dasarnya, 「で」 berarti "dengan cara". Namun untuk tempat, kata bahasa Indonesia yang lebih cocok adalah "di".
Menggunakan 「で」 dengan 「何」

Di bahasa Jepang, "apa" (何) cukup menyebalkan karena walaupun pada umumnya dibaca 「なに」, kadang-kadang dia dibaca 「なん」 tergantung pada penggunaannya. Karena selalu ditulis menggunakan kanji, kamu tidak bisa tahu dari penulisannya. Untuk awal, saya menyarankan kamu membacanya 「なに」 sampai ada yang mengoreksi kamu bahwa untuk kasus tersebut bacaannya adalah 「なん」. Jika ditempel partikel 「で」, cara membacanya adalah 「なに」. (Gunakan kursor mouse kamu untuk mencek bacaannya di sini.)

 (4) 何できた?
- Tadi datang dengan cara apa?

 (5) バスできた。
- Tadi datang dengan bis.

Inilah bagian yang membingungkan. Bahasa Jepang "kenapa" adalah 「どうして」 atau versi lainnya yang terdengar lebih kuat 「なぜ」. Namun yang paling sering dipakai adalah versi percakapannya yaitu 「なんで」 yang ditulis 「何で」! Ini adalah kata yang berdiri sendiri dan tidak ada hubungannya dengan partikel 「で」.

 (1) 何できた?
- Kenapa kamu datang?

(2) 暇だから。
- Karena sedang ada waktu luang.

「から」 yang muncul di sini artinya "karena", beda dengan 「から」 yang kita pelajari sebelumnya. Pembahasan sepenuhnya ada di bab kalimat gabungan. Inti dari contoh tersebut adalah bahwa dua kalimat yang ditulis persis sama bisa dibaca berbeda dan artinya juga berbeda. Jangan khawatir, masalahnya tidak sebesar kelihatannya sebab di sebagian besar kasus, cara membaca yang kedua (「なんで」) adalah yang lebih umum. Dan kalaupun yang diinginkan adalah 「なにで」, konteks pembicaraannya akan membuatnya jelas. Bahkan dalam contoh pendek ini pun kamu sudah bisa tahu mana cara membaca yang benar dengan melihat jawaban pertanyaannya.
Saat tempat menjadi topik

Ada kasus-kasus saat lokasi suatu aksi juga merupakan topik kalimat. Kamu bisa menempelkan partikel topik (「は」 dan 「も」) ke tiga partikel yang berhubungan dengan lokasi (「に」、「へ」、「で」) saat lokasinya adalah topik. Di contoh berikut kita bisa melihat bagaimana lokasi juga bisa menjadi topik.
Contoh 1

 ジャヤ: 学校に行った?
- (Apakah kamu kemarin) pergi ke sekolah?

 ギタ: 行かなかった。
- Tidak pergi.

 ジャヤ: 図書館には?
- Kalau ke perpustakaan?

 ギタ: 図書館にも行かなかった。
- Ke perpustakaan juga tidak pergi.

 Di contoh ini, Jaya mengangkat topik baru (perpustakaan) sehingga lokasinya juga menjadi topik. Kalimatnya sebetulnya versi singkat dari 「図書館には行った?」.
Contoh 2

 アンドレ: どこで食べる?
- Makan di mana?

 リナ: イタリアレストランではどう?
- Bagaimakan kalau di restoran Italia?

Di sini Rina menyarankan restoran Italia. Kalimat seperti "Bagaimana kalau..." biasanya mengangkat topik baru karena orangnya menyarankan sesuatu yang baru. Dalam kasus ini, lokasinya (restoran) menjadi saran sehingga dia menjadi topik.

Saat objek langsung menjadi topik
Partikel objek langsung berbeda dengan partikel yang berhubungan dengan tempat sebab kamu tidak bisa menggabungnya dengan partikel lain. Sebagai contoh, dengan membaca bagian sebelumnya kamu mungkin menebak bahwa kita juga bisa mengatakan 「をは」 untuk menyatakan objek langsung yang juga menjadi topik. Tapi caranya bukan seperti itu. Suatu topik juga bisa merupakan objek langsung tanpa menggunakan partikel 「を」. Menggunakan 「を」 malah akan membuat kalimatnya salah.
Contoh

 (1) 日本語を習う。
- Belajar bahasa Jepang.

 (2) 日本語は、習う。
- Mengenai bahasa Jepang, (akan) belajar.

Jangan melakukan kesalahan berikut:

(誤) 日本語をは、習う。
- [Kalimat yang salah.]

























Bab8
Verba berorientasi objek



Isi bab ini
Verba transitif dan intransitif
Perhatikan partikelnya!

Verba transitif dan intransitif
 Di bahasa Jepang, kadang-kadang ada pasangan verba yang intinya sama yaitu verba transitif dan intransitif. Bedanya adalah verba transitif melibatkan aksi oleh pelaku aktif sedangkan pada verba intransitif aksi terjadi tanpa pelaku langsung. Di bahasa Indonesia bisa digunakan imbuhan untuk membedakannya, misalnya "saya menjatuhkan bolanya" (pelakunya "saya") vs. "bolanya jatuh" (tanpa pelaku).
 Di bahasa Jepang ini menjadi 「ボールを落とした」 vs. 「ボールが落ちた」. Contohnya lainnya adalah "memasukkan ke kotak" (箱に入れる) vs. "masuk ke kotak" (箱に入る). Bisa juga di bahasa Indonesia digunakan kata yang berbeda untuk pasangan tersebut, misalnya "menghapus" (消す) vs. "menghilang" (消える). Yang paling susah adalah jika di bahasa Indonesia digunakan kata yang sama, misalnya pada "saya membuka pintu" vs. "pintunya membuka". Menggunakan cara berpikir di bahasa Jepang, verba transitif dan intransitif sebetulnya menggambarkan aksi yang sama. Mengetahui istilahnya tidaklah penting, tapi kamu harus tahu mana yang mana agar bisa memilih verba dan partikel yang benar.

Karena arti dasar dan kanjinya sama, kamu bisa belajar dua verba dengan harga satu kanji! Mari kita lihat contoh beberapa verba transitif dan intransitif.

Verba transitif dan intransitif
落とす                menjatuhkan     落ちる                jatuh
出す     mengeluarkan  出る     keluar
入れる                memasukkan     入る     masuk
開ける                membuka           開く     membuka
(menjadi terbuka)
閉める                menutup             閉まる                menutup
(menjadi tertutup)
付ける                menempelkan  付く     menempel
消す     menghapus        消える                menghilang
抜く     mencopot           抜ける                copot

Perhatikan partikelnya!

Pelajaran paling penting di sini adalah mengenai partikel yang benar untuk verba yang bersangkutan. Tentunya prasyarat utamanya adalah tahu apakah verba yang bersangkutan transitif atau intransitif. Pada kamus WWWJDIC, verba transitif ditandai dengan "vt" dan verba intransitif ditandai "vi". Namun penandaan pada WWWJDIC masih dalam pengerjaan sehingga mungkin belum komprehensif. Jadi saya menyarankan untuk melihat contoh kalimat dari WWWJDIC atau Yahoo!辞書. Contohnya, dengan melihat contoh kalimat 「付ける」 dari WWWJDIC dan Yahoo!辞書, kamu bisa tahu bahwa itu verba transitif karena ada partikel 「を」.
Contoh
(1) 私が電気を付けた。- Sayalah yang menyalakan lampu.
(2) 電気が付いた。- Lampunya menyala.
(3) 電気を消す。- Mematikan lampu.
(4) 電気が消える。- Lampu mati.
(5) 誰が窓を開けた?- Siapa yang membuka jendela?
(6) 窓がどうして開いた?- Kenapa jendelanya membuka?

Hal yang penting untuk diingat adalah verba intransitif tidak bisa memiliki objek langsung karena tidak ada pelaku langsungnya. Contoh-contoh berikut secara tata bahasa salah.
(誤) 電気を付いた。- (「を」 seharusnya diganti 「が」 atau 「は」)
(誤) 電気を消える。- (「を」 seharusnya diganti 「が」 atau 「は」)
(誤) どうして窓を開いた?- (「を」 seharusnya diganti 「が」 atau 「は」)
 Satu-satunya kasus di mana partikel 「を」 bisa digunakan dengan verba intransitif adalah saat suatu lokasi menjadi objek langsung verba gerakan sebagaimana disinggung di bab sebelumnya.

(1) 部屋を出た。- Keluar kamar.



















Bab 9
Klausa subordinat deskriptif dan urutan kata pada kalimat


Isi bab ini
Memperlakukan verba dan pernyataan keadaan benda sebagai adjektiva
Menggunakan subklausa pernyataan keadaan benda sebagai adjektiva
Menggunakan klausa verba subordinat sebagai adjektiva
Urutan kata pada kalimat bahasa Jepang

Memperlakukan verba dan pernyataan keadaan benda sebagai adjektiva
 Apakah kamu sadar bahwa berbagai konjugasi verba dan pernyataan keadaan benda mirip dengan adjektiva-i? Ini karena, dilihat dari sudut pandang tertentu, mereka memang adjektiva. Misalnya perhatikan kalimat "Orang yang tidak makan itu pergi ke bank". Di sini "tidak makan" mendeskripsikan si "orang", dan di bahasa Jepang kamu bisa memodifikasi nomina "orang" langsung dengan klausa "tidak makan" sebagaimana adjektiva biasa. Kalau kamu sudah paham metode yang sangat sederhana ini, kamu bisa memodifikasi nomina dengan frasa verba apapun!

Menggunakan subklausa pernyataan keadaan benda sebagai adjektiva
 Konjugasi nomina negatif, lampau, dan negatif lampau bisa digunakan seperti adjektiva untuk langsung memodifikasi nomina. Tapi, kita tidak bisa melakukan ini untuk pernyataan keadaan positif taklampau yang menggunakan 「だ」. (Saya telah menyebutkan sebelumnya bahwa 「だ」 cukup merepotkan) Bahasa Jepang punya partikel untuk kasus perkecualian ini, yang akan kita bahas di bab berikutnya.
Kamu tidak bisa menggunakan 「だ」 untuk langsung memodifikasi nomina dengan nomina lain,
tapi kamu bisa melakukannya dengan 「だった」、「じゃない」、dan 「じゃなかった」.


Tapi kamu bisa merangkai nomina secara berjejeran jika mereka tidak dimaksudkan untuk memodifikasi satu sama lain. Contohnya, pada frasa seperti "Pusat Pendidikan Internasional", kamu bisa melihat bahwa itu hanyalah serangkaian nomina yang tidak melakukan modifikasi tata bahasa apapun. Yang tertulis bukanlah "Pusat Pendidikan yang Internasional" atau "Pusat untuk Pendidikan Internasional", tapi hanya "Pusat Pendidikan Internasional". Di bahasa Jepang, hal ini juga bisa dinyatakan dengan sederhana sebagai 「国際教育センタ」 (atau 「センター」). Kamu akan banyak menemukan rantai nomina seperti ini. Kadang-kadang, kombinasi tertentu sangatlah umum sehingga bisa dianggap sebagai suatu kata sendiri dan bahkan didaftar sebagai suatu kata pada kamus-kamus tertentu. Beberapa contohnya adalah 「登場人物」、「立入禁止」、dan 「世界大戦」. Kalau kamu kesulitan melakukan pembagian katanya, kamu bisa masukkan teksnya ke fasilitas penerjemah kata pada kalimat WWWJDIC dan situs tersebut akan memberikan jawabannya (umumnya).

Contoh
 Inilah contoh beberapa modifikasi nomina langsung dengan klausa nomina terkonjugasi. Klausa nominanya diwarnai berbeda.

 (1) 学生じゃない人は、学校に行かない。
- Orang yang bukan murid tidak pergi ke sekolah.

 (2) 子供だったリナが立派な大人になった。
- Rina yang dulu anak kecil menjadi orang dewasa yang elegan.

 (3) 友達じゃなかったリナは、いい友達になった。
- Rina yang dulu bukan teman menjadi teman baik.

 (4) 先週に医者だったジャヤは、仕事を辞めた。
- Jaya yang minggu lalu adalah dokter keluar dari pekerjaannya.

Menggunakan klausa verba subordinat sebagai adjektiva
 Klausa verba juga bisa digunakan seperti adjektiva untuk memodifikasi nomina. Contoh-contoh berikut akan menunjukkan bagaimana hal tersebut memberikan kita kemampuan untuk membuat kalimat yang cukup kompleks dan rinci. Verba klausanya diwarnai berbeda.
Contoh
 (1) 先週に映画を見た人は誰?
- Siapa orang yang menonton film minggu lalu?

 (2) アンドレは、いつも勉強する人だ。
- Andre adalah orang yang selalu belajar.

 (3) 赤いズボンを買う友達はジャヤだ。
- Teman yang membeli celana panjang merah adalah Jaya.

 (4) 晩ご飯を食べなかった人は、映画で見た銀行に行った。
- Orang yang tidak makan malam pergi ke bank yang dia lihat di film.

Urutan kata pada kalimat bahasa Jepang
 Karena kita telah belajar konsep klausa subordinat dan fungsinya sebagai batu bata untuk membangun kalimat, sekarang saya bisa membahas tentang urutan kata pada kalimat bahasa Jepang. Ada mitos tentang urutan ini yang tersebar dan menjangkiti banyak pemula. Kita akan melihat masalah ini.

Struktur kalimat paling sederhana di bahasa Indonesia bisa dituliskan sebagai berikut: [Subjek] [Verba] [Objek]. Suatu kalimat menjadi kacau jika urutan itu dibolak-balik. Misalnya, artinya bisa berubah dari "Kamu makan ikan" menjadi "Kamu ikan makan" (Kamu adalah ikan yang makan?). Bahasa Inggris juga kebetulan strukturnya adalah [Subjek] [Verba] [Objek].

Di lain sisi, para pelajar bahasa Jepang akan dengan bangga dan PD menyatakan bahwa bahasa Jepang urutannya terbalik! Bahkan beberapa guru bahasa Jepang juga akan mengajarkan bahwa urutan dasar kalimat bahasa Jepang adalah [Subjek] [Objek] [Verba]. Ini adalah contoh klasik memaksakan bahasa Jepang ke dalam kerangka berpikir bahasa-bahasa barat. Tentu saja, kita semua tahu (iya kan?) bahwa urutan sebenarnya dari kalimat bahasa Jepang fundamental adalah: [Verba].
 Apapun yang muncul sebelum verbanya tidak harus muncul dengan urutan tertentu dan sebetulnya hanya dengan verba suatu kalimat sudah benar dan lengkap. Yang perlu diingat hanyalah bahwa verba harus selalu muncul di akhir. Kalau tidak, buat apa kita punya partikel? Alasan satu-satunya partikel dipakai adalah agar peran suatu kata bisa diketahui di manapun letaknya pada kalimat. Tidak ada aturan yang melarang kita membuat kalimat [Objek] [Subjek] [Verba] atau bahkan hanya [Objek] [Verba]. Semua kalimat di bawah ini benar dan lengkap karena ada verba di akhir kalimatnya.

Kalimat-kalimat yang secara tata bahasa sudah lengkap dan urutannya benar
 (1) 私は公園でお弁当を食べた。
(2) 公園で私はお弁当を食べた。
(3) お弁当を私は公園で食べた。
(4) 弁当を食べた。
(5) 食べた。

Jadi kamu tidak perlu sampai keluar keringat dingin memikirkan apakah kalimatmu sudah benar urutannya. Ingat saja aturan berikut:
Urutan pada kalimat bahasa Jepang
Kalimat yang lengkap membutuhkan verba utama di akhir. Ini juga termasuk pernyataan keadaan benda yang tersirat.
例) 食べた
例) 学生(だ)
Kalimat lengkap (klausa subordinat) bisa digunakan untuk memodifikasi nomina. (Kecuali satu kasus yaitu 「だ」, lihat pembahasan di atas)
例) お弁当を食べた学生が公園に行った。





























Bab 10
Lagi-lagi partikel


Isi bab ini
Tiga partikel terakhir (bohong!)
Partikel inklusif 「と」
Partikel pendaftar samar 「や」 dan 「とか」
Partikel 「の」
Partikel 「の」 dalam memberi penjelasan

Tiga partikel terakhir (bohong!)
 Kita telah membahas konstruksi-konstruksi ampuh yang memungkinkan kita menyatakan hampir semua yang kita inginkan. Kita akan melihat bagaimana partikel 「の」 memberikan kita kemampuan tambahan dengan memungkinkan kita menyatakan nomina abstrak generik. Kita juga akan belajar cara memodifikasi nomina langsung dengan nomina. Tiga partikel baru yang akan kita pelajari bisa mengelompokkan nomina dengan cara yang berbeda.

Ini pelajaran terakhir yang akan secara khusus membahas partikel, tapi ini tidak berarti bahwa tidak ada partikel tambahan lagi. Kita akan belajar lebih banyak partikel di tengah jalan tapi mereka tidak akan disebut secara eksplisit sebagai partikel. Selama kamu tahu apa artinya dan cara menggunakannya, tidak terlalu penting apakah kamu tahu meraka partikel atau bukan.

Partikel inklusif 「と」
 Partikel 「と」 mirip dengan 「も」 karena sama-sama mengandung arti inklusif. 「と」 menggabungkan dua atau lebih nomina dengan arti "dan".

(1) スプーンとフォークで魚を食べた。- Makan ikan dengan sendok dan garpu.
(2) 本と雑誌と葉書を買った。- Membeli buku, majalah, dan kartu pos.

Kegunaan lain 「と」 yang mirip adalah untuk menyatakan aksi yang dilakukan bersama orang lain.
(1) 友達と話した。- Berbicara dengan teman.
(2) 先生と会った。 - Bertemu dengan guru.

Partikel pendaftar samar 「や」 dan 「とか」
 Partikel 「や」, persis seperti partikel 「と」, digunakan untuk mendaftar nomina. Hanya saja sifatnya lebih samar dari 「と」. Makna yang terkandung adalah mungkin ada hal-hal tambahan yang tidak ikut didaftar, dan mungkin saja tidak semua benda yang didaftar sesuai. Di bahasa Indonesia, kamu bisa menganggapnya mirip daftar yang menggunakan "dst.".

(1) 飲み物やカップやナプキンは、いらない?- Kamu tidak perlu (hal-hal seperti) minuman, gelas, serbet, dan yang lainnya?
(2) 靴やシャツを買う。- Membeli (hal-hal semacam) sepatu, baju, dll...

「とか」 juga artinya sama dengan 「や」 tapi lebih untuk bahasa percakapan.
(1) 飲み物とかカップとかナプキンは、いらない?- Kamu tidak perlu (hal-hal seperti) minuman, gelas, serbet, dan yang lainnya?
(2) 靴とかシャツを買う。- Membeli (hal-hal semacam) sepatu, baju, dll...

Partikel 「の」
 Partikel 「の」 adalah partikel yang ampuh karena memiliki banyak guna. Partikel tersebut dikenalkan di sini karena seperti partikel 「と」 dan 「や」, dia bisa digunakan untuk menghubungkan nomina. Kita lihat beberapa contohnya.

(1) ジャヤの本。- Buku yang bersifat Jaya.
(2) 本のジャヤ。- Jaya yang bersifat buku.

Contoh pertama maksudnya adalah "buku milik Jaya". Kamu akan sangat sering menjumpai 「の」 yang memiliki arti kepemilikan seperti ini. Contoh lain yang artinya sama adalah 「私の先生」 yaitu 'guru milik saya' (guru saya).

Contoh kedua kemungkinan besar kalimat salah, tapi bisa saja kita bayangkan suatu dunia fantasi di mana benda-benda seperti buku, kursi, dan cangkir hidup sehingga bisa bergerak dan tertawa seperti kita. Kalau ada buku yang bernama Jaya, maka contoh kedua menggambarkannya dengan tepat: "Jaya yang merupakan buku". Contoh lain yang artinya sama adalah 「母のギタ」 yang artinya "Gita yang merupakan sang ibu" (untuk kontras dengan "Rina yang merupakan anaknya" dan "Toni, bapaknya" misalnya).

Intinya, partikel 「の」 memungkinkan nomina bertindak layaknya adjektiva, memodifikasi nomina lainnya. Itulah alasan digunakannya 'yang bersifat' pada terjemahan literalnya. Bisa dilihat dari contoh (2) bahwa 「の」 tidak harus selalu berarti kepemilikan seperti pada (1). Inilah contoh lainnya.

(1) ジャヤは、インドネシアの大学の学生だ。- Jaya adalah murid universitas Indonesia.
Di sini maksudnya tentu saja adalah suatu universitas yang berada di Indonesia (bukan UI!). Perhatikan urutan modifikasinya, yaitu Jaya adalah murid dari universitas yang bersifat Indonesia. Kebalikannya yaitu 「学生の大学のインドネシア」 berarti "Indonesia yang bersifat universitas murid" dan tidak masuk akal.

Nomina yang dimodifikasi bisa dihilangkan jika dari konteks sudah jelas apa yang dihilangkan. Contoh berikut menunjukkan bagaimana kata-kata yang tidak perlu bisa dihilangkan.
(1) そのシャツは誰のシャツ?- Baju itu baju milik siapa?
(2) ジャヤのシャツだ。- Baju milik Jaya.
bisa menjadi:
(1) そのシャツは誰の?- Baju itu milik siapa?
(2) ジャヤのだ。- Milik Jaya.
(「その」 adalah singkatan 「それ+の」 jadi dia langsung memodifikasi nomina karena memiliki partikel 「の」 intrinsik. Kata sejenis misalnya 「この」 dari 「これの」 dan 「あの」 dari 「あれの」.

Penggunaan 「の」 seperti ini pada intinya menggantikan nominanya dan bahkan partikel 「の」 berperan menjadi nominanya. Kita pada dasarnya bisa memperlakukan adjektiva dan verba seperti nomina dengan menambahkan partikel 「の」. Partikelnya akan menjadi nomina generik, dan kita bisa memperlakukannya layaknya nomina biasa.
(1) 白いのは、かわいい。- Benda yang putih bersifat imut.
(2) 授業に行くのを忘れた。- Lupa hal pergi ke kelas.

Perhatikan bahwa di bahasa Indonesia kita bisa dengan sederhana mengatakan "lupa pergi" karena entah bagaimana di bahasa Indonesia verba juga bisa langsung menempati posisi-posisi nomina. Namun di bahasa Jepang, verba harus diubah menjadi nomina sebelum hal itu bisa dilakukan. Makannya, "pergi" harus diubah dulu menjadi "hal pergi" di contoh (2).

Dengan 「の」, sekarang kita bisa menggunakan partikel objek langsung, topik, dan pengidentifikasi dengan verba dan adjektiva. Kita tidak harus menggunakan partikel 「の」 di sini. Kita bisa menggunakan nomina 「物」, yang merupakan benda generik, atau 「こと」 untuk kejadian generik. Contohnya, kita juga bisa mengatakan:
(1) 白い物は、かわいい。- Benda yang putih bersifat imut.
(2) 授業に行くことを忘れた。- Lupa hal pergi ke kelas.

Namun, partikel 「の」 sangatlah berguna karena kamu tidak perlu menyatakan nomina apapun. Di contoh berikutnya, partikel 「の」 tidak menggantikan nomina apapun, namun hanya memungkinkan kita memodifikasi klausa verba dan adjektiva layaknya klausa nomina. Klausa subordinatnya ditandai.
(1) 毎日勉強するのは大変。 - Hal belajar setiap hari bersifat berat.
(2) 毎日同じ物を食べるのは、面白くない。- Hal makan benda sama setiap hari tidak menarik.
Kamu mungkin sadar bahwa kata 「同じ」 langsung memodifikasi 「物」 walaupun dia jelas bukan adjektiva-i. Saya tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Satu kemungkinan adalah bahwa dia sebetulnya adalah adverbia, yang akan kita lihat nanti tidak butuh partikel.

Tentunya, bahkan saat menggunakan 「の」 untuk menggantikan nomina, kamu tetap perlu 「な」 untuk memodifikasi nominanya saat adjektiva-na digunakan.
(1) 静かな部屋が、リナの部屋だ。- Kamar yang hening adalah kamar milik Rina.
 menjadi:
(1) 静かなのが、リナの部屋だ。- Yang hening adalah kamar milik Rina.
Partikel 「の」 dalam memberi penjelasan
 Partikel 「の」 yang ditempelkan di akhir kalimat juga bisa memberi nuansa penjelasan ke kalimatmu. Misalnya, kalau seseorang bertanya apakah kamu punya waktu, kamu bisa menggunakan 「の」 di akhir jawabanmu karena kamu memberi penjelasan ke orang tersebut. Arti yang dikandung sepertinya agak susah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Ini contohnya:
(1) 今は忙しいの。- (Saya) sekarang sibuk. (nuansa memberi penjelasan)


Ini terdengar sangat halus dan feminim. Laki-laki dewasa hampir selalu akan menambahkan deklaratif 「だ」 kecuali kalau mereka ingin sengaja terdengar imut.
(2) 今は忙しいのだ。- (Saya) sekarang sibuk. (nuansa memberi penjelasan)

Tapi karena deklaratif 「だ」 tidak bisa digunakan di pertanyaan, 「の」 yang sama di pertanyaan tidak membawa nada feminim dan digunakan baik oleh laki-laki maupun perempuan.
(3) 今は忙しいの?- Apa sekarang (kamu) sibuk? (nuansa meminta penjelasan, untuk penanya laki-laki maupun perempuan)

Dalam menyatakan keadaan benda, saat 「の」 digunakan untuk nada penjelasan ini, kita perlu menambah 「な」 untuk membedakannya dengan partikel 「の」 yang bisa berarti kepemilikan.
(1) リザのだ。- Adalah milik Riza.
(2) リザなのだ。- Adalah Riza. (dengan nuansa memberi penjelasan).
Selain kasus ini, yang lainnya tetap sama seperti sebelumnya.

Pada kenyataannya, walaupun nuansa memberi penjelasan ini digunakan setiap saat, 「のだ」 umumnya digantikan oleh 「んだ」. Mungkin ini karena 「んだ」 lebih mudah diucapkan daripada 「のだ」. Tata bahasa ini bisa terlihat memiliki banyak arti karena dia tidak hanya bisa digunakan dengan berbagai bentuk adjektiva, nomina, dan verba, tapi dia sendiri juga bisa dikonjugasikan seperti keadaan benda. Tabel konjugasinya akan menunjukkan kamu apa maksudnya.

Sebetulnya tidak ada yang baru di sini. Tabel pertama hanya menambahkan 「んだ」 (atau 「なんだ」) ke verba, nomina, atau adjektiva yang terkonjugasi. Tabel kedua menambahkan 「んだ」 (atau 「なんだ」) ke verba, nomina, atau adjektiva yang tidak terkonjugasi lalu mengkonjugasikan bagian 「だ」 dari 「んだ」 seperti pada pernyataan keadaan benda untuk nomina dan adjektiva-na. Jangan lupa untuk selalu menambahkan 「な」 pada nomina dan adjektiva-na.


「んだ」 ditempelkan ke berbagai konjugasi
(Kamu bisa mensubstitusi 「の」 atau 「のだ」 untuk 「んだ」)     Nomina/Adj-na                Verba/Adj-i
Dasar     学生なんだ     飲むんだ
Negatif 学生じゃないんだ     飲まないんだ
Lampau                学生だったんだ           飲んだんだ
Negatif lampau                学生じゃなかったんだ           飲まなかったんだ


「んだ」-nya sendiri dikonjugasi
(Kamu bisa mensubsitusi 「の」 untuk 「ん」 dan 「の」 atau 「のだ」 untuk 「んだ」)               Nomina/Adj-na                Verba/Adj-i
Dasar     学生なんだ     飲むんだ
Negatif 学生なんじゃない     飲むんじゃない
Lampau                学生なんだった           飲むんだった
Negatif lampau                学生なんじゃなかった           飲むんじゃなかった


Sepertinya bentuk lampau dan negatif lampau untuk nomina/adjektiva-na di tabel kedua hampir tidak pernah digunakan (terutama dengan 「の」) tapi saya sertakan untuk kelengkapan.

Beda utama antara menggunakan 「の」 dengan tidak menggunakan apa-apa adalah bahwa kamu mengatakan ke pendengarnya, "Dengar, ini alasannya", tidak hanya sekedar memberi informasi baru. Sebagai contoh, jika ada yang bertanya "Apa kamu sekarang sibuk?" kamu bisa dengan sederhana menjawab 「今は忙しい」. Tapi jika ada yang bertanya "Kenapa kamu tidak bisa bicara denganku?", karena jelas bahwa kamu perlu memberi penjelasan, kamu akan menjawab 「今は忙しいの」 atau 「今は忙しいんだ」. Tata bahasa ini penting untuk meminta penjelasan pada pertanyaan. Misalnya, kalau kamu ingin bertanya "Eh, bukannya (sudah) telat?" kamu tidak bisa hanya bertanya 「遅くない?」 karena itu artinya "Tidak telat?" dan hanya meminta jawaban "ya" atau "tidak". Kalau kamu butuh suatu penjelasan, kamu perlu bertanya dalam bentuk 「遅いんじゃない?」.

Mari kita lihat contoh-contoh situasi yang menggunakan tata bahasa ini. Karena 「の」 seringkali susah diterjemahkan, maka nuansa yang dikandungnya hanya akan dituliskan dalam tanda kurung.
Contoh 1
 リナ: どこに行くの?- Mau pergi ke mana? (meminta penjelasan)
ジャヤ: 授業に行くんだ。- Masuk ke kelas. (nada menjelaskan)
Contoh 2
 リナ: 今、授業があるんじゃない?- Bukannya sekarang ada kelas? (menyangka ada kelas)
ジャヤ: 今は、ないんだ。- Sekarang tidak ada. (nada menjelaskan)
Contoh 3
 リナ: 今、授業がないんじゃない?- Bukannya sekarang tidak ada kelas? (menyangka tidak ada kelas)
ジャヤ: ううん、ある。- Tidak, (sekarang) ada.
Contoh 4
 リナ: その人が買うんじゃなかったの?- Bukannya orang itu tadi akan membeli? (menyangkan orangnya akan membeli)
ジャヤ: ううん、先生が買うんだ。- Tidak, guru adalah yang akan membeli. (nada menjelaskan)
Contoh 5
 リナ: 朝ご飯を食べるんじゃなかった。 - Seharusnya tadi tidak sarapan. (menjelaskan bahwa sarapannya seharusnya tidak dimakan)
ジャヤ: どうして? - Kenapa?

Jangan khawatir kalau kamu sekarang benar-benar bingung, kita akan bertemu lebih banyak contoh lagi nanti yang akan meningkatkan pemahamanmu. Setelah kamu bisa merasa-rasa bagaimana segala sesuatunya bekerja, lebih baik melupakan terjemahan Indonesianya karena negatif dobel dan tripelnya bisa menjadi cukup membingungkan seperti pada contoh 3. Tapi di bahasa Jepang itu adalah ekspresi yang sangat normal, dan kamu akan sadar hal tersebut saat kamu menjadi semakin akrab dengan bahasa Jepang.













Bab 11
Menggunakan adverbia dan gobi


Isi bab ini
Kenapa adverbia dan gobi?
Cara kerja adverbia
Apa itu "gobi"?
Gobi 「ね」
Gobi 「よ」
Menggabungkan keduanya untuk mendapatkan 「よね」

Kenapa adverbia dan gobi?
 Sebetulnya keduanya tidak saling berhubungan tetapi saya memutuskan untuk menggabungkannya dalam satu bab karena kita hanya akan membahas dua gobi paling umum untuk saat ini. Hal tersebut terlalu pendek untuk dijadikan bab tersendiri.
Cara kerja adverbia

Adverbia atau kata keterangan adalah bagian kalimat yang menjelaskan bagaimana suatu verba dikerjakan. Misalnya, pada kalimat "Dia berlari dengan cepat" adverbianya adalah "dengan cepat". Bisa dilihat bahwa adverbia tersebut menggunakan adjektiva "cepat".

Di bahasa Jepang, mengubah adjektiva menjadi adverbia caranya sangat sederhana. Lalu, karena sistem partikel bahasa Jepang menyebabkan urutan kata pada kalimatnya fleksibel, kamu bisa menempatkan adverbia di mana saja asalkan sebelum verba yang bersangkutan. Sebagaimana biasanya, kita punya dua aturan berbeda: satu untuk ajektiva-i dan satu lagi untuk adjektiva-na.
Cara mengubah adjektiva menjadi adverbia
adjektiva-i: Ganti 「い」 dengan 「く」.
例) 早い早く
adjektiva-na: Tambahkan partikel target 「に」.
例) きれいきれいに

(1) ジャヤは朝ご飯を早く食べた。- Jaya sarapan dengan cepat.
Adverbia 「早く」 sedikit beda dengan bahasa Indonesia 'cepat', karena maksudnya bisa kecepatan atau waktu kejadian, tergantung konteksnya. Dengan kata lain, kalimat di atas bisa juga berarti bahwa Jaya makan sarapan pagi-pagi sekali. Di kalimat lain seperti 「早く走った」, kemungkinan besar artinya 'cepat' dan bukan 'gasik'. Namun sekali lagi semuanya bergantung pada konteks.

(2) リナは自分の部屋をきれいにした。- Rina melakukan (mengerjakan) kamarnya menuju bersih.
Terjemahan literalnya memberikan sedikit petunjuk tentang alasan digunakannya partikel target. Pendapat tertentu tidak setuju menganggapnya sebagai adverbia, tapi bagi kita itu adalah hal yang praktis. Dengan menganggapnya adverbia, kita bisa menginterpretasikannya sebagai "Rina mengerjakan kamarnya dengan bersih" yang sebetulnya berarti "Rina membersihkan kamarnya" pada bahasa Indonesia. 「きれい」 secara literal berarti 'cantik', jadi kamu juga bisa menganggapnya sebagai "Rina mempercantik kamarnya".

Catatan: Tidak semua adverbia diturunkan dari adjektiva. Beberapa kata seperti 「全然」 dan 「たくさん」 adalah adverbia dengan sendirinya. Kata-kata tersebut bisa digunakan tanpa partikel.
(1) 映画をたくさん見た。- Menonton banyak film.
(2) 最近、全然食べない。- Akhir-akhir ini, tidak makan sama sekali.

Mari kita lihat contoh penggunaan adverbia yang lain:
(1) アンドレの声は、結構大きい。 - Suara Andre cukup besar.
(2) この町は、最近大きく変わった。- Kota ini banyak berubah akhir-akhir ini.
(3) 図書館の中では、静かにする。- Di dalam perpustakaan, [kita] melakukan [aktivitas] dengan hening.

Apa itu "gobi"?
 Di bagian ini, kita akan membahas dua gobi yang paling banyak dipakai. 「語尾」 secara literal berarti "buntut bahasa" dan maksudnya adalah apapun yang muncul di akhir kalimat atau kata. Di tutorial ini, saya akan menggunakannya untuk menunjuk pada satu atau dua huruf hiragana yang selalu muncul di akhir kalimat karena tidak ada istilah lain yang saya ketahui. Akhiran ini seringkali susah untuk diterangkan karena banyak dari mereka yang sebetulnya tidak punya arti tertentu. Tapi mereka bisa mengubah 'nuansa' atau 'rasa' suatu kalimat. Dua yang akan kita bahas di sini bisa diterjemahkan dan digunakan cukup sering.

Gobi 「ね」
 Orang biasanya menambahkan 「ね」 ke akhir kalimat saat mereka meminta (dan berharap) persetujuan atas apa yang mereka katakan. Ini sama seperti "kan?" atau "ya?" pada bahasa Indonesia.
Contoh 1
 ジャヤ: いい天気だね。- Cuacanya baik ya?
リナ: そうね。- Iya ya?
Terjemahan 「そうね」 yang diberikan yaitu "Iya ya?" bisa berarti dua yaitu ragu dan setuju, tergantung intonasi pengucapannya. Yang dimaksud di sini adalah yang menyatakan persetujuan, dengan kata lain "Iya, memang." Laki-laki mungkin lebih memilih 「そうだね」.
Contoh 2
 リナ: おもしろい映画だったね。- Tadi filmnya menarik kan?
ジャヤ: え?全然おもしろくなかった。- Ha? Sama sekali tidak menarik.
Karena Rina berharap pengiyaan bahwa filmnya menarik, Jaya cukup kaget karena menurutnya filmnya sama sekali tidak menarik. (「え」 adalah suara terkejut atau bingung.)

Gobi 「よ」
 Saat 「よ」 ditempelkan ke akhir kalimat, itu berarti bahwa pembicara sedang menginformasikan sesuatu yang baru. Di bahasa Indonesia, padanannya adalah 'loh' dalam 'Dia besok nggak jadi pergi loh.' atau 'tahu nggak' pada 'Dia tadi sebetulnya marah, tahu nggak!'
Contoh 1
 リナ: 時間がないよ。- Nggak ada waktu loh.
ジャヤ: 大丈夫だよ。- Nggak apa-apa, tahu nggak.
Contoh 2
 リナ: 今日はいい天気だね。- Hari ini cuacanya bagus ya?
ジャヤ: うん。でも、明日雨が降るよ。- Iya. Tapi besok bakal hujan loh.

Menggabungkan keduanya untuk mendapatkan 「よね」
 Kamu juga bisa menggabungkan keduanya untuk mendapatkan 「よね」. Pada intinya, ini digunakan saat kamu ingin memberitahu pendengar akan suatu bahasan baru dan sekaligus meminta mendapat. Urutannya harus selalu 「よね」, tidak bisa sebaliknya.
Contoh
 リナ: ジャヤは、魚が好きなんだよね。 - Tahu nggak, kamu suka ikan ya?
ジャヤ: そうだね。- Memang begitu, iya kan?





































Bab 11
Akankah engkau berbaik hati untuk sedikit meluangkan waktu membaca bab yang sederhana ini

Isi bab ini
Tidak berlaku sembrono di Jepang
Akar verba
Menggunakan 「~ます」 untuk membuat verba sopan
Menggunakan 「です」 untuk sisanya
「です」 TIDAK sama dengan 「だ」

Tidak berlaku sembrono di Jepang
 Bahasa Jepang yang telah kita pelajari tidak akan membawa masalah jika kamu berumur 5 tahun. Sayangnya, mereka yang sudah besar diharapkan untuk menggunakan versi bahasa yang lebih sopan (disebut 丁寧語) saat berbicara dengan orang-orang tertentu. Contohnya, kamu sebaiknya menggunakan 丁寧語 saat berbicara dengan: 1) orang yang memiliki status sosial lebih tinggi 2) orang yang baru dikenal atau tidak dekat denganmu. Memutuskan kapan harus menggunakan gaya bahasa tertentu pada dasarnya adalah masalah mengira-ngira. Tapi, sebaiknya kamu konsisten menggunakan satu gaya bahasa saja untuk tiap orang.

Untungnya, mengubah bahasa santai menjadi bahasa sopan tidaklah sulit. Mungkin ada beberapa perubahan kata (misalnya "ya" dan "tidak" masing-masing menjadi 「はい」 dan 「いいえ」), dan gobi-gobi tertentu yang cukup vulgar jelas tidak muncul pada percakapan sopan. (Tenang saja, mereka memang belum kita bahas kok) Pada intinya, beda utama dari gaya bicara santai dengan sopan terletak pada akhir kalimatnya. Kamu bahkan tidak bisa tahu apakah seseorang sedang bicara dalam gaya sopan atau santai sebelum kalimatnya selesai.
Akar verba

Untuk mengkonjugasikan semua verba-u dan -ru ke bentuk sopannya, kita pertama harus belajar akar verba. Kadang-kadang ini disebut akar masu di buku-buku tapi kita hanya akan menyebutnya akar karena bentuk tersebut digunakan di banyak konjugasi selain untuk bentuk masunya. Akar ini benar-benar hebat karena sangat mudah dibuat dan berguna untuk berbagai jenis tata bahasa.
Aturan untuk mendapatkan akar verba
verba-ru - Buang 「る」
) 食べる食べ
verba-u - Ubah suara vokal terakhir dari suara "u" menjadi suara "i".
) 泳ぐ泳ぎ
Verba perkecualian - 「する」 menjadi 「し」 dan 「くる」 menjadi 「き」.

Akarnya sendiri sebetulnya bisa berfungsi sebagai cara khusus dan terbatas untuk mengubah verba-verba tertentu menjadi nomina. Kalau partikel 「の」 memungkinkan kamu berbicara tentang verba seakan-akan mereka adalah nomina, bentuk akar ini benar-benar mengubah verba menjadi nomina. Bahkan di kasus-kasus yang sangat langka akarnya lebih sering digunakan daripada verbanya. Contohnya akar dari 「怒る」(いかる) lebih sering digunakan daripada verbanya. Film "Fists of Fury" di bahasa Jepang adalah 「怒りの鉄拳」 dan bukan 「怒る鉄拳」. Dan bahkan, 「怒る」 kemungkinan besar akan dibaca 「おこる」, verba berbeda dengan arti dan kanji yang sama! Ada beberapa nomina tertentu (semacam 「休み」) yang sebetulnya adalah akar verba yang digunakan seperti nomina biasa. Tapi secara umum kita tidak bisa mengambil verba apapun dan mengubahnya menjadi nomina. Misalnya, contoh berikut salah:

 (誤) 飲みをする。- (Kalimat ini sebetulnya masuk akal tapi tidak ada yang bicara seperti ini)

Tapi, ada satu tata bahasa berguna yang bisa digunakan dengan akar dari semua verba, yaitu menggunakan akarnya sebagai target dari verba gerakan (hampir selalu 「行く」 dan 「来る」 pada kasus ini). Tata bahasa ini berarti "pergi atau datang untuk [melakukan sesuatu]". Ini contohnya:


 (1) 明日、映画を見に行く。- Besok, pergi untuk melihat film.
 「見に」 adalah akar dari 「見る」 yang disusul dengan partikel target 「に」.


Partikel arah 「へ」 kedengaranya seakan-akan kamu secara harfiah akan pergi ke sesuatu, sementara partikel 「に」 berarti bahwa kamu pergi dengan tujuan melakukan sesuatu.

 (1) 昨日、友達が遊びへきた。
- Kemarin, teman datang ke aktivitas bermain. (Kedengaran agak aneh)

 (2) 昨日、友達が遊びにきた。
- Kemarin, teman datang untuk bermain.

Ekspresi 「楽しみにする」 berarti bahwa seseorang "menanti akan sesuatu yang menyenangkan" (misalnya menunggu hari-hari buku Harry Potter muncul di toko) dan dibentuk dari tata bahasa yang sama, tapi ini adalah kasus khusus dan sebaiknya dianggap sebagai ungkapan yang sudah langsung jadi.

Verba lain kadang juga ditempelkan ke suatu akar untuk menciptakan verba baru. Contohnya, saat 「出す」 ditempelkan ke akar 「走る」, yaitu 「走り」, kamu mendapat 「走り出す」 yang berarti "mulai berlari". Contoh lain misalnya 「切り替える」, yang berarti "mengganti ke sesuatu yang lain", dan 「付け加える」, yang berarti "menambahkan sesuatu dengan menempelkannya". Arti masing-masing verbanya digabung menciptakan verba baru. Contohnya, 「言い出す」 berarti "mulai berbicara", yang menggabungkan arti "berbicara" dan "mengeluarkan". Tidak ada aturan umum di sini, sebaiknya kamu cek arti masing-masing verba gabungan tersebut dan menghafalnya sebagai suatu verba tersendiri.

Dalam konteks formal seperti artikel koran, akar verba juga digunakan sebagai bentuk konjungktif verba. Kita akan kembali ke topik ini pada bab tentang ekspresi formal.
Menggunakan 「~ます」 untuk membuat verba sopan

Tentu saja, alasan saya memperkenalkan akar verba adalah untuk bisa mengkonjugasikan verba ke bentuk sopannya... bentuk masu! Bentuk masu harus selalu muncul di akhir kalimat lengkap dan tidak pernah di dalam klausa subordinat. Saat belajar kalimat gabungan, kita nanti akan melihat bahwa masing-masing subkalimatnya juga bisa berakhir dalam bentuk masu juga.

Untuk mengkonjugasikan verba ke bentuk masunya, kamu tinggal menempelkan konjugasi 「ます」 yang cocok. Inilah diagramnya.
Diagram konjugasi dengan contoh akar 「遊び」           konjugasi ます akar+ます
Dasar     ます     遊びます
Negatif ません                遊びません
Lampau                ました                遊びました
Negatif lampau                ませんでした                遊びませんでした

Contoh
 Seperti biasa, mari kita lihat beberapa contoh.

 (1) 明日、大学に行きます。
- Besok, pergi ke universitas.

 (2) 先週、ジャヤに会いましたよ。
- Kemarin bertemu Jaya loh.

 (3) 晩ご飯を食べませんでしたね。
- Tidak makan malam, ya?

 (4) 面白くない映画は見ません。
- Mengenai film yang tidak menarik, tidak menonton.

Menggunakan 「です」 untuk sisanya
Untuk kalimat lain yang tidak diakhiri verba-ru maupun -u, yang perlu dilakukan tinggal menambahkan 「です」 atau 「でした」. Kamu juga bisa melakukan ini baik untuk akhiran 「の」 maupun 「ん」, anggap saja mereka nomina biasa (telah dibahas di bab partikel 3). Hal yang perlu diingat adalah apabila ada deklaratif 「だ」, maka dia harus dihilangkan. Dalam berbicara sopan, sepertinya kamu tidak bisa lantang mendeklarasikan ini itu (fungsi 「だ」). Seperti bentuk masu, 「です」 atau 「でした」 juga harus diletakkan di akhir kalimat lengkap. Inilah diagram konjugasinya:

adjektiva-i ( memang tidak bisa digunakan)  Santai   Sopan
Dasar     かわいい           かわいいです
Negatif かわいくない                かわいくないです
Lampau                かわいかった                かわいかったです
Negatif lampau                かわいくなかった     かわいくなかったです

nomina/adjektiva-na (harus menghilangkan )              Santai   Sopan
Dasar     静か(だ)     静かです
Negatif 静かじゃない                静かじゃないです
Lampau                静かだった     ※静かでした
Negatif lampau                静かじゃなかった     静かじゃなかったです


Lihat bahwa hanya untuk nomina/adjektiva-na, bentuk lampaunya menjadi 「でした」. Kesalahan umum adalah melakukan hal yang sama untuk adjektiva-i. Ingat selalu bahwa 「かわいいでした」 salah!
Contoh

Beberapa contoh lagi seperti biasanya.

 (1) 子犬はとても好きです。
- Mengenai anak anjing, sangat suka. (Terjemahan paling alaminya adalah seseorang sangat suka anak anjing, tapi tidak ada konteks untuk menyingkirkan kemungkinan bahwa anak anjing sangat suka sesuatu)

 (2) 昨日、時間がなかったんです。
- Kemarin tidak ada waktu. (nuansa menjelaskan)

 (3) その部屋はあまり静かじゃないです。
- Kamar itu tidak terlalu hening.

 (4) 先週に見た映画は、とても面白かったです。
- Film yang melihatnya minggu lalu sangat menarik.
Sedikit cek realita
 Saya telah mendengar beberapa kali bahwa konjugasi negatif taklampau yang diberikan di sini bukanlah konjugasi yang benar "secara resmi". Katanya, yang lebih "benar" adalah mengganti bagian 「ないです」 dengan 「ありません」. Alasannya adalah bentuk sopan negatif dari verba 「ある」 bukan 「ないです」 tapi 「ありません」. Dengan konjugasi ini 「かわいくない」 menjadi 「かわいくありません」 dan 「静かじゃない」 menjadi 「静かじゃありません」.

Memang konjugasi tersebut ada, tapi pada kenyataannya sekarang konjugasi yang "resmi" tersebut terdengar cukup kaku dan formal. Pada percakapan sopan sehari-hari, konjugasi yang telah kita bicarakan sebelumnya adalah yang akan digunakan hampir setiap saat. Walaupun kamu sebaiknya menggunakan konjugasi yang lebih formal untuk tulisan yang menggunakan bentuk sopan, kamu akan jarang mendengarnya di percakapan. Saya menyarankan kamu mempelajari dan mahir dengan kedua jenis konjugasi tersebut.
Konjugasi sopan negatif yang lebih formal          Santai   Sopan
Negatif かわいくない                かわいくありません
Negatif lampau                かわいくなかった     かわいくありませんでした
Negatif 静かじゃない                静かじゃありません
Negatif lampau                静かじゃなかった     静かじゃありませんでした

Contoh

 (1) その部屋はあまり静かじゃないですよ。
- Kamar itu tidak terlalu hening loh.

 (2) その部屋はあまり静かじゃありませんよ。
- Kamar itu tidak terlalu hening loh.
「です」 TIDAK sama dengan 「だ」
 Kalau kamu telah mengambil kelas bahasa Jepang, kamu mungkin diajari bahwa 「です」 adalah versi sopan 「だ」. Tapi saya ingin menunjukkan beberapa perbedaan vital dan alasan kenapa mereka adalah dua hal yang benar-benar berbeda. Sebetulnya tidak mungkin menjelaskan sepenuhnya kenapa mereka secara dasar berbeda tanpa menggunakan tata bahasa yang belum dipelajari, jadi saya mengkhususkan bagian ini untuk mereka yang telah mulai belajar bahasa Jepang dan sayangnya diberi pengetahuan salah bahwa 「だ」 adalah versi santai dari 「です」. Bagi yang lainnya, silahkan melompati bagian ini.

Pasti kamu telah mempelajari ungkapan 「そう」. Nah, ada empat cara untuk membentuk kalimat yang artinya "memang betul begitu" dengan pernyataan keadaan benda yang berbeda.
Cara berbeda untuk mengatakan "memang betul begitu"
 (1) そう。
(2) そうだ。
(3) そうです。
(4) そうでございます。

Pada yang pertama yaitu 「そう」 pernyataan keadaanya implisit dan pada 「そうだ」 deklaratif. Seperti telah saya jelaskan sebelumnya, bentuk yang tidak lantang 「そう」 umumnya digunakan oleh wanita dan yang deklaratif 「そうだ」 umumnya digunakan pria. 「そうです」 adalah versi sopan dari 「そう」, dibuat dengan cara menempelkan 「です」 ke nominanya. 「そうです」 bukan versi sopan 「そうだ」 yang diperoleh dengan mengganti 「だ」 dengan 「です」. Saya akan menjelaskan kenapa.

Misalnya kita ingin mengubah kalimatnya menjadi pertanyaan yaitu "Apakah betul begitu?" Ada beberapa cara untuk melakukannya tetapi sebagian ditunjukkan di sini. (Tata bahasanya dibahas di bab lain.)
Cara berbeda untuk bertanya, "Apakah betul begitu?"
 (1) そう?
(2) そうか?
(3) そうですか?

Saya telah menjelaskan sebelumnya bahwa 「だ」 digunakan untuk mendeklarasikan hal yang dipercayai sebagai fakta. Jadi, 「そうだか?」 bukanlah cara yang sah untuk bertanya karena kalimat tersebut pada waktu yang sama membuat pernyataan dan pertanyaan. Tapi fakta bahwa 「そうですか」 adalah pertanyaan yang sah menunjukkan bahwa 「です」 dan 「だ」 jelas berbeda. 「そうです」, dalam menunjukkan kesopanan, tidaklah deklaratif dan hanya merupakan versi sopan dari 「そう」.

Selain perbedaan nuansa antara 「だ」 dengan 「です」, perbedaan kunci lainnya adalah bahwa 「だ」 digunakan di banyak tata bahasa untuk membuat batas klausa subordinatnya jelas. Di lain pihak 「です」 hanya digunakan di akhir kalimat untuk menunjukkan kesopanan. Sebagai contoh, perhatikan kedua kalimat berikut. (Tata bahasanya ada di bab lain setelah bab ini)

 (正) そうだと思います - Menurut saya begitu.
(誤) そうですと思います - (Kalimat salah)

 「そうだと思います」 benar tapi 「そうですと思います」 tidak karena 「です」 hanya bisa digunakan di akhir kalimat. 「です」 hanya bisa berada pada klausa subordinat jika itu merupakan kutipan langsung perkataan seseorang seperti berikut.

(1) 「はい、そうです」と答えた。
 Kesimpulannya, mengganti 「です」 dengan 「だ」, berpikir bahwa yang satu merupakan versi sopan yang lainnya (dan sebaliknya) berpotensi menghasilkan kalimat-kalimat yang secara tata bahasa salah. Hal yang terbaik adalah menganggap mereka sebagai dua hal yang berbeda (karena memang begitu).








































Bab 12
Sebut namaku,,,



Isi bab ini
Menyebut orang dengan benar di bahasa Jepang
Menyebut diri sendiri
Menyebut orang lain dengan namanya
Menyebut orang lain dengan "kamu"
Menyebut pihak ketiga
Menyebut anggota keluarga

Menyebut orang dengan benar di bahasa Jepang
 Yang penting bukan hanya menggunakan gaya bahasa yang tepat sesuai dengan lawan bicaranya, tapi juga bagaimana cara menyebut orang lain dengan tepat. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menyebut dirimu sendiri dengan tingkat kesopanan yang pas. Bahasa Jepang di sini cukup mirip dengan bahasa Indonesia, yaitu sama-sama memiliki banyak cara untuk menyebut "saya" dan "kamu". Di sini kita akan membahas kata-kata yang paling umum untuk hal tersebut.

Menyebut diri sendiri
 Ada banyak cara untuk mengatakan "saya" di bahasa Jepang. Beberapa tidak terlalu umum dan ada juga yang sudah sangat kuno. Kita akan membahas beberapa yang paling umum dipakai saat ini. Beda penggunaan dari bermacam-macam versi "saya" tersebut bisa dibagi menjadi dua kategori: jenis kelamin dan kesopanan. Dengan kata lain, ada kata-kata yang umumnya dipakai laki-laki dan ada kata lain yang biasanya hanya dipakai perempuan dan semuanya bergantung pada konteks sosialnya.

Sebelum melangkah lebih jauh, saya ingin mengangkat kata 「私」. Bacaan resmi kanji tersebut adalah 「わたくし」. Ini adalah bacaan yang dipakai pada konteks formal (misalnya pidato pemimpin perusahaan). Bacaan ini kemungkinan besar akan diikuti gaya bahasa hormat dan rendah diri yang akan kita bahas belakangan. Dalam situasi lainnya, kanji tersebut umumnya dibaca 「わたし」. Ini adalah cara yang paling umum untuk mengatakan "saya" dari segi kesopanan dan jenis kelamin, sehingga umumnya itu adalah salah satu kata yang pertama kali diajarkan pada pelajar bahasa Jepang.
 Inilah daftar kata yang paling umum untuk "saya" dan penggunaannya:
私(わたくし) - Digunakan oleh laki-laki maupun perempuan pada situasi formal.
私(わたし) - Digunakan oleh laki-laki maupun perempuan untuk pembicaraan sopan pada umumnya.
- Digunakan terutama oleh laki-laki mulai dari situasi cukup formal sampai situasi cukup santai.
- "Saya" yang sangat kasar dan bisa dibilang khusus untuk laki-laki di situasi yang sangat santai. Dari segi vulgaritas mirip dengan "gue", tapi ingat hanya untuk laki-laki.
あたし - Cara yang sangat feminim dan santai untuk menyebut diri sendiri. Tapi banyak perempuan lebih memilih 「わたし」 karena 「あたし」 rasanya terlalu imut dan kecewek-cewekan.
Menyebut nama sendiri - Juga cara yang feminim dan agak kekanak-kanakan untuk menyebut diri sendiri.
わし - Biasanya digunakan oleh orang tua yang sudah cukup di atas separuh baya.

Mari kita lihat bagaimana kalimat yang berbeda menggunakan "saya" yang berbeda juga. 「わたくし」 tidak disertakan karena kita belum membahas tata bahasa yang sangat formal.

 (1) 私の名前はキムです。- Nama saya Kim. (Netral, sopan)
(2) 僕の名前はキムです。- Nama saya Kim. (Maskulin, sopan)
(3) 僕の名前はジャヤだ。- Namaku Jaya. (Maskulin, santai)
(4) 俺の名前はジャヤだ。- Nama gue Jaya. (Maskulin, sangat santai)
(5) あたしの名前はリナ。- Namaku Rina. (Feminim, santai)

Menyebut orang lain dengan namanya
 Bahasa Jepang tidak menggunakan "kamu" sesering bahasa Indonesia. Semoga contoh-contoh di bab sebelumnya dengan Jaya, Rina, Heri, dan yang lainnya telah membuat jelas bahwa orang lebih memilih menyebut nama lawan bicaranya. Cara umum lainnya adalah dengan gelarnya misal 「社長」、「課長」、「先生」, dll. Ini sama seperti penggunaan "bapak", "ibu", "mas", dan "mbak" seperti pada kalimat "Bapak besok ngajar nggak?". Kata 「先生」 bisa digunakan untuk siapapun yang memiliki keahlian dan pengetahuan yang banyak. Contohnya orang biasanya menggunakan 「先生」 saat memanggil dokter dan guru (tentunya). Kamu juga bisa menambahkan nama keluarganya ke gelarnya misalnya 「田中先生」 (Pak guru Tanaka). Kalau misalnya hubunganmu dengan orang tersebut tidak melibatkan gelar apapun, kamu bisa menggunakan namanya (biasanya nama keluarga) dengan ditambah 「さん」 untuk menunjukkan kesopanan. Kalau menyebut nama keluarganya dirasa sedikit terlalu sopan dan kaku, kamu bisa juga menempelkan 「さん」 ke nama panggilannya. Versi lain 「さん」 yang lebih akrab dan santai misalnya 「くん」 dan 「ちゃん」. 「くん」 biasanya digunakan untuk nama laki-laki yang posisi sosialnya sama atau lebih rendah. Contohnya, bos saya kadang memanggil saya 「キムくん」. 「ちゃん」 adalah cara yang menunjukkan perhatian atau kedekatan dan digunakan pada umumnya untuk anak-anak atau perempuan yang status sosialnya sama atau di bawah.

Catatan: Pada nama lengkap orang Jepang, yang ada di depan adalah nama keluarganya dan yang ada di belakang adalah nama panggilannya. Sebagai contoh, 田中れいな memiliki nama keluarga "Tanaka" dan nama panggilan "Reina".
Menyebut orang lain dengan "kamu"
 Di bahasa Indonesia, pada situasi sopan kita biasanya tidak menggunakan "kamu" dan lebih memilih kata-kata seperti "bapak" atau "mas". Bahasa Jepang juga secara umum tidak menggunakan 「あなた」, jadi hati-hati dalam menggunakannya. Dalam memanggil orang lain secara langsung, ada tiga tingkat kesopanan di bahasa Jepang: 1) Menggunakan nama orangnya dengan akhiran yang pas, 2) Tidak menggunakan apa-apa sama sekali, dan 3) Menggunakan 「あなた」. Kalau kamu sudah sampai ke nomor tiga, kamu sudah berada di daerah bahaya karena bisa terdengar sembrono. Pada umumnya, kamu tidak perlu menggunakan apa-apa karena kamu sudah jelas sedang berbicara dengan orang tersebut. Terus-terusan mengucapkan "kamu" akan terdengar seperti kamu sedang menyerangnya dengan tuduhan atau semacamnya.

「あなた」 juga merupakan cara lama bagi wanita untuk memanggil suami atau kekasihnya. Kecuali kamu wanita separuh baya dengan suami orang Jepang, sepertinya kamu tidak akan menggunakan 「あなた」 untuk tujuan tersebut.

Inilah daftar beberapa kata yang artinya "kamu". Kamu akan sangat jarang memerlukan kata-kata ini, terutama yang ada di akhir-akhir daftar.
あなた - Secara umum hanya digunakan jika tidak mungkin untuk berkontak fisik dan mengetahui nama orangnya. Sebagai contoh, pertanyaan pada formulir akan menggunakan 「あなた」.
- Bisa digunakan oleh laki-laki untuk memanggil orang lain yang menunjukkan kedekatan. Bisa juga terasa cukup kasar.
お前 - Cara yang sangat vulgar untuk menyebut orang lain. Umumnya digunakan oleh laki-laki dan diubah menjadi 「おめえ」.
あんた - Cara memanggil orang yang menunjukkan sikap sok dan kedekatan dengan lawan bicaranya. Orang yang menggunakannya mungkin agak jengkel dengan sesuatu.
手前 - Sangat-sangat kasar. Seperti 「お前」, untuk menambahkan sedikit efek orang akan mengatakannya 「てめ~~」. Terdengar seperti kamu ingin menghajar seseorang. Saya hanya pernah menjumpainya di buku dan film. Kalau kamu mencobanya ke teman-teman Jepangmu untuk bercanda, mungkin mereka akan tertawa dan mengatakan bahwa kamu terlalu banyak membaca komik.
貴様 - Menunjukkan kebencian dan kemarahan terdalam. Kedengarannya seperti kamu ingin menghabisi orang tersebut. Saya juga hanya pernah menemuinya di komik, dan membahasnya di sini agar kamu juga bisa menikmati komik!

Menyebut pihak ketiga
 "Dia" pada bahasa Jepang dibedakan berdasar jenis kelamin. Jika yang dibicarakan adalah laki-laki maka yang digunakan adalah 「彼」, sedangkan untuk perempuan yang dipakai adalah 「彼女」. Perhatikan bahwa 「彼」 dan 「彼女」 juga bisa berarti pacar. Jadi bagaimana membedakannya? Tentunya dengan konteks. Contohnya, jika seseorang bertanya 「彼女ですか?」 maka jelas bahwa yang ditanyakan adalah "Apakah dia pacarmu?" karena "Apakah dia 'dia'?" tidak masuk akal. Alternatif lainnya yang lebih jarang dipakai adalah 「ガールフレンド」 and 「ボーイフレンド」 dari kata bahasa Inggris "girlfriend" dan "boyfriend".

Menyebut anggota keluarga
 Menyebut anggota keluarga sedikit lebih rumit dibanding bahasa Indonesia. (tapi bisa lebih buruk lagi, coba saja bahasa Korea!) Agar singkat, (karena ini panduan tata bahasa dan bukan perbendaharaan kata) yang akan dibahas hanyalah anggota keluarga terdekat. Di bahasa Jepang, kamu menyebut anggota keluarga orang lain dengan menggunakan versi sopannya dan di lain pihak "merendahkan" anggota keluargamu sendiri. Ini hanya berlaku kalau kamu sedang membicarakan anggota keluargamu dengan orang lain yang bukan keluarga. Sebagai contoh, kamu akan menyebut ibumu sebagai 「母」 ke orang lain, namun di rumah kamu bisa saja memanggil ibumu menggunakan kata yang lebih sopan yaitu 「お母さん」. Ada juga pemisahan antara saudara laki-laki dan perempuan. Tabel berikut menunjukkan istilah-istilah yang paling umum untuk anggota keluarga. Masih ada juga kemungkinan atau variasi lain yang tidak dicakup tabel ini.

Tabel anggota keluarga Keluarga sendiri               Keluarga orang lain
Orang tua            両親     ご両親
Ibu                    お母さん
Ayah                 お父さん
Istri                   奥さん
Suami              ご主人
Kakak perempuan                      お姉さん
Kakak laki-laki              お兄さん
Adik perempuan                         妹さん
Adik laki-laki                弟さん
Anak laki-laki    息子     息子さん
Anak perempuan                        娘さん


Kata lain untuk istri yaitu 「家内」 sering dianggap tidak tepat secara politis karena kanji yang digunakan adalah "rumah" dan "dalam", yang berimplikasi bahwa istri harus ada di dalam rumah.








































Bab 13
Partikel tanya


Isi bab ini
Pertanyaan dalam bentuk sopan
Partikel tanya pada kalimat santai
「か」 pada klausa subordinat
Menggunakan kata tanya

Pertanyaan dalam bentuk sopan
 Partikel tanya dibahas di sini karena penggunaan utamanya adalah untuk menandakan pertanyaan pada kalimat sopan. Walaupun sebetulnya bisa saja kita bertanya dalam bentuk sopan dengan hanya menggunakan intonasi, pada umumnya partikel tanya ditambahkan pada akhir kalimat untuk menandakannya. Partikel tanya tersebut adalah aksara hiragana 「か」 dan pada bahasa tertulis kamu tidak perlu tanda tanya. Dengan alasan yang telah dibahas sebelumnya, jangan menggunakan deklaratif 「だ」 dengan partikel tanya ini.
Contoh 1
田中さん: お母さんはどこですか。- Ibu(mu) di mana?
鈴木さん: 母は買い物に行きました。- Ibu (saya) pergi belanja.
Contoh 2
 キムさん: イタリア料理を食べに行きませんか。 - Pergi makan masakan Italia?
鈴木さん: すみません。ちょっと、お腹がいっぱいです。- Maaf. Perut (saya) agak penuh.

Di sini pertanyaannya sebetulnya adalah ajakan, secara tata bahasa mirip dengan ajakan pada bahasa Indonesia seperti "Tidakkah kamu akan menemaniku?". 「すみません」 adalah cara yang sopan untuk meminta maaf. Yang sedikit lebih tidak formal adalah 「ごめんなさい」 dan versi santainya hanyalah 「ごめん」.

Partikel tanya pada kalimat santai
 Sangatlah masuk akal untuk beranggapan bahwa partikel tanya bekerja dengan cara yang persis sama pada pembicaraan santai. Sayangnya, kenyataannya tidak seperti itu. Partikel tanya 「か」 umumnya tidak digunakan di pembicaraan santai untuk membuat pertanyaan sebenarnya. Dia sering dipakai untuk berpikir apakah sesuatu itu benar atau tidak. Tergantung konteks dan intonasinya, dia juga bisa dipakai untuk membuat pertanyaan retoris atau menyatakan sarkasme. Hasilnya bisa terdengar cukup kasar jadi kamu perlu hati-hati untuk menggunakan 「か」 pada bentuk santai.
Contoh

 (1) こんなのを本当に食べるか?
- Emang kamu pikir (dia) beneran bakal makan kaya ginian?!

 (2) そんなのは、あるかよ!
- Emang aku keliatan kaya orang yang punya kaya gituan?!
 Sebagai ganti 「か」, pertanyaan umum di gaya bahasa santai menggunakan partikel penjelasan atau tidak menggunakan apapun kecuali intonasi yang naik, sebagaimana telah kita pelajari di bagian-bagian sebelumnya.

 (1) こんなのを本当に食べる?
- Kamu beneran mau makan kaya ginian?

 (2) そんなのは、あるの?
- Kamu punya yang kaya itu nggak?
「か」 pada klausa subordinat
 Penggunaan lain partikel tanya berikutnya adalah tata bahasa yang dipakai di gaya bicara manapun, sopan maupun santai. Partikel tanya yang ditambahkan di akhir klausa subordinat membuatnya menjadi pertanyaan mini di dalam kalimat yang lebih besar. Ini memungkinkan pembicara berbicara tentang suatu pertanyaan. Contohnya, kamu bisa berbicara tentang pertanyaan "Apa yang aku makan hari ini?" Pada contoh berikut pertanyaan yang dibicarakan ditandai dengan merah.

(1) 昨日何を食べたか忘れた。- Lupa apa yang kumakan kemarin.
(2) 彼は何を言ったかわからない。- Nggak ngerti apa yang dia omongin.
(3) 先生が学校に行ったか教えない? - Tidakkah kamu akan memberi tahuku apa guru pergi ke sekolah?

Pada kalimat seperti (3) pertanyaannya memiliki jawaban ya/tidak, dan pada kasus tersebut cukup umum (tapi tidak wajib) untuk menambahkan 「どうか」. Ini sama dengan mengatakan "apakah ... atau tidak" di bahasa Indonesia. Kamu juga bisa menambahkan pilihan lainnya juga untuk mengatakan hal yang sama.

 (1) 先生が学校に行ったかどうか知らない。- Tidak tahu apakah guru pergi ke sekolah atau tidak..
(2) 先生が学校に行ったか行かなかったか知らない。- Tidak tahu apakah guru pergi ke sekolah atau tidak pergi.
Menggunakan kata tanya
 Karena kita kebetulan sedang membahas tentang pertanyaan, ini saat yang bagus untuk melihat beberapa kata tanya (di mana, siapa, apa, dll.) dan apa artinya pada berbagai konteks. Lihatlah apa efek menambahkan partikel tanya ke kata dasarnya.

Kata TanyaKata+Partikel tanya  Arti
誰か     seseorang
何か     sesuatu
いつか                suatu waktu
どこか                suatu tempat
どれか                salah satu dari pilihan yang ada


 Seperti yang bisa kamu lihat dari contoh-contoh berikut, kamu bisa memperlakukannya bagai nomina biasa.

(1) 誰かがおいしいクッキーを全部食べた。- Seseorang makan semua kue enaknya.
(2) 誰が盗んだのか、誰か知りませんか。- Apa ada seseorang yang tahu siapa yang mencurinya?
(3) 犯人をどこかで見ましたか。- Apakah kamu melihat penjahatnya di suatu tempat?
(4) この中からどれかを選ぶの。- (Menjelaskan) Pilih salah satu di antara [beberapa pilihan berikut].
Kata tanya dengan arti inklusif
 Kata-kata yang sama seperti pada pada tabel di atas bisa digabung dengan 「も」 pada kalimat negatif untuk berarti "tidak siapapun" (誰も), "tidak ada apapun" (何も), "tidak di manapun" (どこも), dll.

「誰も」 dan 「何も」 digunakan terutama untuk kalimat negatif. Menariknya, tidak ada cara untuk mengatakan "semua", baik orang maupun hal umum, menggunakan kata tanya. Yang digunakan adalah kata-kata khusus seperti 「みんな/みなさん」 dan 「全部」.

Tiga kata sisanya, 「いつも」 (artinya "selalu"), 「どれも」 (artinya "yang manapun"), dan 「どこも」 (artinya "di mana-mana") bisa digunakan di kalimat negatif maupun positif.

Kata InklusifKata+      Arti
誰も     tidak siapapun (hanya kalimat negatif)
何も     tidak ada apapun (hanya kalimat negatif)
いつも                selalu
どこも                di mana-mana
どれも                yang manapun (semua pilihan)


 (1) この質問の答えは、誰も知らない。- Tidak ada yang tahu jawaban dari pertanyaan ini.
(2) 友達はいつも遅れる。 - Teman selalu telat.
(3) ここにあるレストランはどれもおいしくない - Restoran manapun di sini semuanya tidak ada yang enak.
(4) 今週末は、どこにも行かなかった。- Tidak pergi ke manapun akhir minggu ini.

 (Secara tata bahasa, 「も」 ini sama dengan partikel topik 「も」 jadi partikel target 「に」 harus diletakkan sebelum partikel 「も」.)
Kata tanya yang artinya "apapun"
 Kata-kata tanya yang sama jika digabung 「でも」 artinya "apapun". Yang perlu diperhatikan adalah bahwa 「何でも」 dibaca 「なんでも」 dan bukan 「なにでも」.

Kata untuk "apapun"Kata+でも                Arti
誰でも                Siapapun
何でも                Apapun
いつでも           Kapanpun
どこでも           Di manapun
どれでも           Yang manapun


 (1) この質問の答えは、誰でも分かる。- Siapapun mengerti jawaban pertanyaan ini.
(2) 昼ご飯は、どこでもいいです。- Tentang makan siang, di manapun OK.
(3) あの人は、本当に何でも食べる。- Orang itu benar-benar makan apapun.

Bab 14
Sambung-menyambung menjadi satu


Isi bab ini
Kalimat gabungan
Menyatakan serangkaian keadaan
Menyatakan serangkaian verba menggunakan bentuk-te
Menyatakan alasan atau sebab-akibat 「から」 menggunakan 「ので」
Mengggunakan 「のに」 yang berarti "walaupun"
Menyatakan kontradiksi menggunakan 「が」 dan 「けど」
Menyatakan banyak alasan menggunakan 「し」
Menyatakan banyak aksi atau keadaan menggunakan 「~たりする」

Kalimat gabungan
 Di bagian ini, kita akan belajar banyak cara untuk menggabungkan banyak kalimat sederhana menjadi satu kalimat kompleks. Sebagai contoh, kita akan mempelajari cara merantai kalimat-kalimat yang terpisah menjadi satu untuk menyatakan banyak aksi atau keadaan. Dengan kata lain, misalnya kita punya dua kalimat sederhana dengan subjek yang sama "Saya makan" dan "Saya berlari", maka kita akan belajar cara menyatukannya menjadi "Saya makan dan berlari." Kita juga akan mempelajari cara melakukan hal yang sama untuk adjektiva dan nomina. (Misalnya: Dia kaya, tampan, dan menarik.)
Menyatakan serangkaian keadaan
 Merantai nomina dan adjektiva untuk menggambarkan orang atau benda sangatlah mudah. Sebagai contoh, di bahasa Indonesia kita bisa menggabungkan "Dia X. Dia Y. Dia Z." menjadi satu kalimat "Dia X, Y, dan Z." karena subjeknya sama. Di bahasa Jepang, kita bisa melakukan hal yang sama dengan mengkonjugasikan nomina atau adjektivanya. Nomina atau adjektiva yang muncul terakhir akan tetap sama.

Cara merantai nomina dan adjektiva menjadi satu
Nomina dan adjektiva-na: Tempelkan 「で」 ke akhir nomina atau adjektiva.
例) 一般的一般的で
例) 静か静かで

Adjektiva-i dan nomina/adjektiva negatif: Ganti 「い」 dengan 「くて」.
Untuk 「いい」 dan 「かっこいい」, perkecualian 「いよ」 juga berlaku di sini.
例) 狭い狭くて
例) 彼女じゃない彼女じゃなくて
例) いいよくて
Contoh

 (1) 私の部屋は、きれいで、静かで、とても好き。
- Kamar saya bersih, hening, dan saya sangat suka.

 (2) 彼女は、学生じゃなくて、先生だ。
- Dia bukan murid, dia guru.

 (3) 田中さんは、お金持ちで、かっこよくて、魅力的ですね。
- Tanaka-san kaya, keren, dan mempesona ya?

Kamu bisa lihat bahwa 「で」 yang ditempelkan ke 「お金持ち」 di sini tidak mungkin partikel konteks 「で」 karena tidak ada verba yang terlibat. Mungkin akan memudahkan jika kamu menganggap 「で」 hanyalah suatu bentuk dari 「だ」 yang digunakan untuk membentuk rantai.
Menyatakan serangkaian verba menggunakan bentuk-te
 Dengan cara yang mirip, kamu bisa menyatakan serangkaian aksi. Biasanya hal tersebut berarti runtutan kejadian. (Saya melakukan X, lalu saya melakukan Y, lalu terakhir melakukan Z) Ada dua bentuk: positif dan negatif. Aspek waktu (misal bentuk lampau) dari seluruh aksinya ditentukan melalui verba yang terakhir.

Cara merantai verba menjadi satu
Positif: Konjugasikan verba ke bentuk lampaunya lalu ganti 「た」 dengan 「て」 atau 「だ」 dengan 「で」. Ini akan kita sebut bentuk-te walaupun bisa juga berakhiran 'de'.
Negatif: Sama seperti adjektiva-i, ganti 「い」 dengan 「くて」.
Aturan ini juga bisa digunakan untuk akhiran sopan 「です」 dan 「ます」.
例) 学生です学生でした学生でして
例) 買います買いました買いまして
Contoh konjugasiBentuk lampau             Bentuk-te
食べた                食べて
行った                行って
した     して
遊んだ                遊んで
飲んだ                飲んで
                                                Negatif Bentuk-te
食べない           食べなくて
行かない           行かなくて
しない                しなくて
遊ばない           遊ばなくて
飲まない           飲まなくて


Examples

 (1) 食堂に行って、昼ご飯を食べて、昼寝をする。
- Saya akan pergi ke kafetaria, makan siang, lalu tidur siang.

 (2) 食堂に行って、昼ご飯を食べて、昼寝をした。
- Saya pergi ke kafetaria, makan siang, lalu tidur siang. (lampau)

 (3) 時間がありまして、映画を見ました。
- Ada waktu dan saya menonton film. (lampau)



Menyatakan alasan atau sebab-akibat 「から」 menggunakan 「ので」
 Kamu bisa menyambung dua kalimat lengkap menggunakan 「から」 untuk menyatakan alasan terjadinya sesuatu. Urutannya selalu [sebab] から [akibat]. Kalau alasannya adalah nomina atau adjektiva-na yang tidak terkonjugasi, kamu harus menyatakan alasan tersebut secara eksplisit dengan menambahkan 「だ」 sehingga bentuknya menjadi (nomina/adjektiva-na)だから」. Kalau kamu lupa menambahkan 「だ」 ke 「から」, maka hasilnya akan terdengar seperti 「から」 yang berarti "dari" yang sudah dibahas di Partikel 2.
Contoh

 (1) 時間がなかったからパーティーに行きませんでした。
- Karena tidak ada waktu, maka tidak pergi ke pesta.

 (2) 友達からプレゼントが来た。
- Hadiah datang dari teman.

 (3) 友達だからプレゼントが来た。
- Karena (orang itu) teman, maka hadiah datang. (Kalimat ini artinya agak aneh)

Alasan atau akibatnya bisa dihilangkan jika sudah diketahui dari konteks sebelumnya. Jika bagian akibat dihilangkan pada bahasa sopan, 「から」 di akhir kalimat dianggap sebagai nomina biasa dan 「です」 ditambahkan. Kalau bagian sebab dihilangkan, kamu harus mendahuluinya dengan 「だ」 atau 「です」.

田中さん) どうしてパーティーに行きませんでしたか。- Kenapa kamu tidak pergi ke pesta?
山田さん) 時間がなかったからです。- Karena saya tidak ada waktu.

一郎) パーティーに行かなかったの?- Kamu nggak pergi ke pesta?
直子) うん、時間がなかったから。- Iya. Soalnya nggak ada waktu.

(1) 時間がなかった。- Aku nggak ada waktu.
(2) だからパーティーに行かなかったの? - Makannya kamu nggak pergi ke pesta ya?

Perhatikan bahwa 山田さん dan 直子 bisa saja menggunakan partikel pemberi penjelasan 「の」 untuk menyatakan hal yang sama. Dengan kata lain, 山田さん juga bisa mengatakan, 「時間がなかったのです」 atau 「時間がなかったんです」 sementara 直子 bisa saja mengatakan 「時間がなかったの」 (kita asumsikan dia ingin memakai bentuk yang lebih feminim). Justru dari sinilah kemungkinan asal mula bentuk 「ので」. Katakan saja kita ingin menggabungkan dua kalimat berikut: 「時間がなかったのだ」 dan 「パーティーに行かなかった」. Ingat bahwa kita menganggap 「の」 persis seperti nomina jadi kita bisa gunakan apa yang baru saja dipelajari di bab ini.

(1) 時間がなかったのだ+パーティーに行かなかった
menjadi:
(2) 時間がなかったのでパーティーに行かなかった。

Bahkan, 「ので」 dan 「から」 sebetulnya hampir selalu bisa saling ditukar, dengan sedikit perbedaan nuansa. 「から」 secara tegas menyatakan bahwa kalimat sebelumnya adalah sebab terjadinya sesuatu. Di lain pihak 「ので」 hanyalah menggabungkan dua kalimat, dengan kalimat pertama memiliki nada penjelasan. Perbedaan ini menyebabkan 「ので」 terdengar lebih halus dan sedikit lebih sopan, sehingga lebih digunakan untuk kasus-kasus di mana kita melakukan sesuatu yang mungkin kurang sopan.

(1) ちょっと忙しいので、そろそろ失礼します。
- Saya agak sibuk, jadi sebentar lagi akan pamit.
(「失礼します」, yang arti literalnya "Saya melakukan hal sembrono", adalah ungkapan yang umum digunakan saat akan pulang duluan atau saat mengganggu waktu orang lain.

Catatan: Jangan lupa bahwa pemberi penjelasan 「の」 memerlukan 「な」 untuk nomina dan adjektiva-na yang tidak terkonjugasi. Baca lagi Partikel 3 untuk penjelasan lengkapnya.

 (1) 私は学生なので、お金がないんです。
- Saya murid, jadi tidak punya uang (lit: uang tidak ada).

 (2) ここは静かなので、とても穏やかです。
- Di sini hening, jadi sangat tenang.

 (3) なので、友達に会う時間がない。
- Karena itu maka tidak ada waktu untuk bertemu teman.

Sebagaimana partikel pemberi penjelasan 「の」 bisa disingkat menjadi 「ん」, di pembicaraan 「ので」 bisa juga berubah jadi 「んで」 karena memang lebih praktis untuk diucapkan daripada harus menyuarakan / o /-nya.

 (1) 時間がなかったんでパーティーに行かなかった。
- Tidak ada waktu, jadi tidak pergi ke pesta.

 (2) ここは静かなんで、とても穏やかです。
- Di sini hening, jadi sangat tenang.

 (3) なんで、友達に会う時間がない。
- Karena itu maka tidak ada waktu untuk bertemu teman.
Mengggunakan 「のに」 yang berarti "walaupun"
 Secara tata bahasa, 「のに」 digunakan dengan cara yang sama seperti 「ので」. Jika digunakan untuk menggabungkan dua kalimat sederhana, artinya menjadi "Walaupun [Kalimat 1], namun [Kalimat 2]." Cara menyusunnya di bahasa Jepang adalah: [Kalimat 1]のに[Kalimat 2].
Contoh

(1) 毎日運動したのに、全然痩せなかった。
- Walaupun berolahraga tiap hari, tapi tidak tambah kurus sedikitpun.

 (2) 学生なのに、彼女は勉強しない。
- Walaupun murid, tapi dia tidak belajar.
Menyatakan kontradiksi menggunakan 「が」 dan 「けど」
 Digunakan dengan cara yang sama seperti 「から」 dan 「ので」, 「が」 dan 「けど」 juga digunakan untuk untuk menggabungkan dua kalimat. Keduanya digunakan untuk menyatakan kontradiksi. Sama seperti 「から」, deklaratif 「だ」 diperlukan untuk nomina dan adjektiva-na. Lalu sama seperti 「から」 dan 「ので」, salah satu sisi kalimat bisa dihilangkan.
Contoh

 (1) デパートに行きましたが、何も欲しくなかったです。
- Saya pergi ke department store tapi tidak ada apapun yang saya inginkan.

 (2) 友達に聞いたけど、知らなかった。
- Saya bertanya ke teman, tapi dia tidak tahu.

 (3) 今日は暇だけど、明日は忙しい。
- Saya kosong hari ini tapi besok sibuk.

 (4) だけど、彼がまだ好きなの。
- Mungkin begitu, tapi saya tetap suka dia. (nuansa menjelaskan, feminim)

Mungkin aneh, tapi 「聞く」 bisa berarti "mendengar" maupun "bertanya". Kamu mungkin merasa ini akan sangat membuat pusing, tapi biasanya arti yang diinginkan bisa diketahui dari konteks. Di (2), kita asumsikan temannya yang tidak tahu, jadi di kalimat tersebut ceritanya pembicaranya yang bertanya ke temannya. Namun konteks sangatlah penting karena kalimat ini juga bisa saja berarti, "Saya mendengar dari teman, tapi saya tidak tahu" karena subjek maupun topiknya tidak disebutkan.

Mirip seperti beda 「から」 dengan 「ので」, 「が」 terdengar lebih halus dan sedikit lebih sopan dari 「けど」. Walaupun bukan aturan saklek, tapi secara umum kita akan sering melihat 「が」 ditempelkan ke akhiran 「~ます」 atau 「~です」 dan 「けど」 ditempelkan ke akhiran biasa. Versi yang lebih formal dari 「けど」 adalah 「けれど」 dan bahkan ada yang lebih formal lagi yaitu 「けれども」 yang akan kita pelajari saat membahas ekspresi formal.

Tidak seperti kata "tapi" di bahasa Indonesia yang hanya terbatas pada kontradiksi, 「けど」 dan 「が」 tidak selalu menyatakan kontradiksi kuat. Sering kali, terutama saat membawa topik baru, 「けど」 dan 「が」 digunakan hanya sebagai penghubung dua kalimat saja. Sebagai contoh, pada kedua kalimat di bawah tidak ada kontradiksi apapun dan 「が」 maupun 「けど」 hanya digunakan untuk menghubungkan kalimatnya saja. Pada kasus-kasus tersebut, seringkali artinya lebih mirip "dan" pada bahasa Indonesia.

(1) デパートに行きましたが、いい物がたくさんありました。
- Saya pergi ke department store dan banyak barang bagus.

 (2) マトリックスを見たけど、面白かった。
- Saya menonton "The Matrix" dan film itu menarik.




Menyatakan banyak alasan menggunakan 「し」
 Saat kamu ingin mendaftar banyak alasan, kamu bisa melakukannya dengan menambahkan 「し」 ke akhir masing-masing klausa subordinatnya. Alasan tersebut bisa berupa keadaan maupun aksi. Ini sangat mirip dengan partikel 「や」, tetapi menyatakan alasan untuk verba dan keadaan benda. Sekali lagi, untuk keadaan benda 「だ」 harus digunakan pada nomina dan adjektiva-na yang tidak terkonjugasi untuk menyatakan alasannya secara tegas. Mari kita lihat beberapa contoh.

(1) どうして友達じゃないんですか?- Kenapa dia bukan teman? (meminta penjelasan)
(2) 先生だし、年上だし・・・。- Soalnya dia guru, terus lebih tua...

(1) どうして彼が好きなの?- Kenapa (kamu) suka dia?
(2) 優しいし、かっこいいし、面白いから。- Karena dia baik, keren, dan menarik (dan mungkin masih ada alasan yang lain juga).

Perhatikan bahwa 「優しくて、かっこよくて、面白いから。」 juga bisa saja digunakan. Tapi seperti beda antara partikel 「と」 dengan 「や」, penggunaan 「し」 mengandung makna bahwa mungkin masih ada alasan lain.
Menyatakan banyak aksi atau keadaan menggunakan 「~たりする」
 Ini adalah versi 「や」 yang digunakan untuk verba. Kamu bisa membuat daftar contoh verba yang mungkin hanya sebagian dari serangkaian aksi lengkapnya dengan cara mengkonjugasikan verbanya ke bentuk lampau lalu menambahkan 「り」. Di akhir, kamu perlu menambahkan verba 「する」. Seperti partikel 「や」, aspek waktunya ditentukan oleh verba di akhir yang dalam kasus ini selalu 「する」 (karena memang aturannya adalah menempelkan verba ini di akhir).

Kamu juga bisa menggunakan ini dengan keadaan benda untuk menyatakan bahwa sesuatu bisa berupa satu hal di satu waktu dan bisa juga menjadi hal lain di waktu lainnya (dan mungkin hal-hal lain lagi yang tidak disebutkan). Sama seperti verba, kamu hanya perlu mengubah tiap nomina atau adjektivanya ke bentuk lampau lalu menempelkan 「り」. Terakhir tambahkan 「する」 di akhir.
Aturan untuk membuat daftar verba dari suatu daftar yang lebih besar 「~たりする」
Verba - Konjugasikan tiap verba ke bentuk lampau lalu tambahkan 「り」. Terakhir, tambahkan 「する」 di paling belakang.
) 食べる、飲む食べた、飲んだ食べたり、飲んだり食べたり、飲んだりする
Keadaan benda - Konjugasikan masing-masing nomina atau adjektivanya ke bentuk lampau lalu tambahkan 「り」. Terakhir, tambahkan 「する」 di paling belakang.
) 簡単、難しい簡単だった、難しかった簡単だったり、難しかったり簡単だったり、難しかったりする

(1) 映画を見たり、本を読んだり、昼寝したりする。
- Saya menonton film, membaca buku, tidur siang, dan yang lainnya.

 (2) この大学の授業は簡単だったり、難しかったりする。
- Kelas-kelas di universitas ini kadang mudah, kadang susah (dan mungkin terkadang yang lainnya, lucu misalnya).



Aspek waktu maupun bentuk positif/negatifnya ditentukan oleh 「する」 di paling akhir.

 (3) 映画を見たり、本を読んだりした。
- Saya melakukan hal-hal semacam menonton film dan membaca buku.

 (4) 映画を見たり、本を読んだりしない。
- Saya tidak melakukan hal-hal semacam menonton film dan membaca buku.

 (5) 映画を見たり、本を読んだりしなかった。
- Saya tidak melakukan hal-hal semacam menonton film dan membaca buku. (lampau)






































BAB 15
Untunglah! Aku tahu pasti ada gunanya mempelajari hal tersebut

Isi bab ini
Kegunaan lain bentuk-te
Menggunakan 「~ている」 untuk keadaan berlanjut
Hasil berlanjut dan bukan aksi berlanjut
Menggunakan 「~てある」 untuk keadaan hasil
Menggunakan 「~ておく」 sebagai persiapan untuk waktu mendatang
Menggunakan verba gerakan (行く、来る) dengan bentuk-te

Kegunaan lain bentuk-te
 Bentuk-te sangatlah berguna karena dia digunakan di berbagai macam tata bahasa untuk menyatakan beragam ekspresi. Kita akan mempelajari keadaan berlanjut dengan bentuk 「~ている」 dan 「~てある」. Walaupun kita telah belajar berbagai konjugasi verba, semuanya menyatakan aksi sesaat (sekali tembak). Sekarang kita akan belajar cara mengatakan misalnya "Saya sedang berlari." Kita juga akan belajar cara melakukan aksi demi masa depan dengan menggunakan 「~ておく」 dan memberi nuansa gerakan pada aksi dengan 「~ていく」 dan 「~てくる」.

Menggunakan 「~ている」 untuk keadaan berlanjut
 Kita telah belajar cara menyatakan keadaan benda dengan 「です」, 「だ」, dsb. Tapi tidak ada dimensi keberlanjutan pada tata bahasa tersebut; yang ada hanyalah mengungkapkan: kamu adalah sesuatu atau bukan. Tata bahasa kali ini menyatakan keadaan berlanjut suatu verba. Ini biasanya berarti "sedang melakukan" di bahasa Indonesia kecuali beberapa perkecualian yang akan kita pelajari nanti. Kita bisa memanfaatkan bentuk-te yang dipelajari di bab sebelumnya karena yang perlu dilakukan hanyalah menambahkan 「いる」! Hasil gabungannya adalah verba-ru biasa.

「いる」 yang dipakai di sini adalah verba-ru yang menyatakan adanya sesuatu, pertama kali kita pelajari di bab verba negatif. Tapi dalam penggunaan kali ini, kamu tidak perlu memusingkan apakah subjeknya benda hidup atau bukan.
Menggunakan 「~ている」 untuk keadaan berlanjut
Untuk menyatakan aksi berlanjut, pertama konjugasikan verbanya ke bentuk-te lalu tempelkan verba 「いる」. Hasilnya berkonjugasi sebagai verba-ru.
例) 食べる食べて食べている
例) 読む読んで読んでいる
Hasilnya adalah verba-ru, tanpa peduli apa verba aslinya             Positif   Negatif
Taklampau          読んでいる     sedang membaca            読んでいない                tidak sedang membaca
Lampau                読んでいた     sedang membaca
(lampau)             読んでいなかった     tidak sedang membaca
(lampau)

Contoh

(1) 友達は何をしているの?- Teman(mu) sedang melakukan apa?
(2) 昼ご飯を食べている。- (temanku) sedang makan siang.

Tentu saja setelah kamu mengubahnya menjadi verba-ru biasa dengan cara seperti ini, semua konjugasinya berlaku. Contoh berikut menunjukkan konjugasi bentuk-masu dan negatif:

(1) 何を読んでいる?- (Kamu) sedang membaca apa?
(2) 教科書を読んでいます。- (Saya) sedang membaca buku pelajaran.

(1) 話を聞いていますか。- Apakah kamu sedang mendengarkan? (lit: Apakah kamu sedang mendengarkan pembicaraanku?)
(2) ううん、聞いていない。- Tidak, tidak sedang mendengarkan.

Perhatikan bahwa pada kasus terakhir, bahasa Indonesia yang lebih alami adalah tanpa menggunakan "sedang", misalnya "Kamu ndengerin nggak sih?!?" Walaupun begitu, cara berpikir bahasa Jepangnya yang menggunakan 「~ている」 pun seharusnya bisa dengan mudah dimengerti karena pada waktu tersebut memang orangnya "sedang" mendengarkan (atau tidak).

Karena orang biasanya terlalu malas menggerakkan lidahnya untuk membunyikan 「い」 dengan benar, di situasi yang santai 「い」-nya bisa dibuang begitu saja. Ini adalah kepraktisan untuk berbicara. Kalau kamu sedang menulis esai atau karya tulis, kamu harus selalu menggunakan 「い」. Inilah versi yang disingkat dari contoh-contoh sebelumnya:

(1) 友達は何をしてるの?- Teman(mu) sedang melakukan apa?
(2) 昼ご飯を食べてる。- (temanku) sedang makan siang.

(1) 何を読んでる?- (Kamu) sedang membaca apa?
(2) 教科書を読んでいます。- (Saya) sedang membaca buku pelajaran.

(1) 話を聞いていますか。- Apakah kamu sedang mendengarkan? (lit: Apakah kamu sedang mendengarkan pembicaraanku?)
(2) ううん、聞いてない。- Tidak, tidak sedang mendengarkan.

Perhatikan bahwa saya tetap menggunakan 「い」 untuk bentuk sopan. Walaupun tentunya orang juga membuang 「い」-nya pada bentuk sopan, mungkin sebaiknya kamu membiasakan diri berbicara dengan bentuk standardnya sebelum asyik terbawa penyingkatan-penyingkatan santai. Kamu benar-benar akan terkejut mengetahui banyaknya penyingkatan yang mungkin di pembicaraan santai. (Kamu juga akan kagum bahwa semua hal menjadi sangat panjang di gaya bicara super sopan) Pada intinya, penyingkatan-penyingkatan itu terjadi kalau kamu mengucapkan segala sesuatunya dengan malas-malasan dan menyambung semuanya menjadi satu. Partikel-partikel di sana-sini juga akan dibuang.

Contohnya:
(1) 何をしているの?(Repot banget sih ada partikel segala...)
(2) 何しているの? (Uh, males rasanya ngebunyiin semua vokalnya.)
(3) 何してんの? (Ah, sempurna.)

Hasil berlanjut dan bukan aksi berlanjut
 Ada beberapa kasus di mana keadaan berlanjut tidak bisa diterjemahkan sebagai "sedang" pada kerangka berpikir bahasa Indonesia. Ini karena sebetulnya ada ambigu mengenai "apa" yang sedang berlanjut pada bentuk 「~ている」: aksinya ataukah hasil aksinya. Maksud sebenarnya bisa diketahui dari konteks dan penggunaan umumnya. Sebagai contoh, walaupun 「結婚している」 secara teknis bisa berarti bahwa suatu pasangan "sedang" melakukan akad nikah (aksi), biasanya ungkapan tersebut digunakan untuk mengacu pada orang yang "telah" melakukan akad nikah dan saat ini sedang berada pada "status" menikah yang terlahir dari aksi akad nikah tersebut (hasil).

(1) 彼女は結婚しています - Dia sudah menikah/Dia berkeluarga. (kalau dijabarkan: Dia "telah" melakukan aksi akad nikah, sehingga "hasilnya" statusnya berubah dari single menjadi menikah, dan status tersebut "berlanjut" sampai sekarang. Jadi 「~ている」 di sini menyatakan aspek keberlanjutan hasilnya.)

Kita akan membahas beberapa verba umum yang sering membuat pelajar bahasa Jepang bingung dalam aspek ini.

「知る」
「知る」 artinya "tahu". Bahasa Indonesia sebetulnya aneh karena "tahu" adalah suatu verba, padahal fungsinya lebih pada menyatakan keadaan punya pengetahuan. Bahasa Jepang lebih konsisten dan 「知る」 hanyalah verba aksi biasa. Dengan kata lain, aku "tahu" (aksi, misal mendengar berita) sesuatu sehingga sekarang aku tahu hal tersebut (keadaan). Inilah alasannya kenapa kata "tahu" bahasa Indonesia berpadanan dengan keadaan berlanjut di bahasa Jepang, yaitu: 「知っている」.

「知る」 vs 「分かる」
「分かる」 yang berarti "paham/mengerti" mungkin kedengarannya mirip dengan 「知る」 di kasus-kasus tertentu. Namun ada perbedaan nyata antara "tahu" dan "paham". Jangan sampai menukar-balikkan 「知っている」 dengan 「分かっている」. 「分かっている」 artinya kamu sudah berada di keadaan paham. Dengan kata lain, kamu sudah "ngeh". Kalau kamu salah menggunakan kata ini, kamu akan terdengar sok. ("Iya, iya, aku dah ngerti kok. Jadi plis deh jangan ngomong lagi.") Tapi di lain sisi, 「知っている」 hanya berarti bahwa kamu tahu sesuatu.
Contoh

(1) 今日、知りました。- Saya mengetahuinya hari ini. (Saya melakukan aksi "tahu" hari ini.)
(2) この歌を知っていますか?- Apakah (kamu) tahu lagu ini?
(3) 道は分かりますか。-Apakah (kamu) tahu jalannya? (lit: Apakah (kamu) paham jalannya?)
(4) はい、はい、分かった、分かった。 - Iya, iya, ngerti, ngerti.

Verba Gerakan (行く、来る、etc.)
Sangatlah masuk akal kalau kamu menebak bahwa aksi 「行っている」 dan 「来ている」 berarti masing-masing "sedang pergi" dan "sedang datang". Tapi sayangnya tidak begitu. Bentuk 「~ている」 dari verba gerakan lebih menunjuk pada urutan aksi seperti yang kita pelajari di bab sebelumnya. Kamu menyelesaikan gerakannya, lalu sekarang kamu berada di kondisi tersebut. (Ingat, 「いる」 adalah verba yang menyatakan adanya benda.) Mungkin akan memudahkan kalau kamu memikirkannya sebagai dua aksi bertahap dan terpisah: 「行って」、lalu 「いる」.

Ini tentunya sama seperti kasus 「結婚している」 yang telah kita pelajari sebelumnya. Yang berlanjut adalah hasilnya, bukan aksinya. Dengan kata lain, penjabaran 「行っている」 adalah: Kamu "telah" melakukan aksi pergi, sehingga "hasilnya" kamu sekarang berada di tempat tujuan, dan keadaan "sampai tujuan" tersebut berlanjut sampai sekarang.
Contoh

(1) 鈴木さんはどこですか。-Di mana Suzuki-san?
(2) もう、家に帰っている。- Dia sudah di rumah. (telah pulang dan sampai sekarang ada di sana)

(3) 先に行っているよ。- Saya pergi duluan. (Saya akan pergi dan berada di sana sebelum kamu.)
(4) 美恵ちゃんは、もう来ているよ。- Mie-chan sudah di sini loh. (telah datang dan sampai sekarang ada di sini.)

Menggunakan 「~てある」 untuk keadaan hasil
 Sebagaimana ada 「ある」 sebagai pasangan 「いる」, ada juga bentuk 「~てある」 yang memiliki arti khusus. Dengan mengganti 「いる」 dengan 「ある」, maksudnya bukanlah keadaan berlanjut tetapi menyatakan hasil dari suatu aksi yang telah dikerjakan. Biasanya, ungkapan ini digunakan untuk menjelaskan bahwa sesuatu telah selesai dilakukan. Aksi yang diselesaikan juga membawa nuansa dilakukan sebagai persiapan untuk hal lainnya.
Contoh

Karena tata bahasa ini menyatakan keadaan dari aksi yang telah diselesaikan, umumnya kita akan menemui partikel 「は」, 「も」, dan 「が」, bukannya 「を」.

(1) 漢字が黒板に書いてある。 - Huruf kanji tertulis di papan tulis. (Seseorang selesai menulisnya, dan hasilnya bisa kamu lihat)

Perhatikan bahwa pola dasarnya yaitu 漢字を書く (menulis kanji) berubah menjadi 漢字が書いてある (kanji telah selesai ditulis dan hasilnya bisa dilihat).

(1) 準備はどうですか。- Bagaimana persiapannya?
(2) 準備は、もうしてあるよ。 - Persiapannya sudah selesai. (sudah dilakukan, dan sebagai hasilnya kita bisa ke tahap selanjutnya)

(1) 旅行の計画は終った?- Apakah rencana perjalanannya sudah selesai?
(2) うん、切符を買ったし、ホテルの予約もしてある。- Iya, saya tidak hanya membeli tiketnya, tapi juga sudah membooking hotelnya. (dan sebagai hasilnya, kita bisa menginap di hotel itu)
Menggunakan 「~ておく」 sebagai persiapan untuk waktu mendatang
 「~てある」 memang mengandung nuansa bahwa suatu aksi selesai dilakukan sebagai persiapan hal lainnya. Namun 「~ておく」 secara eksplisit menyatakan bahwa suatu aksi dikerjakan (atau akan dikerjakan) demi masa depan (sebagai suatu persiapan). Bayangkan ini: Kamu telah membuat kue pai lezat dan kamu akan meletakkannya di dekat jendela agar menjadi dingin sehingga bisa kamu makan setelahnya. Ini menjelaskan kenapa verba 「おく」 (置く), yang berarti "meletakkan", bisa dipakai untuk menyatakan persiapan demi masa depan. Walaupun 「置く」 yang berdiri sendiri ditulis dengan kanji, kalau ditempelkan ke bentuk-te biasanya digunakan hiragana.





Contoh

(1) 晩ご飯を作っておく。- Saya akan membuat makan malam (sebagai persiapan, untuk dimakan nanti malam tentunya).
(2) 電池を買っておきます。- Saya akan membeli baterai (sebagai persiapan, untuk dibawa kemah misalnya).

「~ておく」 juga kadang disingkat 「~とく」 demi kemudahan.
(1) 晩ご飯を作っとく。- Saya akan membuat makan malam (sebagai persiapan, untuk dimakan nanti malam tentunya).
(2) 電池を買っときます。- Saya akan membeli baterai (sebagai persiapan, untuk dibawa kemah misalnya).

Menggunakan verba gerakan (行く、来る) dengan bentuk-te
 Kamu juga bisa menggunakan verba gerakan "pergi" (行く) dan "datang" (来る) dengan bentuk-te, untuk menunjukkan bahwa aksi dasarnya dilakukan dengan unsur gerakan. Contoh yang paling umum dan berguna dari hal ini adalah verba 「持つ」 (memegang). 「持っている」 berarti kamu sedang dalam keadaan memegang sesuatu (atau memiliki), sedangkan jika 「いる」 diganti menjadi 「いく」 atau 「くる」 maka artinya menjadi kamu pergi atau datang membawa sesuatu. Tentu saja, konjugasinya sama dengan 「行く」 dan 「来る」 biasa.
Contoh

(1) 鉛筆を持っている?- Apakah (kamu) punya pensil?
(2) 鉛筆を学校へ持っていく?- Apakah (kamu) akan pergi membawa pensil ke sekolah?
(3) 鉛筆を家に持ってくる?- Apakah (kamu) akan datang membawa pensil ke rumah?

Untuk contoh-contoh tersebut, mungkin akan lebih mudah kalau kamu memikirkannya sebagai rentetan aksi: pegang lalu pergi, atau pegang lalu datang. Inilah beberapa contoh lain:

(1) お父さんは、早く帰ってきました。- Ayah pulang cepat.
(2) 駅の方へ走っていった。- Berlari menuju arah stasiun.

Pada contoh di atas, sebetulnya verba seperti 帰る dan 走る secara implisit sudah mengandung makna perpindahan tempat. Namun tanpa verba gerakan, kesannya hanyalah satu titik waktu di mana aksi tersebut berlangsung (bayangkan melihat foto orang berlari).  Penambahan 行く maupun 来る di sini membuat kesan "bergerak" tersebut lebih kentara dan hidup.

Verba gerakan juga bisa digunakan di ekspresi waktu untuk memberikan gambaran waktu yang maju atau bergerak.

(1) 冬に入って、コートを着ている人が増えていきます。
- Memasuki musim dingin, orang yang menggunakan mantel akan bertambah (seiring jalannya waktu).

Pada contoh di atas, kita bisa membayangkan bahwa seiring dengan pergerakan waktu ke masa depan, jumlahnya secara bertahap bertambah.

 (2) 一生懸命、頑張っていく!
- Saya akan berusaha (menuju masa depan) dengan seluruh kemampuan yang ada!

 (3) 色々な人と付き合ってきたけど、いい人はまだ見つからない。
- Saya telah bergaul (dari dulu sampai saat ini) dengan bermacam-macam orang, tapi belum menemukan orang yang baik.

Di contoh atas juga terbayang, seiring majunya waktu, penulisnya bertemu dengan orang-orang baru yang akan menjadi teman bergaulnya.

 (4) 日本語をずっと前から勉強してきて、結局はやめた。
- Belajar bahasa Jepang sejak sangat lama dan pada akhirnya berhenti.

Sebagai penutup, perlu diketahui bahwa sebagaimana 「~ている」 bisa disingkat menjadi 「~てる」, pada pembicaraan santai bentuk 「~ていく」 juga bisa menjadi 「~てく」. Lalu, karena kanji 行く juga memiliki bacaan alternatif ゆく, kamu juga akan menjumpai 「~てゆく」 yang artinya tentu saja sama dengan 「~ていく」.






















BAB 16
Sekarang kamu bisa bilang bahwa kamu bisa


Isi bab ini
Menyatakan kemampuan melakukan sesuatu
Bentuk potensial
Bentuk potensial tidak memiliki objek langsung
Apakah 「見える」 dan 「聞こえる」 perkecualian?
「ある」, perkecualian tambahan

Menyatakan kemampuan melakukan sesuatu
 Di bahasa Jepang, kemampuan untuk melakukan aksi tertentu dinyatakan dengan mengkonjugasikan verbanya, bukan dengan menambahkan kata seperti "bisa" layaknya pada bahasa Indonesia. Semua verba yang dikonjugasi ke bentuk potensial menjadi verba-ru.

Bentuk potensial
 Sekali lagi, terdapat aturan yang berbeda untuk masing-masing dari tiga grup berikut: verba-ru, verba-u, dan verba perkecualian. Tetapi, bentuk potensial dari verba 「する」 ("melakukan") benar-benar spesial karena dia berubah menjadi verba yang sepenuhnya beda: 「できる」 (出来る)
Aturan untuk membuat bentuk potensial
verba-ru - Ganti 「る」 dengan 「られる」.
(例) 見る見られる
verba-u - Ganti huruf terakhir dari suara vokal / u / ke suara vokal / e / yang bersesuaian lalu tambahkan 「る」.
 (例) 遊ぶ遊べ遊べる
Perkecualian - 「する」 menjadi 「できる」 dan 「くる」 menjadi 「こられる」.
 Ingat bahwa semua verba potensial menjadi verba-ru.
Contoh verba-ruDasar   Potensial
食べる                食べられる
着る     着られる
信じる                信じられる
寝る     寝られる
起きる                起きられる
出る     出られる
掛ける                掛けられる
調べる                調べられる
                                Contoh verba-uDasar     Potensial             ローマ字           ローマ字 (Pot.)
話す     話せる                hanasu hanaseru
書く     書ける                kaku      kakeru
遊ぶ     遊べる                asobu    asoberu
待つ     待てる                matu     materu
飲む     飲める                nomu    nomeru
取る     取れる                toru       toreru
死ぬ     死ねる                shinu     shineru
買う     買える                kau         kaeru
                                Verba perkecualianPlain              Potential
する     できる
くる     こられる



Sebetulnya kita juga bisa hanya menggunakan 「れる」 sebagai ganti dari bentuk lengkapnya 「られる」 untuk verba-ru. Sebagai contoh, 「食べる」 menjadi 「食べれる」 dan bukan 「食べられる」. Saya menyarankan untuk mempelajari konjugasi benarnya 「られる」 lebih dulu karena kemalasan bisa menjadi kebiasaan yang susah dilepas dan versi yang lebih pendek, walaupun sering ditemui, masih dianggap slang.
Contoh

(1) 漢字は書けますか?
- Apakah kamu bisa menulis kanji?

(2) 残念だが、今週末は行けない。
- Sayang sekali, tapi saya tidak bisa pergi akhir minggu ini.

 (3) もう信じられない。
- Aku sudah tidak bisa percaya.

Bentuk potensial tidak memiliki objek langsung
 Bentuk potensial menyatakan bahwa sesuatu bisa dilakukan namun tidak ada aksi nyata yang sebenarnya dilakukan. Walaupun bentuk potensial tetap merupakan verba, karena dia menyatakan keadaan sesuatu jangan menggunakan 「を」 sebagaimana pada verba aslinya. Sebagai contoh kalimat-kalimat berikut salah.

(誤) 富士山を登れた。
(誤) 重い荷物を持てます。

Inilah versi yang benarnya:
(正) 富士山が登れた。- Bisa mendaki Gunung Fuji.
(正) 重い荷物が持てます。- Bisa memegang barang bawaan berat.
Tentunya partikel 「は」 atau 「も」 juga bisa digunakan, tergantung dari apa yang ingin kamu sampaikan.

Apakah 「見える」 dan 「聞こえる」 perkecualian?
 Ada dua verba 「見える」 dan 「聞こえる」 yang masing-masing berarti bahwa sesuatu terlihat dan terdengar. Kalau kamu ingin mengatakan bahwa kamu bisa melihat atau mendengar sesuatu, kamu akan menggunakan kedua verba ini. Tapi, pada kasus di mana kamu ingin mengatakan bahwa kamu mendapat kesempatan melihat atau mendengar sesuatu, kamu baru akan menggunakan bentuk potensial biasanya. Tapi pada kasus-kasus tersebut pun, akan lebih umum untuk mengungkapkannya seperti pada contoh (3).
Contoh

(1) 今日は晴れて、富士山が見える。
- Hari ini cerah dan Gunung Fuji terlihat. (= saya bisa melihat Gunung Fuji)

 (2) 友達のおかげで、映画はただで見られた。
- Atas kebaikan teman [saya], [saya] bisa menonton filmnya dengan gratis.

 (3) 友達のおかげで、映画をただで見ることができた。
- Atas kebaikan teman [saya], [saya] bisa menonton filmnya dengan gratis.

 Kamu bisa melihat bahwa (3) menggunakan nomina umum untuk kejadian, dan secara literal hal tersebut berarti "kejadian menonton film bisa dilakukan" yang pada dasarnya sama dengan 「見られる」. Seperti sudah dijelaskan di Partikel 3, kamu juga bisa menggunakan nomina generik 「の」 untuk menggantikan 「こと」.

 (1) 友達のおかげで、映画を見るのができた。

Inilah contoh tambahan menggunakan 「聞く」. Bisakan kamu merasakan beda penggunaannya? Perhatikan bahwa 「聞こえる」 selalu berarti "terdengar", tidak pernah "bisa bertanya".

 (1) 久しぶりに彼の声が聞けた。
- Saya bisa mendengar suaranya lagi untuk pertama kalinya dalam waktu yang panjang.

 (2) 周りがうるさくて、彼が言っていることがあんまり聞こえなかった
- Sekeliling saya berisik dan saya tidak bisa mendengar dengan baik apa yang sedang dia katakan.
「ある」, perkecualian tambahan
 Kamu bisa mengatakan bahwa sesuatu memiliki kemungkinan ada dengan menggabungkan 「ある」 dan verba 「得る」 untuk menghasilkan 「あり得る」. Pada dasarnya ini berarti 「あることができる」. Hanya saja tidak ada yang mengatakan versi panjang tersebut dan semua menggunakan 「あり得る」. Verba ini sangat menarik karena bisa dibaca 「ありうる」 maupun 「ありえる」. Namun, semua konjugasi lainnya seperti 「ありえない」、「ありえた」、dan 「ありえなかった」 hanya bisa dibaca menggunakan 「え」.
Contoh

 (1) そんなことはありうる。
- Kejadian/hal seperti itu mungkin. (lit: bisa ada)

 (2) そんなことはありえる。
- Kejadian/hal seperti itu mungkin. (lit: bisa ada)

 (3) そんなことはありえない。
- Kejadian/hal seperti itu tidak mungkin. (lit: tidak bisa ada)

 (4) 彼が寝坊したこともありうるね。
- Mungkin juga dia bangun kesiangan. (lit: Kejadian bahwa dia kesiangan juga bisa ada.)
 (5) それは、ありえない話だよ。
- Itu kejadian/cerita yang tidak masuk akal. (lit: Kejadian/cerita itu tidak bisa ada)


Bab 17
Pelajaran ini akan menjadikanmu melakukan

Isi bab ini
Menggunakan 「する」 dan 「なる」 dengan partikel 「に」
Menggunakan 「なる」 dan 「する」 untuk nomina dan adjektiva-na
Menggunakan 「なる」 dengan adjektiva-i
Menggunakan 「なる」 dan 「する」 dengan verba

Menggunakan 「する」 dan 「なる」 dengan partikel 「に」
 Kita bisa menggunakan verba 「する」 dan 「なる」 bersamaan dengan partikel 「に」 untuk menyatakan berbagai hal yang berguna. Kita sudah sering menggunakan partikel objek 「を」 untuk 「する」 karena sesuatu biasanya dilakukan pada sesuatu yang lain. Kita akan melihat bagaimana artinya berubah jika partikelnya diganti menjadi 「に」. Kalau menggunakan 「なる」, kita selalu menggunakan partikel 「に」 karena "menjadi" bukanlah aksi yang dikenakan pada sesuatu yang lain, tetapi perubahan menuju target tertentu. Poin tata bahasa yang menarik di sini hanyalah penggunaan 「なる」 dengan adjektiva-i dan verba.

Menggunakan 「なる」 dan 「する」 untuk nomina dan adjektiva-na

 Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tidak ada hal baru yang perlu diangkat mengenai penggunaan 「なる」 dengan nomina dan adjektiva-na. Semuanya berlaku seperti yang kamu harapkan.

 (1) 彼の日本語が上手になった。
- Bahasa Jepangnya menjadi mahir.

 (2) 私は医者になった。
- Saya menjadi dokter.

 (3) 私は有名な人になる。
- Saya akan menjadi orang terkenal.

Untuk adjektiva, penggunaan verba 「する」 dengan partikel 「に」 sudah dibahas sebelumnya di bagian adverbia. Tapi untuk nomina, kalau kamu menggunakan verba 「する」 dengan partikel 「に」, itu berarti kamu akan melakukan sesuatu menuju sesuatu. Di bahasa Jepang penggunaan 「する」 seperti ini bisa berarti "memutuskan untuk memilih [X]". Ini adalah ungkapan yang biasa dipakai misalnya saat memesan sesuatu di menu.

 (1) 私は、ハンバーガーとサラダにします。
- Saya memilih (memesan) hamburger dan salad. (lit: Saya akan melakukan menuju hamburger dan salad)

 (2) 他にいいものがたくさんあるけど、やっぱりこれにする。
- Banyak benda bagus lainnya, tapi seperti yang sudah kuduga, aku akan memilih yang ini.

Kalau kamu merasa penggunaan di contoh (1) tersebut agak aneh, mungkin karena di bahasa Indonesia kita biasanya tidak menggunakan verba apapun saat memilih benda. Contohnya, kalau ditanya "Mau pesan apa?", biasanya kita menjawab misalnya hanya "Saya nasi goreng saja."

Menggunakan 「なる」 dengan adjektiva-i
 Karena partikel 「に」 adalah partikel target yang digunakan untuk nomina dan juga adjektiva-na, kita harus menggunakan cara lain untuk menyatakan bahwa sesuatu menjadi adjektiva-i. Karena "menjadi" menyatakan perubahan keadaan, sepertinya masuk akal untuk mengungkapkan hal tersebut menggunakan adverbia. Nyatanya, kalau dipikir-pikir kita sebetulnya sudah menggunakan (semacam) adverbia di bagian lalu saat kita menggunakan 「に」 dengan adjektiva-na. Ingat, untuk mengubah adjektiva-na menjadi adverbia kita menggunakan 「に」, namun dengan adjektiva-i kita mengubah 「い」 di akhir menjadi 「く」.

(1) 去年から背が高くなったね。
- Sejak (dibanding) tahun lalu kamu sudah menjadi tinggi, ya? (lit: tinggi badan menjadi tinggi)

 (2) 運動しているから、強くなる。
- Karena aku berolahraga, aku akan menjadi kuat.

 (3) 勉強をたくさんしたから、頭がよくなった。
- Karena aku banyak belajar, aku menjadi pandai. (lit: kepala menjadi baik)

Menggunakan 「なる」 dan 「する」 dengan verba
 Kamu mungkin bertanya-tanya bagaimana cara menggunakan 「なる」 dan 「する」 dengan verba, karena tidak ada cara untuk memodifikasi langsung suatu verba dengan verba lain. Solusi sederhananya adalah dengan menambahkan nomina umum agar menjadi kejadian umum: こと (事) atau rupa/penampakan: よう (様). "penampakan" di sini maksudnya bukan kemunculan hantu atau yang semacamnya, tetapi mengacu pada bagaimana suatu benda atau keadaan tampak di mata kita. Idenya sama seperti pada kalimat "tampaknya situasinya sedang tegang" atau "Dia tampaknya rajin belajar."

Nomina-nomina tersebut tidak mengacu pada suatu hal tertentu secara intrinsik, tetapi digunakan untuk menyatakan hal lain. Dalam kasus ini, mereka memungkinkan kita untuk menyatakan verba sebagai nomina. Inilah beberapa contoh cara menggunakan nomina umum tersebut dengan 「する」 dan 「なる」.

(1) 海外に行くことになった。
- Telah diputuskan bahwa aku akan pergi ke luar negeri. (lit: Telah menjadi kejadian pergi ke luar negeri)

 (2) 毎日、肉を食べるようになった。
- Aku jadi makan daging setiap hari.(lit: Aku jadi tampak makan daging tiap hari)

 (3) 海外に行くことにした。
- Aku memutuskan akan pergi ke luar negeri. (lit: Aku melakukan menuju kejadian pergi ke luar negeri)

 (4) 毎日、肉を食べるようにする。
- Aku akan mencoba makan daging tiap hari. (lit: Aku akan melakukan menuju penampakan makan daging tiap hari)

Kamu bisa memodifikasi verba dengan 「なる」 atau 「する」 dengan cara mengubahnya menjadi klausa nomina lebih dulu lalu berikutnya memperlakukannya bagai nomina biasa. Cukup cerdik kan? Semoga terjemahan literalnya memberimu gambaran asal mula arti kalimat-kalimat tersebut. Sebagai contoh, di (4) 「~ようにする」 memiliki terjemahan bahasa Indonesian "berusaha untuk...". Namun di bahasa Jepang, sebetulnya itu hanyalah target suatu aksi agar tampak menjadi sesuatu hal (dalam contoh di atas, agar "tampak makan daging tiap hari").

Karena verba potensial menyatakan kemungkinan dan bukan aksi (ingat, ini alasannya partikel 「を」 tidak bisa digunakan), verba potensial sering muncul bersama 「~ようになる」 untuk menyatakan perubahan kemampuan/keadaan. Mari gunakan kesempatan ini untuk berlatih beberapa konjugasi verba potensial.

 (1) 日本に来て、寿司が食べられるようになった。
- Setelah datang ke Jepang, aku jadi bisa makan sushi.

 (2) 一年間練習したから、ピアノが弾けるようになった。
- Karena aku latihan selama 1 tahun, aku jadi bisa main piano.

 (3) 地下に入って、富士山が見えなくなった。
- Setelah masuk ke bawah tanah, Gunung Fuji menjadi tidak kelihatan.

















Bab 18
Pengandaian


Isi bab ini
Cara mengatakan "jika" di bahasa Jepang
Menyatakan sebab akibat alami dengan 「と」
Pengandaian kontekstual dengan 「なら(ば)」
Pengandaian umum dengan 「ば」
Pengandaian lampau dengan 「たら(ば)」
Bagaimana posisi 「もし」 di semua ini?

Cara mengatakan "jika" di bahasa Jepang
 Di bagian ini kita akan fokus pada cara mengucapkan "jika" di bahasa Jepang. Kalau saja semudah di bahasa Indonesia! Di bahasa Jepang, ada empat (coba hitung sampai empat) cara untuk mengatakan "jika"! Untungnya konjugasinya sedikit dan sederhana, terutama karena kamu tidak perlu dipusingkan dengan aspek waktu

Menyatakan sebab akibat alami dengan 「と」
 Pertama kita akan membahas jenis "jika" yang paling sederhana yaitu pengandaian sebab akibat alami. Ini berarti bahwa jika [X] terjadi, maka [Y] akan terjadi sebagai akibat alaminya. Tidak ada keraguan, anggap seperti hukum alam. Jika saya melepas bola di tengah udara, maka dia akan jatuh ke tanah. Jika saya mematikan lampu di malam hari, maka jadinya akan gelap. Kita bisa menyatakannya dengan pola berikut.
Cara menggunakan pengandaian 「と」
Tempelkan 「と」 pada sebab dan ikuti dengan akibat yang akan terjadi
= [Sebab] + + [Akibat]
Keadaan benda harus dinyatakan dengan eksplisit
= [Keadaan benda] + だと + [Akibat]
Contoh

 (1) ボールを落すと落ちる。
- Jika kamu menjatuhkan bola, (bola tersebut) akan jatuh.

 (2) 電気を消すと暗くなる。
- Jika kamu mematikan lampu, akan menjadi gelap.

Contoh-contoh di atas dipilih untuk menunjukkan bahwa 「と」 menyatakan sebab akibat alami. Tetapi, kalaupun pernyataannya bukan hukum alam, 「と」 tetap bisa digunakan untuk memberitahu pendengar bahwa bagaimanapun juga itulah hasil yang diharapkan terjadi.

(1) 学校に行かないと友達と会えないよ。
- Jika kamu tidak pergi ke sekolah, kamu tidak bisa bertemu teman-teman.

 (2) たくさん食べると太るよ。
- Jika kamu banyak makan, kamu pasti akan menjadi gemuk loh.

 (3) 先生だと、きっと年上なんじゃないですか?
- Jika dia guru, pasti dia lebih tua kan?

Penggunaan pengandaian 「と」 di sini secara implisit menyampaikan maksud "pasti terjadi" yang ada di pikiran pembicara. Pembicara berusaha menyampaikan kepada pendengar bahwa rantai sebab-akibatnya pasti benar, bagaimanapun keadaannya.

Di contoh terakhir, kamu bisa melihat bahwa jika [Sebab]-nya adalah keadaan benda, maka dia harus diikuti 「だ」 secara eksplisit. Sebagaimana kamu ketahui, ini berlaku untuk semua nomina dan adjektiva-na yang tidak terkonjugasi. Gunanya adalah untuk membedakannya dengan penggunaan lain 「と」:

 (1) 先生と行く。
- Pergi bersama guru.

 (2) 先生だと行く。
- Jika guru, pasti pergi.

Pengandaian kontekstual dengan 「なら(ば)」
 Pengandian berikutnya yang relatif mudah dipahami adalah pengandaian kontekstual. Kamu bisa menggunakan partikel ini untuk menyatakan apa yang akan terjadi pada konteks tertentu. Sebagai contoh, jika kamu ingin mengatakan "Kalau semuanya pergi, aku juga akan pergi" maka kamu akan menggunakan 「なら」. Dalam hal ini, konteks dalam pengambilan keputusannya adalah "semua pergi". Pengandaian ini selalu membutuhkan konteks terjadinya sesuatu. Sebagai contoh, kamu akan menggunakannya untuk hal-hal semacam "Jika yang kamu maksud adalah itu, maka..." atau "Jika kasusnya begitu, maka..."

Pada dasarnya, kamu menjelaskan apa yang akan terjadi jika suatu kondisi dipenuhi. Ini sama saja mengatakan "Pada kasus tertentu, maka ini yang akan terjadi". Kita akan menggunakan terjemahan literal "Jika kasusnya" untuk menunjukkan cara berpikir ini.

「なら」 ditempelkan pada konteks pengandaiannya. Polanya mirip pengandaian 「と」, hanya saja jangan gunakan deklaratif 「だ」.
Cara menggunakan pengandaian 「なら」
Tempelkan 「なら」 pada konteks pengandaiannya
= [Konteks yang Diasumsikan] + なら + [Hasil]
Jangan tempelkan deklaratif 「だ」.
Contoh

 (1) みんなが行くなら私も行く。
- Jika kasusnya adalah semua pergi, maka saya juga akan pergi.

 (2) リナさんが言うなら問題ないよ。
- Jika kasusnya adalah bahwa Rina mengatakan begitu, maka tidak ada masalah.
Contoh Percakapan

 リナ) 図書館はどこですか。
- Perpustakaan ada di mana?

 ジャヤ) 図書館なら、あそこです。
- Jika yang sedang kamu bicarakan adalah perpustakaan, maka ada di sana.

Contoh berikut salah.
(誤) 図書館だならあそこです。

Kamu juga bisa menggunakan 「ならば」 dan bukan 「なら」. Artinya sama saja, tetapi rasanya sedikit lebih formal.

Pengandaian umum dengan 「ば」
 Pengandaian berikutnya adalah "jika" yang biasa, tanpa asumsi atau embel-embel maksud apapun. Hanya saja dia tidak bisa digunakan untuk nomina dan adjektiva-na. Dari segi konjugasi, pengandaian 「ば」 cukup mudah. Untuk verba, kamu mengubah vokal / u / di akhir menjadi suara / e / seperti pada bentuk potensialnya. Hanya saja, yang kamu tambahkan di akhir adalah 「ば」 dan bukan 「る」. Aturan ini juga berlaku untuk verba-ru. Untuk adjektiva-i dan bentuk negatif yang diakhiri 「ない」, kamu buang 「い」 di akhir dan tambahkan 「ければ」.
Aturan konjugasi 「ば」
Untuk verba, seperti pada bentuk potensial, ubah suara vokal / u / di akhir menjadi suara / e / dan tempelkan 「ば」
(例) 食べる  食べれ食べれば
(例) 待つ  待て待てば
Untuk adjektiva-i dan bentuk negatif yang diakhiri 「ない」, buang 「い」 di akhir dan tambahkan 「ければ」.
(例) おかしい  おかしければ
(例) ない  なければ
Contoh

 (1) 友達に会えれば、買い物に行きます。
- Jika saya bisa bertemu teman, kami akan pergi belanja.

 (2) お金があればいいね。
- Jika saya punya uang, enak ya...

 (3) 楽しければ、私も行く。
- Jika menyenangkan, saya juga akan pergi.

 (4) 楽しくなければ、私も行かない。
- Jika tidak menyenangkan, saya juga tidak akan pergi.

 (5) 食べなければ病気になるよ。
- Jika tidak makan, kamu akan sakit loh.
Pengandaian lampau dengan 「たら(ば)」
 Saya menamakan yang satu ini pengandaian lampau karena cara membentuknya adalah dengan mengubah kata dasarnya ke bentuk lampau lalu menambahkan 「ら」. Biasanya orang juga menyebutnya pengandaian 「たら」 karena semua bentuk lampau diakhiri 「た」 jadi kalau ditambah 「ら」 pasti menjadi 「たら」. Seperti pengandaian 「ば」, ini juga pengandaian umum. Hanya saja ini bisa digunakan untuk nomina dan adjektiva-i juga.

Aturan konjugasi 「たら(ば)」
Pertama ubah nomina, adjektiva, atau verba ke bentuk lampaunya lalu berikutnya tambahkan 「ら」
(例) 自動  自動だった自動だったら
(例) 待つ  待った待ったら
(例) 忙しい  忙しかった忙しかったら
Contoh

 (1) 暇だったら、遊びに行くよ。
- Kalau aku kosong, aku akan pergi main.

 (2) 学生だったら、学生割引で買えます。
- Jika kamu murid, kamu bisa membelinya dengan diskon siswa.

Untuk adjektiva-i dan verba, sangatlah susah untuk membedakan kedua jenis pengandaian ini, dan akan lebih mudah bagi kamu untuk menganggapnya sama. Tapi kalau kamu memaksa ingin tahu bedanya, saya menemukan penjelasan di web yang sesuai dengan pemahaman saya. Ini teks aslinya. Intinya, pengandaian 「たら」 menekankan pada apa yang terjadi setelah kondisi awalnya. Inilah asalan lain saya menyebutnya pengandaian lampau, karena kondisinya telah berada di bentuk lampau (hanya konjugasinya saja tapi, tidak artinya). Jadi ini berarti kita lebih tertarik pada hasilnya, bukan pada kondisinya. Di lain sisi, pengandaian 「ば」 menekankan bagian kondisinya.

Mari bandingkan beda nuansanya.
A) 友達に会えれば、買い物に行きます。- Kita akan pergi belanja, kalau bisa ketemu teman.
B) 友達に会えたら、買い物に行きます。- Kalau bisa ketemu teman, kita akan pergi belanja.

 A) お金があればいいね。- Asyiknya, kalau punya uang...
B) お金があったらいいね。- Kalau punya uang, asyiknya...

Dari konteksnya, sepertinya bentuk 「~たら」 terdengar lebih alami pada kedua contoh di atas karena kita tidak memfokuskan pada kondisinya. Normalnya kita lebih tertarik pada apa yang akan terjadi setelah bertemu teman atau setelah punya uang.

Pengandaian lampau adalah satu-satunya bentuk yang membolehkan hasilnya sudah terjadi di masa lalu. Mungkin aneh mengatakan "jika" kalau hasilnya sudah terjadi. Dan memang, pada penggunaan ini sebetulnya maksudnya bukanlah "jika", namun hanyalah salah satu cara untuk menyampaikan keterkejutan pada keadaan hasilnya. Ini sebetulnya bukan pengandaian, tetapi karena konjugasinya persis sama maka sekalian saja saya bahas di sini.

(1) 家に帰ったら、誰もいなかった。
- Saat aku pulang ke rumah, tidak ada siapa-siapa. (hasil yang tidak diduga)

 (2) アメリカに行ったら、たくさん太りました。
- Sebagai akibat pergi ke Amerika, saya menjadi sangat gemuk. (hasil yang tidak diduga)

 Kamu juga bisa menggunakan 「たらば」 dan bukan 「たら」. Sama seperti 「ならば」, artinya persis sama tetapi terdengar lebih formal.
Bagaimana posisi 「もし」 di semua ini?
 Mungkin beberapa dari kalian ada yang sudah kenal kata 「もし」 yang artinya "jika" dan bertanya-tanya mengenai fungsinya setelah kita mempelajari semua tadi. Nah, kalau ingin membuat pengandaian, kalian wajib menggunakan salah satu dari pengandaian yang sudah kita bahas barusan. 「もし」 hanyalah tambahan untuk menambah tingkat keraguan mengenai sebab atau syarat pengandaiannya. Misalnya, kamu bisa menggunakannya saat mengundang seseorang agar tidak terdengar sok berasumsi.

(1) もしよかったら、映画を観に行きますか?
- Mungkin kemungkinannya satu banding seribu, tapi jika kamu OK, maukah menonton film?

(2) もし時間がないなら、明日でもいいよ。
- Jika kasusnya tidak ada waktu, besok juga bisa. (Kurang tahu apakah sebetulnya ada waktu atau tidak)






























Bab 19
Hal-hal yang harus (atau tidak boleh) dilakukan

Isi bab ini
Saat ada sesuatu yang harus atau tidak boleh dilakukan
Menggunakan 「だめ」, 「いけない」, dan 「ならない」 untuk hal-hal yang tidak boleh dilakukan
Menyatakan hal-hal yang harus dilakukan
Singkatan-singkatan bagi para pemalas
Menyatakan bahwa sesuatu boleh saja dilakukan

Saat ada sesuatu yang harus atau tidak boleh dilakukan
 Dalam hidup, ada hal-hal yang harus maupun tidak boleh dilakukan. Contohnya adalah mengerjakan PR (harus) dan mencuri (tidak boleh). Kita sekarang akan membahas cara mengungkapkan hal-hal tersebut di bahasa Jepang karena mereka adalah ungkapan yang vital dan kebetulan sangat berhubungan dengan tata bahasa di bab sebelumnya. Kita juga akan belajar cara mengungkapkan "Kamu tidak harus..." untuk mengakhiri bab ini.
Menggunakan 「だめ」, 「いけない」, dan 「ならない」 untuk hal-hal yang tidak boleh dilakukan
 Kalau kamu tidak tahu arti dari 「だめ」(駄目), saya sarankan agar mencarinya di WWWJDIC dan mengklik pranala [Ex] untuk melihat-lihat contoh kalimatnya. Pada dasarnya dia berarti "tidak baik", tapi perhatikan contoh-contoh kalimatnya karena kata tersebut bisa digunakan untuk berbagai macam keadaan. Dua kata kunci lain di bagian ini adalah 「いけない」 dan 「ならない」 yang pada dasarnya memiliki arti sama dengan 「だめ」. Namun, walaupun 「いけない」 bisa digunakan sendirian, gunakan 「ならない」 hanya pada tata bahasa yang akan dijelaskan di sini. Dan walaupun 「いけない」 maupun 「ならない」 memiliki konjugasi seperti adjektiva-i, mereka sebetulnya bukan adjektiva nyata. Mari belajar cara menggunakan kata-kata tersebut untuk menyatakan hal-hal yang tidak boleh dilakukan.

Cara mengatakan: Tidak boleh [verba]
Ubah verba ke bentuk-te, tambahkan partikel 「は」 (wa) dan akhiri dengan 「だめ」、「いけない」、atau 「ならない」.
例) 入る入って + + だめ/いけない/ならない = 入ってはだめ/入ってはいけない/入ってはならない

(1) ここに入ってはいけません。
- Kamu tidak boleh masuk ke sini.

 (2) それを食べてはだめ!
- Jangan makan itu!

 (3) 夜、遅くまで電話してはならない。
- Kamu tidak boleh menggunakan telepon sampai larut malam.

 (4) 早く寝てはなりませんでした。
- Tidak diperbolehkan tidur cepat.

Beda yang pertama antara 「だめ」、「いけない」、dan 「ならない」 adalah bahwa 「だめ」 terdengar santai. 「いけない」 dan 「ならない」 pada dasarnya sama, tapi 「ならない」 lebih untuk hal-hal yang berlaku untuk banyak pihak seperti aturan dan kebijakan.
Menyatakan hal-hal yang harus dilakukan
 Kamu mungkin menebak bahwa kebalikan dari "tidak boleh" akan menggunakan 「いける」 atau 「なる」 karena mereka terlihat seperti bentuk positif dari 「いけない」 dan 「ならない. Tapi saya telah mengatakan bahwa 「いけない」 dan 「ならない」 harus selalu berada pada bentuk negatif untuk menyatakan keharusan, jadi kalau kamu tadi menebak maka tebakanmu salah. Kita akan tetap menggunakan 「だめ/いけない/ならない」, hanya saja verba yang muncul sebelumnya yang akan kita buat negatif. Negatif ganda ini kelihatannya akan membingungkan pada awalanya, tapi lama-lama nanti kamu juga akan terbiasa. Ada tiga cara untuk mengkonjugasi verbanya sebelum menambahkan 「だめ/いけない/ならない」 dan dua di antaranya melibatkan pengandaian. Bersyukurlah karena kamu baru saja belajar pengandaian di bab sebelumnya.

Cara mengatakan: Harus [verba]
Bentuk-te negatif + 「は」 (partikel wa) + だめ/いけない/ならない
Verba negatif + pengandaian 「と」 + だめ/いけない/ならない
Verba negatif + pengandaian 「ば」 + だめ/いけない/ならない

 ● Metode pertama tata bahasanya sama seperti pada kasus "tidak boleh", hanya saja verbanya kita buat negatif.

 (1) 毎日学校に行かなくてはなりません。- Harus pergi ke sekolah setiap hari.

 (2) 宿題をしなくてはいけなかった。- Harus mengerjakan PR.

● Cara kedua menggunakan pengandaian alami yang kita pelajari di bab sebelumnya. Secara literal, ini berarti bahwa jika kamu tidak melakukan sesuatu, maka bisa dipastikan bahwa akibatnya tidak baik. Dengan kata lain, kamu harus melakukannya. Namun tata bahasa ini sering dipakai bahkan untuk hal-hal yang bukan sebab akibat alami karena polanya lebih singkat dan mudah dibandingkan dua tata bahasa lainnya.

 (1) 毎日学校に行かないとだめです。- Harus pergi ke sekolah setiap hari.

 (2) 宿題をしないといけない。- Harus mengerjakan PR.

 ● Cara ketiga mirip dengan cara kedua, hanya saja kita menggunakan jenis pengandaian yang lain. Dengan pengandaian 「ば」, tata bahasa ini bisa digunakan di lebih banyak situasi. Perhatikan bahwa karena verbanya selalu negatif, untuk pengandaian 「ば」 kita akan selalu membuang 「い」 di akhir dan menambahkan 「ければ」.

 (1) 毎日学校に行かなければいけません。 - Harus pergi ke sekolah setiap hari.

 (2) 宿題をしなければだめだった。- Harus mengerjakan PR.

Mungkin sepertinya saya mencekoki terlalu banyak materi karena ada tiga tata bahasa dan 「だめ/いけない/ならない」 sehingga kombinasinya ada sembilan (3x3). Tapi sebetulnya beberapa kombinasi lebih umum dibanding lainnya walaupun hal tersebut tidak saya bahas secara eksplisit. Ini karena semua kombinasi tersebut secara teknis benar, dan pada tahap ini menganalisis perbedaan halusnya atau gaya bahasa yang paling umum hanya akan menambah beban. Lalu terakhir perhatikan bahwa sebetulnya tidak ada konjugasi baru di sini. Kita telah mempelajari pengandaian di bab sebelumnya dan juga bentuk-te yang ditambah partikel wa di awal bab ini.

Cek Realita
 Walaupun kita telah membahas 「~なければ」 dan 「~なくては」, pada kenyataannya mereka hampir tidak pernah dipakai di pembicaraan nyata karena terlalu panjang. Walaupun mereka sering muncul di bahasa tertulis, pada percakapan orang umumnya menggunakan pengandaian 「と」 saja atau berbagai penyingkatan yang akan dibahas di bawah. Di pembicaraan santai, pengandaian 「と」 adalah yang paling sering muncul. Jadi walaupun saya telah menjelaskan panjang lebar mengenai makna yang ada di balik pengandaian 「と」, jangan saklek dijadikan pegangan karena orang pada dasarnya pemalas sehingga memilih yang paling praktis.
Singkatan-singkatan bagi para pemalas
 Mungkin di sini kamu semakin merasakan bahwa bahasa Jepang sangat merepotkan karena kita perlu mengatakan hal yang sangat panjang untuk ungkapan-ungkapan umum. Kamu bisa memerlukan sampai delapan suku kata tambahan hanya untuk mengatakan "harus ..."!

Orang-orang Jepang juga tentunya berpikir sama, sehingga mereka biasanya menggunakan versi pendek dari 「なくては」 dan 「なければ」 di pembicaraan santai. Guru-guru biasanya ragu untuk mengajarkannya karena mereka terlalu mudah dipakai sehingga ditakutkan akan dipakai pada situasi yang tidak tepat. Tapi di lain sisi, kalau kamu tidak belajar gaya bahasa santai ini maka kamu akan kesulitan memahami teman-teman Jepangmu (atau orang-orang yang seharusnya bisa jadi temanmu, kalau saja bahasamu tidak terlalu kaku!). Jadi inilah mereka, namun ingat bahwa kamu juga harus mahir dengar versi panjangnya sehingga bisa menggunakannya di situasi-situasi yang memerlukannya.
Penyingkatan santai untuk hal-hal yang harus dilakukan
Ganti 「なくて」 dengan 「なくちゃ」
Ganti 「なければ」 dengan 「なきゃ」

Mungkin kamu barusan berpikir "Apa???" karena "singkatannya" tidak jauh beda dengan yang diganti. Hanya saja, rahasinya adalah bahwa setelah menggunakan singkatan ini kamu tidak perlu menambahkan 「だめ/いけない/ならない」 di akhir! Akhiran tersebut otomatis akan dimengerti oleh lawan bicara walaupun tidak disebutkan.

(1) 勉強しなくちゃ。 - Harus belajar.
(2) ご飯を食べなきゃ。 - Harus makan.

Pengandaian 「と」 juga bisa digunakan sendirian, dengan 「だめ/いけない/ならない」 otomatis dimengerti.
(1) 学校に行かないと。 - Harus pergi ke sekolah.

 Ada penyingkatan 「ちゃ」 lain untuk hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Namun dalam kasus ini kamu tidak bisa membuang 「だめ/いけない/ならない」. Karena ini adalah penyingkatan santai, yang umum dipakai adalah 「だめ」.

 Satu perbedaan penting di bentuk santai ini adalah bahwa verba yang diakhiri 「む」、「ぶ」、 dan 「ぬ」 menggunakan 「じゃ」, bukan 「ちゃ」. Dengan kata lain, ini berlaku untuk verba yang diakhiri 「んだ」 pada bentuk lampaunya sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut.
Penyingkatan santai untuk hal-hal yang tidak boleh dilakukan
Ganti 「ては」 dengan 「ちゃ」
Ganti 「では」 dengan 「じゃ」

 (1) ここに入っちゃだめだよ。 - Kamu nggak boleh masuk ke sini.
 (2) 死んじゃだめだよ! - Jangan mati!

Sebagai catatan terakhir, 「ちゃ」 terdengar agak imut atau kecewek-cewekan. Ini mirip seperti suara pada akhiran 「ちゃん」 kan? 「なくちゃ」 juga terdengar agak imut atau kekanak-kanakan.
Menyatakan bahwa sesuatu boleh saja dilakukan
 Sekarang mari kita belajar cara mengatakan bahwa boleh saja melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Saya memutuskan untuk menyelipkannya di bab ini karena di bahasa Jepang itulah caranya mengatakan bahwa kamu tidak harus melakukan sesuatu (yaitu mengatakan bahwa sesuatu boleh tidak dilakukan). Tata bahasanya sendiri mudah sehingga bagian ini cukup pendek.

Dengan menggunakan bentuk-te dan partikel 「も」, kamu pada intinya mengatakan "Kalaupun kamu melakukan X..." Kata yang umum mengikutinya misalnya 「いい」, 「大丈夫」, atau 「構わない」. Beberapa contoh akan mengilustrasikan hal tersebut.

(1) 全部食べてもいいよ。- Silahkan makan semuanya. (lit: Kalapun kamu makan semuanya, keadaan akan baik-baik saja kok.)
(2) 全部食べなくてもいいよ。- Kamu tidak harus makan semuanya. (lit: Kalaupun kamu tidak makan semuanya, keadaan akan baik-baik saja kok.)
(3) 全部飲んでも大丈夫だよ。- Kamu boleh minum semuanya. (lit: Kalaupun kamu minum semuanya, keadaan akan OK-OK saja kok.)
(4) 全部飲んでも構わないよ。- Silahkan minum semuanya. (lit: Kalaupun kamu minum semuanya, buat saya tidak masalah kok.)

Di percakapan santai, 「~てもいい」 kadang disingkat menjadi 「~ていい」 saja.
(1) もう帰っていい?- Aku udah boleh pulang belum sekarang?
(2) これ、ちょっと見ていい?- Boleh liat ini bentar nggak?












Bab 20
Keinginan dan Saran



Isi bab ini
Cara agar keinginanmu terwujud di Jepang
「たい」 untuk verba yang ingin kamu lakukan
「欲しい」 untuk hal yang kamu inginkan atau ingin orang lain melakukan
Membuat ajakan dengan bentuk volisional (santai)
Membuat ajakan dengan bentuk volisional (sopan)
Memberi saran dengan pengandaian 「ば」 atau 「たら」

Cara agar keinginanmu terwujud di Jepang
 Kita sekarang akan belajar cara menyatakan keinginanmu, baik dengan cara menyampaikannya terang-terangan maupun dengan memberi saran. Topik utama yang akan dibahas di sini adalah konjugasi 「たい」 dan bentuk volisional. Kita juga akan mempelajari penggunaan khusus pengandaian 「たら」 dan 「ば」 untuk menawarkan saran.
「たい」 untuk verba yang ingin kamu lakukan
 Kamu bisa menyatakan verba yang ingin kamu lakukan dengan bentuk 「たい」. Yang perlu kamu lakukan hanyalah menambahkan 「たい」 ke akar verbanya. Tapi, beda dengan kebanyakan konjugasi yang telah kita pelajari di mana verbanya berubah menjadi verba-ru, bentuk ini malah mengubah verbanya menjadi adjektiva-i (perhatikan bahwa 「たい」 berarkhir dengan 「い」). Setelah mendapatkan bentuk 「たい」-nya, kamu bisa mengkonjugasikannya sebagaimana adjektiva-i lain. Hanya saja, bentuk 「たい」 berbeda dengan adjektiva-i biasa karena dia berasal dari verba. Ini berarti bahwa partikel yang biasa kita gunakan dengan verba seperti 「を」、「に」、「へ」、atau 「で」 bisa digunakan dengan bentuk 「たい」 (hal tersebut tidak berlaku untuk adjektiva-i biasa). Inilah diagramnya untuk mempermudah kamu.

konjugasi 「たい」      Positif   Negatif
Taklampau          行きたい           行きたくない
Lampau                行きたかった                行きたくなかった

Contoh

 (1) 何をしたいですか。
- Apa yang ingin kamu lakukan?

 (2) 温泉に行きたい。
- Aku ingin pergi ke pemandian air panas.

 (3) ケーキ、食べたくないの?
- Kamu tidak ingin makan kue?

 (4) 食べたくなかったけど食べたくなった。
- Aku sebelumnya tidak ingin makan, tetapi jadi ingin makan.

Contoh (4) mungkin terdengar agak aneh, tapi sebenarnya cukup sederhana kalau kamu mengulas lagi bab "Menggunakan 「なる」 dengan adjektiva-i". Bentuk lampau 「なる」 digunakan untuk menyatakan "menjadi ingin makan". Ini ada permainan lidah menggunakan bentuk negatif 「~たくない」 dan bentuk lampau 「なる」: 「食べたくなくなった」 yang artinya "menjadi tidak ingin makan".

Mungkin sudah bisa kamu tebak, tapi 「ある」 tidak bisa menjadi bentuk 「たい」 karena benda mati tidak bisa punya keinginan. Tetapi 「いる」 bisa diubah menjadi bentuk 「たい」 yang penggunaannya seperti berikut.

 (5) ずっと一緒にいたい。
- Aku ingin terus bersamamu. (lit: Ingin ada bersama untuk waktu yang panjang.)

Lalu, kamu juga hanya bisa menggunakan bentuk 「たい」 untuk orang pertama (pembicara) karena kamu tidak bisa membaca pikiran orang lain untuk mengetahui apa yang mereka inginkan. Untuk mengacu pada orang selain diri sendiri, biasanya digunakan ungkapan seperti "Saya rasa dia ingin..." atau "Dia mengatakan bahwa dia ingin...". Kita akan belajar cara mengungkapkan hal-hal tersebut di bab lain. Tentu saja, saat bertanya kamu bisa menggunakan 「たい」 karena pada kasus tersebut kamu tidak mengasumsikan apapun.

 (6) 犬と遊びたいですか。
- Apakah kamu ingin bermain dengan anjing?
「欲しい」 untuk hal yang kamu inginkan atau ingin orang lain melakukan
 Di bahasa Indonesia, kita menggunakan verba untuk menyatakan bahwa kita ingin sesuatu. Di bahasa Jepang, "ingin" sebetulnya adalah adjektiva-i dan bukan verba. Kita melihat yang yang sama dengan 「好き」 yang merupakan adjektiva padahal "suka" di bahasa Indonesia adalah verba. Walaupun saya tidak membahas cara kerja 「好き」 terlalu panjang lebar, saya mendedikasikan satu subbab penuh untuk 「欲しい」 karena dia bisa digabungkan dengan bentuk-te verba dengan arti "ingin sesuatu dikerjakan oleh orang lain". Kita akan belajar cara yang lebih sopan dan baik untuk membuat permintaan di bab "Permintaan" sebagai alternatif dari "Saya ingin ini dikerjakan."

Walaupun bukan aturan saklek, tapi kalau suatu kata menempel pada bentuk-te kata lain guna memenuhi suatu fungsi tata bahasa, biasanya katanya ditulis dengan hiragana. Ini karena kanji sudah digunakan untuk verba utamanya dan kata tambahannya hanya menjadi bagian dari verba tersebut.
Contoh

 (1) 大きい縫いぐるみが欲しい!
- Aku mau boneka besar!

 (2) 全部食べてほしいんだけど・・・。
- Saya ingin semuanya dimakan (oleh kamu/dia/mereka) tapi... (saya ingin orang lain makan)

 (3) 部屋をきれいにしてほしいのよ。
- Saya ingin kamarnya dibersihkan, tahu tidak. (saya ingin orang lain membersihkan kamar)
 Perhatikan bahwa bentuk 「たい」 menyatakan bahwa kita ingin melakukan sesuatu, sedangkan bentuk 「てほしい」 menyatakan bahwa kita ingin orang lain melakukan sesuatu.

 (1) 行きたい
- Saya ingin pergi.

 (2) 行ってほしい
- Saya ingin kamu pergi.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, ada banyak cara yang lebih baik untuk membuat permintaan tetapi kita baru akan membahasnya di bab lain. Tata bahasa 「てほしい」 ini tidak terlalu sering digunakan tetapi kita bahas demi kelengkapan.
Membuat ajakan dengan bentuk volisional (santai)
 Istilah volisional di sini berarti keinginan atau ajakan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, bentuk volisional menyatakan bahwa seseorang sedang akan melakukan sesuatu. Pada umumnya, terjemahan bahasa Indonesianya akan menjadi "Mari" atau "Ayo" tetapi kita juga akan melihat bahwa bentuk ini bisa digunakan untuk menyatakan usaha melakukan sesuatu pada bab lain.

Untuk mengkonjugasikan verba ke bentuk volisional pada percakapan santai, ada aturan yang berbeda untuk verba-ru dan verba-u. Untuk verba-ru, kamu tinggal membuang 「る」 dan menambahkan 「よう」. Untuk verba-u, kamu mengubah suara vokal / u / menjadi suara / o / dan menambahkan 「う」 (hasilnya adalah suara / o / panjang).
Aturan konjugasi untuk bentuk volisional santai
Untuk verba-ru: Buang 「る」 dan tambah 「よう」
例) 食べる食べ + よう食べよう
Untuk verba-u: Ganti suara vokal / u / dengan suara vokal / o / lalu tambahkan 「う」
例) 入る入ろ + 入ろう
Inilah daftar verba yang mestinya sudah sangat kamu kenal saat ini.Contoh verba-ruDasar         Perkecualian
食べる                食べよう
着る     着よう
信じる                信じよう
寝る     寝よう
起きる                起きよう
出る     出よう
掛ける                掛けよう
捨てる                捨てよう
調べる                調べよう
                                Contoh verba-uDasar     Volisional           ローマ字           ローマ字 (Vol.)
話す     話そう                hanasu hanasou
聞く     聞こう                kiku       kikou
泳ぐ     泳ごう                oyogu   oyogou
遊ぶ     遊ぼう                asobu    asobou
待つ     待とう                matu     matou
飲む     飲もう                nomu    nomou
直る     直ろう                naoru    naorou
死ぬ     死のう                shinu     shinou
買う     買おう                kau         kaou
                                Verba perkecualianDasar             Perkecualian
する     しよう
くる     こよう


Contoh
 Sepertinya kamu tidak akan pernah menggunakan 「死のう」 (ayo mati) tapi saya tetap mencantumkannya agar lengkap. Inilah beberapa contoh lain yang lebih realistis.

 (1) 今日は何をしようか?
- Apa yang sebaiknya (kita) lakukan hari ini?

 (2) テーマパークに行こう!
- Ayo pergi ke taman hiburan!

 (3) 明日は何を食べようか?
- Apa yang sebaiknya (kita) makan besok?

 (4) カレーを食べよう!
- Mari makan kare!

Ingat bahwa karena kamu akan melakukan sesuatu, maka tidak mungkin untuk meletakkannya pada bentuk lampau. Jadi kalau misalnya kamu mengganti 「明日」 pada (3) dengan 「昨日」 maka kalimatnya menjadi tidak masuk akal.
Membuat ajakan dengan bentuk volisional (sopan)
 Konjugasi untuk bentuk sopannya lebih mudah lagi. Yang perlu kamu lakukan hanyalah menambahkan 「~ましょう」 ke akar verbanya. Seperti bentuk-masu, verba dalam bentuk ini harus selalu berada di akhir kalimat. Bahkan, semua akhiran yang bersifat sopan memang harus selalu berada di akhir dan tidak di tempat lain seperti yang telah kita lihat.
Aturan konjugasi untuk bentuk volisional sopan
Untuk semua verba: Tambahkan 「~ましょう」 ke akar verba
例) 食べる食べ + ましょう食べましょう
例) 入る入り + ましょう入りましょう
Contoh verbaDasar         Volisional
する     しましょう
くる     きましょう
寝る     寝ましょう
行く     行きましょう
遊ぶ     遊びましょう

Contoh
 Tidak ada yang baru di sini, hanya saja verbanya berada di bentuk volisional sopan.

 (1) 今日は何をしましょうか?
- Apa yang sebaiknya (kita) lakukan hari ini?

 (2) テーマパークに行きましょう
- Ayo pergi ke taman hiburan!


 (3) 明日は何を食べましょうか?
- Apa yang sebaiknya (kita) makan besok?

 (4) カレーを食べましょう
- Mari makan kare!

Memberi saran dengan pengandaian 「ば」 atau 「たら」
 Kamu bisa membuat saran dengan menggunakan pengandaian 「ば」 atau 「たら」 dan menambahkan 「どう」. Secara literal ini berarti, "Kalau kamu melakukan [X], bagaimana?" Di bahasa Indonesia normal, ini maksudnya "Bagaimana kalau melakukan [X]?" Secara tata bahasa, tidak ada yang baru di sini. Hanya saja, ini salah satu pola yang umum digunakan.
Contoh

 (1) 銀行に行ったらどうですか。
- Bagaimana kalau pergi ke bank?

 (2) たまにご両親と話せばどう?
- Bagaimana kalau sesekali berbicara dengan kedua orang tuamu?


























Bab 21
Mencoba sesuatu di bahasa Jepang→


Isi bab ini
Mari mencoba berbagai hal
Mencicipi atau mencoba-coba sesuatu
Mengusahakan sesuatu

Mari mencoba berbagai hal
 Di bahasa Indonesia, kata "mencoba" sebetulnya memiliki dua nuansa yaitu "mencicipi/mencari tahu" dan "mengusahakan sesuatu". Contoh pertama adalah "mencoba makan kue dari luar negeri" dan "mencoba menonton film yang disarankan teman", sedangkan contoh kedua adalah "mencoba mendobrak pintu yang terkunci". Dua hal tersebut tentunya berarti sangat beda, dan di bahasa Jepang hal tersebut direfleksikan dengan dua tata bahasa yang berbeda.
Mencicipi atau mencoba-coba sesuatu
 Kalau kamu hanya ingin mencicipi atau mencoba-coba sesuatu, kamu tinggal mengubah verbanya ke bentuk-te dan menambahkan 「みる」. Untuk memudahkan, kamu mungkin bisa menganggapnya sebagai dua aksi yaitu melakukan sesuatu dan melihat hasilnya. Tentunya 「みる」 berkonjugasi sama persis dengan 「見る」. Namun, sebagaimana yang kita pelajari pada tata bahasa 「~てほしい」, ini adalah ungkapan khusus sehingga 「みる」 umumnya ditulis dengan hiragana.
Rangkuman
Untuk mengatakan bahwa kamu mencicipi atau mencoba-coba sesuatu, ambil verbanya, ubah ke bentuk-te dan tambahkan 「みる」.
例) 切る切って切ってみる
Kamu bisa memperlakukan hasil keseluruhannya sebagaimana verba biasa 「見る」.
例) 切ってみる、切ってみた、切ってみない、切ってみなかった
Contoh
 (1) お好み焼きを始めて食べてみたけど、とてもおいしかった!- Aku mencoba makan okonomiyaki untuk pertama kalinya dan rasanya sangat enak!
(2) お酒を飲んでみましたが、すごく眠くなりました。- Aku mencoba minum sake dan menjadi sangat ngantuk.
(3) 新しいデパートに行ってみる。- Saya akan mencoba pergi ke toserba baru.
(4) 広島のお好み焼きを食べてみたい!- Aku ingin mencoba makan okonomiyaki Hiroshima!

Mengusahakan sesuatu
 Kita sudah belajar di bab sebelumnya bahwa bentuk volisional menyatakan keinginan hati melakukan sesuatu. Nah tata bahasa ini akan kita gunakan untuk menyatakan usaha melakukan sesuatu. Caranya adalah dengan mengkonjugasikan verbanya ke bentuk volisional, membungkusnya dengan kutipan (agar kita bisa melakukan aksi pada klausanya), dan terakhir tambahkan verba 「する」. Dengan kata lain, kamu tinggal menambahkan 「とする」 ke bentuk volisional verbanya. Ini hanyalah pengembangan dari ide klausa subordinat terkutip dari bab sebelumnya. Tetapi, bukannya mengatakan kutipannya (言う) atau hanya memikirkannya (思う、考える), kita melakukannya 「する」.
Ringkasan
Untuk mengatakan bahwa kamu mengusahakan sesuatu, ubah aksinya ke bentuk volisional dan tambahkan 「とする」.
例) 見る見よう見ようとする
例) 行く行こう行こうとする
Contoh

 (1) 毎日、勉強を避けようとする。
- Setiap hari, dia mencoba menghindari belajar.

 (2) 無理矢理に部屋に入ろうとしている。
- Dia sedang berusaha agar bisa memasuki ruangan itu dengan paksa.

 (3) 早く寝ようとしたけど、結局は徹夜した。
- Aku berusaha tidur gasik tapi pada akhirnya bergadang juga.

 (4) お酒を飲もうとしたが、奥さんが止めた。
- Dia mencoba minum sake tapi istrinya menghentikannya.

Perhatikan misalnya contoh (4). Di situ, kata "mencoba" bukan berarti si suami ingin tahu rasanya. Dia sudah tahu rasa sake tersebut. Hanya saja, "mencoba" di sini menyatakan usaha untuk meminumnya, misalnya berusaha diam-diam mengambilnya dari kulkas di malam hari, atau membujuk-bujuk istrinya agar diperbolehkan minum.

Walaupun kita menggunakan verba 「する」 untuk menyatakan "mengusahakan", kita bisa menggunakan verba lain untuk menyatakan usaha tersebut. Contohnya, kita bisa menggunakan verba 「決める」 untuk menyatakan "memutuskan untuk mencoba [X]". Inilah beberapa contoh lainnya:

 (1) 勉強をなるべく避けようと思った。
- Aku dulu berencana mencoba menghindar dari belajar sebisa mungkin.

 (2) 毎日ジムに行こうと決めた。
- Aku memutuskan akan pergi ke gym tiap hari.












Bab 22
Memberi dan menerima di bahasa Jepang←


Isi bab ini
Orang Jepang suka hadiah
Kapan menggunakan 「あげる」
Kapan menggunakan 「くれる」
Kapan menggunakan 「もらう」
Meminta pertolongan dengan 「くれる」 atau 「もらえる」

Orang Jepang suka hadiah
 Satu hal yang perlu kamu ketahui tentang budaya Jepang adalah bahwa kado menduduki posisi yang penting. Ada banyak adat yang melibatkan pemberian dan penerimaan hadiah (お歳暮、お中元、dll.) dan kalau orang Jepang pergi jalan-jalan, pasti mereka akan mencari suvenir sebagai kado untuk dibawa pulang. Di acara perkawinan maupun meninggalnya seseorang, orang juga diharapkan untuk memberi sejumlah uang tertentu sebagai kado untuk membantu meringankan pelaksanaan acara tersebut. Dari sini, seharusnya kamu bisa melihat betapa pentingnya kemampuan untuk mengungkapkan konsep pemberian dan penerimaan, baik benda maupun kebaikan, pada bahasa Jepang. Entah kenapa, penggunaan tepat dari 「あげる」、「くれる」、dan 「もらう」 sepertinya menghantui banyak pelajar dan dianggap sangat rumit. Saya ingin menunjukkan di bab ini bahwa sebetulnya konsep dasarnya sangat mudah dan sederhana.

Kapan menggunakan 「あげる」
 「あげる」 artinya adalah "memberi" sebagaimana dilihat dari sudut pandang pembicara. Kamu harus menggunakan verba ini saat kamu memberikan sesuatu ke orang lain atau melakukan sesuatu demi orang lain.
Contoh

 (1) 私が友達にプレゼントをあげた。
- Saya memberi hadiah ke teman.

 (2) これは先生にあげる。
- Saya akan memberi ini ke guru.

Untuk menyatakan bahwa kamu melakukan suatu aksi (verba) demi orang lain, kamu harus menggunakan bentuk-te lalu menempelkan 「あげる」. Pembentukan ini juga berlaku untuk bagian lain di bab ini.

 (1) 車を買ってあげるよ。
- Aku akan melakukan kebaikan yaitu membelikan mobil untukmu. (= aku akan membelikan mobil untukmu)

 (2) 代わりに行ってあげる。
- Aku akan melakukan kebaikan yaitu pergi menggantikan kamu.
 Perhatikan bahwa hanya dengan menambahkan あげる, kamu telah menyertakan bayak informasi dan nuansa tambahan ke kalimatnya. Sebagai perbandingan, kalau kamu hanya mengatakan 買う, maka belum jelas bagi pendengar untuk apa aksinya dilakukan. Mungkin kamu membeli demi menyenangkan diri sendiri, tapi bisa juga kamu membelinya demi orang lain. Tapi dengan mengatakan 買ってあげる, secara eksplisit kamu mengatakan bahwa aksi "membeli" tersebut adalah demi orang lain.

Kalau mendeskripsikan aksi orang ketiga, verba ini digunakan saat pembicara ingin menceritakan situasinya dari sudut pandang sang pemberi. Kita akan lihat signifikansi hal ini saat nanti mempelajari verba 「くれる」.

 (1) 学生がこれを先生にあげる。
- Sang murid memberi ini ke guru. (mendeskripsikan situasinya seakan-akan pembicara adalah sang murid)

 (2) 友達が父にいいことを教えてあげた。
- Teman melakukan kebaikan memberi tahu hal bagus ke ayah saya. (melihat situasi dari sudut pandang sang teman)
Menggunakan 「やる」 yang berarti 「あげる」
 Biasanya, untuk binatang peliharaan, tumbuhan, dan sebagainya, kamu bisa menggunakan 「やる」, yang aslinya berarti "melakukan", sebagai ganti dari 「あげる」. Umumnya kamu tidak akan menggunakan 「やる」 jenis ini kalau kamu memberikan sesuatu untuk orang. Saya mengangkat hal ini agar kamu tidak bingung dengan kalimat semacam ini:

(1) 犬に餌をやった? - Apakah kamu sudah memberi makan ke anjing?
Di sini, 「やる」 tidak berarti "melakukan" namun "memberi". Ini seharusnya jelas, karena "melakukan makanan ke anjing" sama sekali tidak masuk akal.
Kapan menggunakan 「くれる」
 「くれる」 juga berarti "memberi", tapi berbeda dengan 「あげる」, ini adalah dari sudut pandang penerima. Kamu harus menggunakan verba ini saat orang lain memberimu sesuatu atau melakukan kebaikan untukmu (dengan kata lain, penggunaannya adalah kebalikan dari 「あげる」).
Contoh

 (1) 友達が私にプレゼントをくれた。
- Teman memberi hadiah ke saya.

 (2) これは、先生がくれた。
- Guru memberi ini ke saya.

 (3) 車を買ってくれるの?
- (Apakah benar) kamu akan melakukan kebaikan membelikan mobil untukku? ( di sini meminta penjelasan atau konfirmasi hal tersebut)

 (4) 代わりに行ってくれる?
- Akankah kamu melakukan kebaikan menggantikanku pergi?

Perhatikan bahwa contoh terakhir sebetulnya memuat arti permintaan tersirat, jadi pada bahasa Indonesia normal maksudnya sebenarnya adalah "Maukah kamu pergi menggantikanku?" Ini akan dibahas lebih lanjut belakangan. Lalu perhatikan keunikan bahasa Jepang di sini, yaitu dengan menggunakan くれる kita tidak perlu lagi eksplisit menyebutkan "aku" dan "kamu" di kalimatnya.

Saat membicarakan orang ketiga, pembicara menggambarkan situasinya dari sudut pandang sang penerima dan bukan sang pemberi.

 (1) 先生がこれを学生にくれる。
- Sang guru memberi ini ke murid. (melihat situasi dari sudut pandang murid)

 (2) 友達が父にいいことを教えてくれた。
- Teman melakukan kebaikan memberi tahu hal bagus ke ayah saya. (melihat situasi dari sudut pandang ayah)
Gambar di bawah menjelaskan arah memberi dari sudut pandang pembicara.


Dari sudut pandang pembicara, aksi memberi ke orang lain menuju "ke atas", sedangkan aksi memberi orang lain pada dirinya menuju "ke bawah". Ini mungkin berhubungan dengan verba 「上げる」 yang berarti "menaikkan" dan menggunakan huruf kanji "atas" (上) dan versi hormat 「くれる」 yaitu 「下さる」 dengan huruf kanji "bawah" (下). Sifat ini memungkinkan kita membuat kesimpulan dari kalimat-kalimat yang informasinya sangat minim seperti berikut:

(1) 先生が教えてあげるんですか。
- Guru, apakah anda yang akan melakukan kebaikan mengajar... [siapapun selain pembicara]?

 Karena semua pemberian untuk pembicara harus menggunakan 「くれる」, kita bisa tahu bahwa sang guru pasti melakukannya untuk orang lain dan bukan mengajari pembicara. Lalu sang pembicara juga melihatnya dari sudut pandang sang guru yang melakukan kebaikan demi orang lain.

(2) 先生が教えてくれるんですか。
- Guru, apakah anda yang akan melakukan kebaikan mengajar... [orang lain, bisa termasuk pembicara]?

 Karena pemberinya bukan pembicara, guru tersebut melakukan kebaikan mengajar untuk pembicara, atau mungkin orang lain. Pembicara menggambarkan situasinya dari sudut pandang penerima yang menerima kebaikan hati sang guru.

Mari kita perhatikan beberapa kesalahan penggunaan.
(誤) 私が全部食べてくれました。- Di sini 「くれる」 digunakan untuk aksi yang dilakukan pembicara. (SALAH)
(正) 私が全部食べてあげました。- Saya melakukan kebaikan memakan semuanya. (Benar)

(誤) 友達がプレゼントを私にあげた。- Di sini 「あげる」 digunakan untuk aksi memberi orang lain kepada pembicara. (SALAH)
(正) 友達がプレゼントを私にくれた。- Teman memberi hadiah ke saya. (Benar)
Kapan menggunakan 「もらう」
 「もらう」 yang berarti "menerima" ("mendapat") hanya memiliki satu versi, tidak seperti pasangan 「あげる/くれる」, jadi tidak banyak yang perlu dijelaskan. Satu hal yang perlu diingat adalah karena kamu menerima dari seseorang, 「から」 juga bisa digunakan selain partikel target 「に」.
Contoh

(1) 私が友達にプレゼントをもらった。
- Saya menerima hadiah dari teman.

 (2) 友達からプレゼントをもらった。
- Saya menerima hadiah dari teman.

 (3) これは友達に買ってもらった。
- Mengenai ini, menerima kebaikan membeli dari teman. (teman membelikan ini untuk saya)

 (4) 宿題をチェックしてもらいたかったけど、時間がなくて無理だった。
- Aku ingin menerima kebaikan memeriksa PR tapi tidak ada waktu sehingga tidak mungkin. (aku ingin dia memeriksa PR ini demi aku...)

 「もらう」 dilihat dari sudut pandang penerima, jadi dalam kasus orang pertama, biasanya orang lain tidak menerima benda dari kamu. Tapi kamu tetap saja bisa menggunakan 「私からもらう」 saat kamu ingin menekankan fakta bahwa orang lain menerimanya dari kamu. Sebagai contoh, kalau kamu ingin mengatakan, "Hey, aku memberi kamu itu!" kamu akan menggunakan 「あげる」. Namun, kamu akan menggunakan 「もらう」 kalau ingin mengatakan, "Hey, kamu mendapatkannya dari aku!"

 (5) その時計は私からもらったのよ。
- [Dia] mendapat jam itu dari saya.
Meminta pertolongan dengan 「くれる」 atau 「もらえる」
 Kamu bisa meminta pertolongan dengan menggunakan 「くれる」 dan bentuk potensial dari 「もらう」 (bisakah saya menerima kebaikanmu...). Kita sudah melihat contoh penggunaannya dari contoh (4) bagian 「くれる」. Karena permintaan seperti ini adalah demi pembicara, kamu tidak bisa menggunakan 「あげる」.
Contoh

 (1) 千円を貸してくれる?
- Akankah kamu melakukan kebaikan meminjamkan 1000 yen? (maukah kamu meminjamkanku 1000 yen?)

 (2) 千円を貸してもらえる?
- Bisakah aku menerima kebaikanmu meminjamkan 1000 yen? (maukah kamu meminjamkanku 1000 yen?)

Perhatikan bahwa pada dasarnya kedua kalimat ini maksudnya sama. Ini karena pemberi dan penerimanya tidak dituliskan. Kalau kamu ingin menuliskan semua pelakunya, maka hasilnya menjadi kalimat panjang berikut:

 (1) あなたが、私に千円を貸してくれる?
- Akankah kamu melakukan kebaikan meminjamkan 1000 yen?

 (2) 私が、あなたに千円を貸してもらえる?
- Bisakah aku menerima kebaikanmu meminjamkan 1000 yen?

Saat berbicara dengan orang lain, menyebutkan pelakunya secara eksplisit seperti ini tidaklah normal. Contoh di atas diberikan hanya agar kamu bisa melihat bagaimana subjek dan targetnya berubah mengikuti verba yang digunakan yaitu 「くれる」 atau 「もらえる」.

Kamu bisa menggunakan bentuk negatifnya untuk membuat permintaannya sedikit lebih halus. Teknik seperti ini juga berlaku di banyak tata bahasa lainnya.

 (1) ちょっと静かにしてくれない?
- Tidak bisakah kamu sedikit lebih tenang?

 (2) 漢字を書いてもらえませんか。
- Bisakah kamu menuliskan kanji untuk saya?
Meminta agar seseorang tidak melakukan sesuatu

Untuk meminta agar orang lain tidak melakukan seuatu, kamu tinggal menempelkan 「で」 ke bentuk negatif verbanya lalu sisanya sama seperti sebelumnya.

 (1) 全部食べないでくれますか。
- Bisakah tidak makan semuanya?

 (2) 高い物を買わないでくれる?
- Bisakah kamu tidak membeli barang-barang mahal?
























Bab 23
Membuat permintaan


Isi bab ini
Cara membuat permintaan dengan sopan (dan tidak terlalu sopan)
「~ください」- konjugasi khusus dari 「くださる」
Menggunakan 「~ちょうだい」 pada permintaan santai
Menggunakan 「~なさい」 untuk permintaan tegas namun sopan
Bentuk perintah

Cara membuat permintaan dengan sopan (dan tidak terlalu sopan)
 Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari salah satu teknik agar orang melakukan sesuatu demi kita. Namun, nuansa yang terkandung pada bab sebelumnya adalah memohon kebaikan orang lain ("akankah kamu melakukan X?"). Di bab ini, kita akan mempelajari cara membuat permintaan yang lebih langsung. Dengan kata lain, kita akan belajar cara mengatakan "tolong lakukan X". Yang akan pertama kali kita pelajari adalah cara yang paling umum, yaitu dengan menggunakan konjugasi khusus verba 「くださる」 dan yang lebih tegas yaitu 「なさる」. Terakhir, demi kelengkapan pembahasan kita akan mempelajari bentuk perintah yang merupakan bahasa keras. Kamu bisa mengabaikan bagian terakhir tersebut, kecuali kalau kamu penggemar berat manga, dorama, atau anime.
「~ください」- konjugasi khusus dari 「くださる」
 「ください」 adalah konjugasi khusus dari 「くださる」, yang merupakan bentuk hormat dari 「くれる」. Kita akan belajar lebih lanjut tentang bahasa hormat dan rendah diri di bab lain. Kita akan membahas 「ください」 di sini karena artinya agak berbeda dari 「くれる」 maupun 「くださる」. 「ください」 berbeda dengan 「くれる」 seperti ditunjukkan pada contoh berikut:

(1) それをください。- Tolong berikan itu.
(2) それをくれる?- Bisakah kamu memberiku itu?
Seperti bisa kamu lihat, 「ください」 adalah permintaan langsung sedangkan penggunaan 「くれる」 lebih ke arah bertanya. Namun sama seperti 「くれる」, kamu bisa membuat permintaan hanya dengan menempelkannya ke bentuk-te verba.
(1) 漢字で書いてください。- Tolong tulis dalam kanji.
(2) ゆっくり話してください。- Tolong bicara perlahan.

Aturan untuk permintaan negatif juga sama seperti aturan pada penggunaan 「くれる」.
(1) 落書きを書かないでください。- Tolong jangan mencorat-coret.
(2) ここにこないでください。- Tolong jangan datang ke sini.

Pada pembicaraan santai, seringkali 「ください」 dibuang.
日本語で話して。- Tolong bicara dalam bahasa Jepang.
消しゴムを貸して。- Tolong pinjami aku penghapus.
遠い所に行かないで。- Tolong jangan pergi ke tempat yang jauh.

Bagi mereka yang ingin terdengar lebih memerintah dan kecowok-cowokan, bisa juga digunakan 「くれる」 dengan 「る」 dibuang.
日本語で話してくれ。- Bicara dalam bahasa Jepang!
消しゴムを貸してくれ。- Pinjami aku pengapus!
遠い所に行かないでくれ。- Jangan pergi ke tempat yang jauh!

Karena 「ください」 seperti bentuk-masu harus selalu muncul di akhir kalimat atau klausa subordinat, kamu tidak bisa menggunakannya untuk memodifikasi nomina. Sebagai contoh, kalimat di bawah tidak mungkin menggunakan 「ください」.
(1) お父さんがくれた時計が壊れた。- Jam yang diberi ayah rusak.

Tentu saja, karena kutipan langsung hanyalah mengulang apa yang dikatakan orang apa adanya, kamu bisa memasukkan apapun ke dalam kutipan langsung.
(1) 「それをください」とお父さんが言った。- Ayah mengatakan, "Tolong berikan itu"

Menggunakan 「~ちょうだい」 pada permintaan santai
 Versi santai 「ください」 yang umumnya digunakan perempuan adalah 「ちょうだい」. Dia selalu ditulis menggunakan hiragana. Kanjinya hanya digunakan di ungkapan yang sangat formal seperti 「頂戴致します」. Tidak perlu banyak penjelasan, karena secara tata bahasa aturannya sama seperti 「ください」.
Contoh
 (1) スプーンをちょうだい。- Tolong berikan sendok.
(2) ここに名前を書いてちょうだい。- Tolong tulis namanya di sini.

Menggunakan 「~なさい」 untuk permintaan tegas namun sopan
 「なさい」 adalah konjugasi khusus bentuk hormat 「する」. Ini adalah cara yang lembut namun sekaligus tegas untuk memerintah orang. Contoh penggunaannya misalnya saat seorang ibu memarahi anaknya atau saat seorang guru memerintah murid yang tidak memperhatikan. Tidak seperti 「ください」, 「なさい」 hanya bisa digunakan untuk verba positif dan menggunakan akar verba, bukan bentuk-te. Dia juga tidak bisa berdiri sendiri namun harus selalu menempel ke verba lain.
Menggunakan 「なさい」 untuk membuat permintaan tegas namun sopan
Ubah verba ke akarnya lalu tempelkan 「なさい」
例) 食べる食べなさい
例) 飲む飲み飲みなさい
例) するしなさい
Contoh
 (1) よく聞きなさい!- Dengar baik-baik!
(2) ここに座りなさい。- Duduk di sini.

Kamu juga bisa membuang 「さい」 dari 「なさい」 untuk membuatnya terdengar sedikit lebih santai.
(1) まだいっぱいあるから、たくさん食べな。- Masih ada banyak, jadi makan yang banyak.
(2) それでいいと思うなら、そうしなよ。 - Kalau kamu merasa OK dengan itu, silahkan lakukan.




Bentuk perintah
 Kita akan membahas bentuk perintah agar semua konjugasi verba dibahas dengan lengkap. Sebetulnya kamu akan sangat jarang menjumpai bentuk perintah di kehidupan nyata karena orang Jepang umumnya terlalu sopan untuk menggunakannya. Lalu, gaya bicara ini hampir tidak digunakan oleh perempuan yang lebih cenderung memilih 「なさい」 atau mengucapkan 「くれる」 secara emosional saat marah atau kesal. Kegunaan utama mempelajari bentuk ini hanyalah untuk memahami media seperti komik dan film. Mungkin kamu sudah sering mendengar 「死ね!」 ("Mati kau!") di film atau manga, yang tentunya tidak pernah kamu dengar di kehidupan nyata. (semoga!)

Catat bahwa selain 「する」 dan 「くる」, bentuk perintah 「くれる」 juga tidak beraturan.
Aturan membuat bentuk perintah
verba-ru - Ganti 「る」 dengan 「ろ」
verba-u - Ganti hiragana terakhir dari suara / u / ke suara / e /
Perkecualian - 「する」 menjadi 「しろ」, 「くる」 menjadi 「こい」, 「くれる」 menjadi 「くれ」
Contoh verba-ruDasar   Perintah
食べる                食べろ
着る     着ろ
信じる                信じろ
寝る     寝ろ
起きる                起きろ
出る     出ろ
掛ける                掛けろ
捨てる                捨てろ
                                Contoh verba-uDasar     Perintah              ローマ字           ローマ字 (Per.)
話す     話せ     hanasu hanase
聞く     聞け     kiku       kike
遊ぶ     遊べ     asobu    asobe
待つ     待て     matu     mate
飲む     飲め     nomu    nome
直る     直れ     naoru    naore
死ぬ     死ね     shinu     shine
買う     買え     kau         kae
                                Verba perkecualianDasar             Perintah
する     しろ
くる     こい
くれる                くれ


Contoh
 (1) 好きにしろ。- Lakukan sesuka kamu! (Terserah deh mau ngapain!)
(2) あっち行け!- Pergi sana!
(3) 早く酒を持ってきてくれ。- Cepat ambilkan aku sake!

Bentuk perintah negatifnya sangat mudah: kamu tinggal menempelkan 「な」 ke verba apapun. Namun ini berbeda dengan gobi 「な」 yang akan kita pelajari belakangan. Intonasinya sama sekali berbeda.
Menggunakan bentuk perintah negatif
Tempelkan 「な」 ke akhir verba.
例) 行く行くな
例) するするな
Contoh
 (1) それを食べるな!- Jangan makan itu!
(2) 変なことを言うな!- Jangan mengatakan hal-hal aneh!

Jangan juga terbalik-balik antara ini dengan versi singkat 「~なさい」 yang baru saja kita pelajari. Beda utamanya (selain intonasinya yang juga jelas berbeda) adalah bahwa pada 「~なさい」 verbanya pertama diubah ke bentuk akar, namun pada perintah negatif verbanya dibiarkan apa adanya. Sebagai contoh, untuk 「する」, 「しな」 adalah versi pendek dari 「しなさい」 sedangkan 「するな」 adalah perintah negatif.


































Bab 24
Satu dua tiga, sayang semuanya

Isi bab ini
Angka dan jumlah
Sistem bilangan
Menghitung dan pencacah
Menggunakan 「目」 untuk menyatakan urutan

Angka dan jumlah
 Angka dan berhitung di bahasa Jepang cukup rumit sehingga membutuhkan bab tersendiri. Pertama, sistem bilangannya adalah dalam kelompok 4 digit dan bukan 3 (ribuan, jutaan, dsb.). Karenanya, mungkin kamu akan kesulitan di awal-awal dalam memahami angka yang besar. Lalu, bahasa Jepang juga memiliki berbagai macam pencacah untuk menghitung hal-hal yang berbeda. Ini mirip bahasa Indonesia yang memiliki banyak pencacah seperti "ekor", "buah", dan "lembar". Hanya saja, pada bahasa Jepang jenisnya lebih banyak! Kita akan mempelajari pencacah yang paling umum sebagai perkenalan, dan diharapkan kamu bisa mempelajari sisanya setelah tahu konsep dasarnya. Kalau boleh jujur, mungkin pencacah adalah satu-satunya hal di bahasa Jepang yang bisa membuatmu ingin berhenti belajar bahasa Jepang. Ya, pencacah memang sebegitu parah. Saya menyarankan agar kamu memahami materi di bab ini sedikit demi sedikit karena banyak hal yang harus kamu hafalkan.

Sistem bilangan
 Pada sistem bilangan bahasa Jepang, angka dibagi menjadi kelompok 4 digit. Jadi bilangan seperti 10.000.000 (sepuluh juta) sebetulnya dibaca sebagai 1000.0000 (seribu puluh-ribu). Hanya saja, karena pengaruh dunia barat angka selalu ditulis dengan pengelompokan 3 digit gaya barat. Tapi ingat, dalam membaca kamu harus memecah-mecahnya menjadi kelompok 4 digit. Satu hal tambahan yang perlu kamu ingat adalah bahwa seperti gaya menulis barat, pemisah ribuan ditulis dengan koma (,) dan pemisah desimal ditulis dengan titik (.). Ini kebalikan dari cara penulisan di bahasa Indonesia. Jadi 1.000,25 (seribu koma dua lima) di bahasa Jepang ditulis sebagai 1,000.25. Untuk selanjutnya kita akan menggunakan gaya penulisan barat/Jepang. Ini adalah 10 angka pertama:
Angka   1              2              3              4              5              6              7              8              9              10
漢字                                                                                                       
ひらがな           いち                さん     し/よん                      ろく     しち/なな     はち     きゅう                じゅう


Sebagaimana tertulis, 4 bisa dibaca 「し」 maupun 「よん」 dan 7 bisa dibaca 「しち」 maupun 「なな」. Pada dasarnya, keduanya sama-sama bisa digunakan sampai 10. Tapi, di atas sepuluh, cara membacanya hampir selalu 「よん」 dan 「なな」. Secara umum, 「よん」 dan 「なな」 lebih sering dipakai dibanding 「し」 dan 「しち」 pada sebagian besar kasus.

Kamu bisa menghitung dari 1 sampai 99 hanya dengan sepuluh angka tersebut. Bahasa Jepang dalam hal ini lebih mudah dibanding bahasa Indonesia sebab tidak ada perkecualian seperti "lima belas". Di bahasa Jepang, kamu membacanya sebagai "sepuluh lima".

 (1) 三十一 (さんじゅういち) = 31
(2) 五十四 (ごじゅうよん)= 54
(3) 七十七 (ななじゅうなな)= 77
(4) 二十 (にじゅう) = 20

Perhatikan bahwa bilangan selalu ditulis menggunakan kanji seperti 十二 atau angka seperti 12 karena hiragananya akan menjadi panjang dan susah dipahami.
Bilangan di atas 99
 Inilah bilangan-bilangan yang lebih besar: Angka            100         1,000     10,000   10^8       10^12
漢字                                                
ひらがな           ひゃく                せん     まん     おく     ちょう


Perhatikan bahwa bilangannya melompat 4 digit dari 10^4 menjadi 10^8 pada perubahan ke . Ini karena di Jepang memang pembagiannya berbasis 4 digit. Setelah kamu mencapai 1 (10,000), kamu memulai lagi sampai mencapai 9,999, yang pada akhirnya menjadi 1 (100,000,000). Ngomong-ngomong, adalah 100 dan adalah 1,000, tapi untuk satuan di atasnya kamu perlu menempelkan 1 sebelum satuannya, misalnya 一万 (10^4)、一億 (10^8) dan 一兆 (10^12).

Sekarang kamu bisa menghitung sampai 9,999,999,999,999,999 atau misalnya 9,999 dengan merantai angka-angkanya seperti sebelumnya. Tapi di sini muncul satu masalah. Coba mengatakan 「いちちょう」 、「ろくひゃく」、「さんせん」 dengan sangat cepat. Kamu akan sadar bahwa itu susah dilakukan karena suara konsonan yang mirip muncul berulang. Oleh karenanya, orang Jepang pada akhirnya mengucapkannya sebagai 「いっちょう」、 「ろっぴゃく」、dan 「さんぜん」 untuk meminimalisir gerakan mulut. Kita telah membahas perubahan suara seperti ini di akhir bab Kanji. Sayangnya, bagi kita hal ini malah membuat kita lebih susah untuk mengingat kapan harus membaca yang mana. Inilah daftar semua perubahan suara yang ada: Numerals            漢字     ひらがな
300         三百     さんびゃく
600         六百     ろっぴゃく
800         八百     はっぴゃく
3000       三千     さんぜん
8000       八千     はっせん
10^12    一兆     いっちょう


 (1) 四万三千七十六 (よんまんさんぜんななじゅうろく) = 43,076
(2) 七億六百二十四万九千二百二十二 (ななおくろっぴゃくにじゅうよんまんきゅうせんにひゃくにじゅうに) = 706,249,222
(3) 五百兆二万一 (ごひゃくちょうにまんいち) = 500,000,000,020,001

Ingat bahwa pada umumnya, bilangan-bilangan besar ditulis menggunakan angka karena pada kasus tersebut penulisan kanjinya menjadi semakin susah untuk dipahami.

Kamu mungkin bertanya-tanya bagaimana cara mengucapkan angka yang lebih besar lagi, tapi pada kenyataannya kamu akan jarang menggunakan 「億」 apalagi 「兆」. Saya bisa menjamin bahwa kamu tidak perlu tahu lanjutannya, tapi kalau yang penasaran silahkan lihat daftarnya.
Bilangan yang lebih kecil dari 1
 Nol di bahasa Jepang adalah 「零」 tapi 「ゼロ」 atau 「マル」 lebih umum di zaman modern sekarang. Tidak ada cara membaca khusus untuk bilangan desimal. Kamu cukup mengatakan 「点」 untuk titiknya dan setelahnya membaca angka yang muncul satu per satu. Ini contohnya:
(1) 0.0021 - ゼロ、点、ゼロ、ゼロ、二、一。

Untuk bilangan negatif, semuanya sama seperti bilangan positif namun kamu perlu mengawalinya dengan 「マイナス」.
(1) マイナス二十九 = -29

Menghitung dan pencacah
 Nah, di sinilah kita masuk ke bagian yang paling menyenangkan (baca: menyengsarakan). Saat kamu berurusan dengan bilangan secara abstrak, segala sesuatunya seperti yang kamu harapkan: 一、二、三、 dan seterusnya. Tetapi kalau kamu mau menghitung jumlah benda tertentu, kamu harus menggunakan apa yang disebut pencacah yang bergantung pada benda yang sedang dihitung. Terlebih lagi, banyak perubahan suara sebagaimana pada kasus 六百. Pencacah tersebut biasanya adalah satu huruf kanji yang seringkali memiliki bacaan khusus saat digunakan sebagai pencacah. Pertama, mari kita pelajari pencacah untuk tanggal.

Tanggal
 Untuk tahun, caranya sangat mudah. Kamu tinggal mengucapkan angkanya lalu menambah 「年」 yang dibaca sebagai 「ねん」. Contohnya, tahun 2003 menjadi 2003 (にせんさんねん). Yang perlu diingat adalah bahwa ada kalender lain yang berlaku di Jepang yang angka tahunnya mengulang lagi dari awal setiap kali kaisar baru naik tahta. Tahun seperti ini diawali dengan nama eranya. Sebagai contoh tahun ini adalah 平成22. Saya lahir tahun 1981 yang sama dengan 昭和56 (Era Showa berlangsung dari 1926 sampai 1989). Kamu mungkin beranggapan bahwa kamu tidak perlu tahu semua ini, tapi kalau di Jepang kamu perlu mengisi-isi formulir maka umumnya kamu perlu menuliskannya dalam penanggalan barat dan juga penanggalan Jepang (和暦). Jadi silahkan gunakan situs pengkonversi ini jika dibutuhkan.

Mengucapkan nama-nama bulan sebetulnya lebih mudah dibandingkan dengan bahasa Indonesia, sebab yang perlu kamu lakukan hanyalah menuliskan angkanya (baik dengan angka maupun kanji) dan menambahkan 「月」 yang dibaca 「がつ」. Namun perhatikan bahwa April (4月), Juli (7月), dan September (9月) dibaca masing-masing 「しがつ」、 「しちがつ」、dan 「くがつ」.

Akhirnya kita masuk ke hari-hari dalam satu bulan yang mulai membuat pusing kepala. Hari pertama suatu bulan dinamakan 「ついたち」 (一日); berbeda dengan 「いちにち」 (一日), yang berarti "satu hari". Selain ini dan beberapa perkecualian lain yang akan kita bahas sebentar lagi, kamu tinggal mengatakan angkanya dan menambahkan 「日」 yang dalam kasus ini dibaca 「にち」. Sebagai contoh, tanggal 26 menjadi 26 (にじゅうろくにち). Cukup mudah, hanya saja, untuk 10 hari pertama, hari ke-14, 19, 20, dan 29, kamu harus menghafalkan bacaan khususnya. Kalau kamu benci menghafal, kamu harus berusaha lebih keras di sini. Perhatikan bahwa kanjinya tetap namun bacaannya berubah. Tanggal ke-               1              2              3              4              5              6              7              8              9              10                14           19           20           24           29
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          
          


Di Jepang, format penulisan tanggal lengkap mengikuti format tanggal internasional yaitu: XXXXYYZZ. Sebagai contoh adalah: 200312 2

Waktu
 Sekarang kita akan belajar cara mengatakan waktu. Jam disebutkan dengan mengatakan angkanya dan diikuti 「時」 yang pada kasus ini dibaca 「じ」. Inilah daftar perkecualian yang perlu kamu perhatikan. Indonesia jam 4     jam 7     jam 9
漢字     四時     七時     九時
ひらがな           よじ     しちじ                くじ


 Apakah kamu mulai sadar bahwa angka 4, 7, dan 9 terus-menerus membuat masalah? Ya, dan terkadang kamu juga perlu berhati-hati dengan 1, 6, dan 8.

Menit ditandai dengan 「分」 yang umumnya dibaca 「ふん」 namun memiliki perkecualian berikut: Indonesia      1 menit    3 menit                4 menit                6 menit                8 menit                10 menit
漢字     一分     三分     四分     六分     八分     十分
ひらがな           いっぷん           さんぷん           よんぷん           ろっぷん           はっぷん           じゅっぷん


Untuk angka yang lebih besar, kamu menggunakan bacaan normal untuk digit atasnya dan menggunakan bacaan yang telah dijelaskan di atas untuk bagian 1 sampai 10 di akhirnya. Sebagai contoh, 24 menit adalah 「にじゅうよんぷん」 (二十四分) dan 30 menit adalah 「さんじゅっぷん」 (三十分). Ada juga bacaan yang lebih jarang namun bisa ditemui juga misalnya 「はちふん」 untuk 「八分」 dan 「じっぷん」 untuk 「十分」 (yang ini hampir tidak pernah dipakai).

Cara menyebutkan detik adalah angkanya ditambah 「秒」, yang dibaca 「びょう」. Tidak ada perkecualian di sini.

Beberapa contoh waktu:
(1) 124分(いちじ・にじゅうよんぷん) - 1:24
(2) 午後410 (ごご・よじ・じゅっぷん) - 4:10 Sore
(3) 午前916 (ごぜん・くじ・じゅうろっぷん) - 9:16 Pagi
(4) 1316 (じゅうさんじ・じゅうろっぷん) - 13:16
(5) 21813 (にじ・じゅうはっぷん・じゅうさんびょう) - 2:18:13

Selang waktu
 Nah lo! Pasti kamu mengira bahwa urusan waktu sudah selesai. Tapi sebetulnya masih belum! Kalau sebelumnya kita membahas satu titik waktu, sekarang kita akan belajar selang waktu, hari, bulan, dan tahun. Pencacah dasar untuk selang waktu adalah 「間」, yang dibaca 「かん」. Kamu bisa menempelkannya ke akhir jam, hari, minggu, dan tahun. Menit (pada umumnya) dan detik tidak memerlukan pencacah ini dan bulan memiliki cara kerja berbeda yang akan kita bahas berikutnya.

(1) 二時間四十分 (にじかん・よんじゅっぷん) - 2 jam 40 menit (bedakan dengan "jam 2:40")
(2) 二十日間 (はつかかん) - 20 hari (bedakan dengan "tanggal 20")
(3) 十五日間 (じゅうごにちかん) - 15 hari
(4) 二年間 (にねんかん) - dua tahun
(5) 三週間 (さんしゅうかん) - tiga minggu
(6)  一日 (いちにち) - 1 hari
Seperti telah disebutkan sebelumnya, selang waktu satu hari adalah 「一日」 (いちにち) yang berbeda dengan tanggal 1 suatu bulan: 「ついたち」.

 Pengucapan yang perlu diperhatikan saat menghitung minggu adalah satu minggu: 「一週間」 (いっしゅうかん) dan 8 minggu: 「八週間」 (はっしゅうかん).

Untuk menghitung jumlah bulan, kamu tinggal menggunakan angka biasanya lalu menambahkan 「か」 dan 「月」 yang di sini dibaca sebagai 「げつ」 dan bukan 「がつ」. 「か」 yang digunakan di sini biasanya ditulis dengan katakana kecil 「ヶ」 yang sebetulnya membingungkan sebab di sini cara membacanya adalah 「か」 dan bukan 「け」. Katakana kecil 「ヶ」 sama sekali berbeda dengan katakana normal 「ケ」, karena sebenarnya dia adalah singkatan penulisan kanji 「箇」, kanji yang aslinya digunakan dalam menghitung bulan. Katakana kecil 「ヶ」 ini juga digunakan di beberapa nama tempat misalnya 「千駄ヶ谷」 dan juga pada pencacah lain, misalnya pencacah lokasi yang akan dibahas belakangan.

Dalam menghitung bulan, perhatikan perubahan suara berikut:Indonesia           1 bulan 6 bulan 10 bulan
漢字     一ヶ月                六ヶ月                十ヶ月
ひらがな           いっかげつ     ろっかげつ     じゅっかげつ


Seperti menit, angka yang lebih besar dari 10 mengulang lagi penggunaan suara untuk 1 sampai 10.
(1) 十一ヶ月 (じゅういっかげつ) - 11 bulan
(2) 二十ヶ月 (にじゅっかげつ) - 12 bulan
(3) 三十三ヶ月 (さんじゅうさんかげつ) - 33 bulan

Pencacah lain
 Kita akan melihat beberapa pencacah yang paling umum agar kamu paham bagaimana caranya bekerja. Semoga dari titik awal ini, kamu bisa belajar sendiri pencacah lain yang kamu temui karena jumlahnya terlalu banyak untuk dimuat semua di sini. Hal yang perlu diingat adalah bahwa menggunakan pencacah yang salah menghasilkan kalimat yang salah dari segi tata bahasa. Coba saja bayangkan misalnya "dua lembar murid" di bahasa Indonesia (yang benar itu "dua orang murid"!). Di bahasa Jepang juga kamu harus menggunakan pencacah orang saat menghitung orang, pencacah kertas saat menghitung kertas, dan sebagainya. Walaupun begitu, di saat bingung atau terdesak kamu bisa menggunakan pencacah umum sebagai ganti dari pencacah yang tidak kamu ketahui. Inilah beberapa pencacah yang ada:
日本語                Kasus penggunaan
           Untuk menghitung jumlah orang
           Untuk menghitung benda berbentuk silinder panjang seperti botol atau sumpit
           Untuk menghitung benda tipis seperti kertas atau baju
           Untuk menghitung benda seperti buku
           Untuk menghitung binatang kecil seperti kucing dan anjing
           Untuk menghitung umur makhluk hidup seperti orang
           Untuk menghitung benda kecil (umumnya bulat)
           Untuk menghitung jumlah kejadian (sekali, dua kali, dsb.)
ヶ所(箇所)                Untuk menghitung jumlah lokasi
           Untuk menghitung benda umum yang tidak memiliki pencacah atau yang pencacahnya sangat langka


Menghitung 1 sampai 10 (variasi yang lain mungkin ada)                                                                                                           ヶ所(箇所)               
1              ひとり                いっぽん           いちまい           いっさつ           いっぴき           いっさい           いっこ                いっかい                いっかしょ     ひとつ
2              ふたり                にほん                にまい                にさつ                にひき                にさい                にこ     にかい                にかしょ           ふたつ
3              さんにん           さんぼん           さんまい           さんさつ           さんびき           さんさい           さんこ                さんかい                さんかしょ     みっつ
4              よにん                よんほん           よんまい           よんさつ           よんひき           よんさい           よんこ                よんかい                よんかしょ     よっつ
5              ごにん                ごほん                ごまい                ごさつ                ごひき                ごさい                ごこ     ごかい                ごかしょ           いつつ
6              ろくにん           ろっぽん           ろくまい           ろくさつ           ろっぴき           ろくさい           ろっこ                ろっかい                ろっかしょ     むっつ
7              しちにん           ななほん           ななまい           ななさつ           ななひき           ななさい           ななこ                ななかい                ななかしょ     ななつ
8              はちにん           はちほん           はちまい           はっさつ           はっぴき           はっさい           はっこ                はちかい                はっかしょ     やっつ
9              きゅうにん     きゅうほん     きゅうまい     きゅうさつ     きゅうひき     きゅうさい     きゅうこ           きゅうかい           きゅうかしょ                ここのつ
10           じゅうにん     じゅっぽん     じゅうまい     じゅっさつ     じゅっぴき     じゅっさい     じゅっこ           じゅっかい           じゅっかしょ                とお


Perubahan suara yang ada ditandai. Kamu tidak menghitung 0 karena tidak ada bendanya untuk dihitung. Untuk kasus tersebut kamu tinggal menggunakan 「ない」 atau 「いない」. Tabel di atas ditulis dengan hiragana, namun tentunya yang umum adalah menggunakan angka atau kanji angka lalu diikuti kanji pencacahnya. Perkecualiannya adalah 「とお」 yang ditulis 「十」.

Untuk angka yang lebih besar, seperti yang sudah kamu duga ucapan untuk digit besarnya tidak memiliki perkecualian dan untuk ucapan digit terakhir kamu menggunakan bacaan untuk 1 sampai 10 pada tabel atas. Perkecualiannya hanyalah 「一人」 dan 「二人」 yang bacaannya berubah menjadi beraturan yaitu 「いち」 dan 「に」 untuk orang di atas 10. Jadi 「一人」 adalah 「ひとり」 tapi 11人」 dibaca 「じゅういちにん」. Lalu pencacah umum 「~つ」 hanya berlaku sampai 10 benda. Di atasnya, kamu hanya perlu menyebutkan angkanya tanpa perlu pencacah apapun.

Catatan: Pencacah umur seringkali ditulis 「才」 untuk mereka yang malas menulis kanji benarnya yang lebih rumit. Lalu, umur 20 tahun biasanya dibaca 「はたち」 dan bukan 「にじゅっさい」.
Menggunakan 「目」 untuk menyatakan urutan
 Kamu bisa menempelkan 「目」 (dibaca 「め」) ke berbagai mencacah untuk menyatakan urutan. Ini akan mengubah "4 ekor kucing" menjadi "kucing yang ke-4" misalnya. Contoh yang paling umum adalah penggunaannya pada pencacah 「番」. Sebagai contoh, 「一番」 yang berarti "nomor satu" (yang terbaik) berubah menjadi "yang pertama" (misal "yang pertama kali maju") kalau kamu menambahkan 「目」 (一番目). Dengan cara yang sama, 「一回目」 adalah pertama kali, 「二回目」 adalah kedua kali, 「四人目」 adalah orang keempat, dan sebagainya.




_________________Good luck_________________




Tidak ada komentar:

Posting Komentar