Bab 1
Sistem Menulis
Bahasa Jepang
Huruf-huruf yang
digunakan
Suara-suara yang
ada pada bahasa Jepang dituliskan menggunakan hiragana dan katakana. Keduanya
secara kolektif disebut kana. Setiap huruf hiragana memiliki pasangannya pada
katakana, sebagaimana huruf kecil pada bahasa Indonesia memiliki padanan huruf
besarnya. Jumlah hiragana dan katakana masing-masing tidak sampai 50. Semuanya
sebetulnya adalah huruf China yang disederhanakan dan diadopsi untuk keperluan
fonetis.
Huruf China, disebut kanji oleh orang Jepang, juga
digunakan secara ekstensif pada bahasa tertulis. Sebagian besar kata (nomina,
verba, adjektiva) ditulis menggunakan kanji. Secara historis ada lebih dari
40.000 kanji, namun 2.000 huruf sudah mencakup lebih dari 95% kanji yang
digunakan di bahasa Jepang modern. Tidak ada spasi di bahasa Jepang, jadi kanji
diperlukan untuk mengetahui batas kata dalam suatu kalimat. Kanji juga berguna
untuk membedakan homofon, yang muncul cukup sering karena jumlah suara di
bahasa Jepang terbatas.
Hiragana terutama digunakan untuk keperluan tata bahasa.
Kita akan melihat fungsi tersebut saat mempelajari partikel. Kata-kata yang
kanjinya susah atau jarang dipakai, istilah percakapan, dan onomatop juga
ditulis dengan hiragana. Hiragana juga sering menggantikan kanji untuk pelajar
bahasa Jepang pemula dan anak-anak.
Walaupun katakana melambangkan suara-suara yang sama
dengan hiragana, katakana umumnya dipakai untuk menuliskan kata-kata modern
yang diimpor dari negara-negara barat. Ini karena kata-kata tersebut tidak
memiliki kanji. Tiga bab berikutnya akan membahas hiragana, katakana, dan
kanji.
Intonasi
Di bab berikutnya,
akan dibahas panjang lebar bahwa tiap huruf hiragana (dan berarti juga
katakana) sudah melambangkan suatu suku kata, kecuali huruf hiragana 「ん」 (dan katakana 「ン」).
Sebagai contoh, huruf 「り」melambangkan suku kata
"ri" dan huruf 「さ」 melambangkan suku kata
"sa". Ini bisa dibandingkan dengan bahasa Indonesia, yang perlu
menggabungkan huruf konsonan dan vokal untuk membentuk suku kata tersebut.
Sistem seperti hiragana membuat pengucapan menjadi jelas dan tidak ambigu.
Namun, kesulitannya terdapat pada intonasi.
Membedakan suara tinggi dan rendah adalah hal yang
penting bagi bahasa Jepang lisan. Sebagai contoh, homofon bisa memiliki tinggi
rendah suara yang berbeda sehingga jika diucapkan bunyinya berbeda walaupun
bentuk tertulisnya sama. Halangan terbesar untuk berbicara dengan benar dan
alami adalah masalah intonasi. Banyak murid yang berbicara tanpa memperhatikan
intonasi sehingga terdengar tidak alami (terkenal di Jepang sebagai logat luar
negeri). Akan menyulitkan jika kamu berusaha menghafal intonasi tiap kata,
apalagi karena intonasi bisa berubah bergantung konteks dan logat wilayah.
Satu-satunya cara yang praktis untuk menguasainya adalah dengan latihan meniru
orang Jepang berbicara lewat acara anime, drama, dan media-media lainnya.
Yang dibahas di bagian ini
Hiragana - Alfabet fonetis utama bahasa Jepang. Digunakan
terutama untuk keperluan tata bahasa. Bisa juga digunakan untuk menunjukkan
cara membaca kanji yang susah bahkan malah menggantikannya. Bab ini akan
membahas semua huruf hiragana.
Katakana - Alfabet yang pada umumnya digunakan untuk
menuliskan kata serapan yang tidak memiliki kanji. Bab ini akan membahas semua
huruf katakana.
Kanji - Pengadopsian sistem menulis China untuk bahasa
Jepang. Bab ini membahas sifat-sifat umum kanji dan beberapa strategi untuk
mempelajari kanji (dengan benar).
Bab 2
Struktur
tata bahasa dasar
Setelah belajar menulis bahasa Jepang, kita bisa mulai
membahas tata bahasa dasarnya. Bagian ini terutama meninjau semua jenis kata:
nomina, adjektiva, verba, dan adverbia. Bagian ini juga akan menjelaskan
bagaimana menggabungkan jenis-jenis kata tersebut menggunakan partikel untuk
membentuk kalimat yang baik. Setelah menyelesaikan bagian ini, kamu akan
mendapat pemahaman dasar tentang cara kerja bahasa Jepang dan tentang cara
mengekspresikan hal-hal sederhana menggunakan bahasa Jepang.
Isi bagian ini
Menyatakan "adalah" dan "bukanlah" -
Kita akan belajar menyatakan keadaan benda: apakah sesuatu memang sesuatu atau
bukan sesuatu.
Pengenalan pada partikel (は、も、が)
- Bab ini menjelaskan cara menyatakan hubungan antar bagian kalimat dengan
partikel topik maupun pengidentifikasi 「は」、「も」、dan
「が」.
Adjektiva
- Mengulas sifat-sifat utama adjektiva. Kita akan belajar
cara menggambarkan nomina dengan memodifikasinya langsung maupun dengan
menggunakan partikel.
Dasar-dasar verba
- Mengulas
sifat-sifat utama verba. Di bagian ini pengelompokan verba akan dibahas
sehingga memungkinkan kita belajar aturan konjugasinya dengan mudah.
Bentuk negatif
verba
- Membahas
konjugasi negatif untuk verba. Kita akan belajar merubah kalimat "Saya
akan pergi." menjadi "Saya tidak akan pergi."
Bentuk lampau
verba
- Mengajarkan
aturan konjugasi bentuk lampau verba. Kita akan belajar merubah kalimat
"Saya akan pergi." menjadi "Saya waktu itu pergi."
Partikel untuk
verba (を、に、へ、で)
- Bab ini mengulas
partikel-partikel yang paling sering dikaitkan dengan verba. Kita akan belajar
partikel objek langsung (を), partikel target (に), partikel arah (へ),
dan partikel konteks (で).
Verba transitif
dan intransitive
- Kita akan
belajar verba transitif dan intransitif beserta penggunaan partikel-partikel
yang sesuai untuknya.
Klausa subordinat
deskriptif dan urutan kata pada kalimat
- Kita akan belajar memodifikasi nomina dengan verba atau
klausa nomina terkonjugasi untuk membuat kalimat-kalimat yang lebih rumit.
Partikel yang
berkaitan dengan nomina (と、や、とか、の)
- Kita akan belajar
partikel yang berkaitan dengan nomina (と、や、とか、の).
Substitusi nomina umum juga akan dibahas yang memungkinkan kita membuat hampir
apapun menjadi topik. Penggunaan 「の」
untuk mengimplikasikan penjelasan juga akan dibahas.
Menggunakan adverbia dan gobi - Bab yang singkat dan
mudah sebagai penutup bagian ini. Bab ini mengulas cara mengubah adjektiva
menjadi adverbia. Bab ini juga memperkenalkan dua akhiran kalimat yang sangat
sering muncul dan berguna.
Menyatakan sesuatu
memang sesuatu menggunakan 「だ」
Di bahasa Jepang, kita bisa menyatakan bahwa sesuatu
memang seperti itu dengan menempelkan hiragana 「だ」
hanya ke nomina (kata benda) atau adjektiva-na (kata sifat na). Kamu akan
mengerti maksud dari batasan tersebut saat nanti kita belajar berbagai macam
adjektiva.
Kalau ingin sedikit analogi, bayangkan fungsi 「だ」 sebagaimana kata "adalah" pada kalimat
"ini adalah ikan". Kata "adalah" menegaskan bahwa benda
yang kita tunjuk itu memang merupakan ikan. Untuk adjektiva, kata yang lebih
cocok adalah "bersifat", contohnya pada kalimat "dia bersifat
cantik".
Menyatakan bahwa sesuatu memang begitu menggunakan 「だ」
Tempelkan 「だ」
ke nomina atau adjektiva-na
(1) 魚。 - Ikan.
(2) 魚だ。 - Adalah ikan.
(3) きれい。 - Cantik.
(4) きれいだ。 - Bersifat
cantik.
Gampang. Bisa dilihat bahwa fungsi 「だ」 adalah menyatakan keadaan benda positif. Namun ingatlah
hal berikut:Keadaan benda bisa dinyatakan tanpa menggunakan 「だ」!
Ini bukanlah hal yang asing juga di bahasa Indonesia. Di
bahasa kita sendiri, kalimat "ini ikan" sudah bisa dimengerti tanpa
perlu kata "adalah". Pada bahasa Indonesia, kata "adalah"
membuat kalimatnya terdengar lebih formal sehingga penggunaannya lebih untuk
bahasa tertulis maupun pidato. Tidak ada aspek jenis kelamin maupun kesopanan.
Namun di bahasa Jepang nuansa yang diberikan jauh berbeda. Keberadaan 「だ」 membuat kalimatnya terdengar lebih tegas, memaksa, dan
dengan kata lain deklaratif. Oleh karenanya, yang lebih sering menggunakan 「だ」 di akhir kalimat adalah laki-laki. Di bahasa Jepang,
gaya bahasa tegas juga berarti tidak sopan. Oleh karenanya, saat nanti belajar
gaya bahasa sopan kita akan melihat bahwa 「だ」
tidak digunakan sebagai akhiran kalimat. Terakhir, karena 「だ」 hanya digunakan untuk membuat pernyataan, kamu tidak
bisa menggunakannya saat bertanya.
Deklaratif 「だ」
juga diperlukan di berbagai konstruksi yang mengharuskan keadaan benda
dinyatakan dengan jelas. Ada juga kasus-kasus di mana kamu tidak boleh
menempelkannya. Semuanya cukup merepotkan tapi untuk saat ini kamu belum perlu
memikirkannya.
Konjugasi bentuk negatif
Di bahasa Jepang, bentuk negatif dan lampau dinyatakan
melalui perubahan bentuk atau konjugasi. Nomina dan adjektiva bisa dikonjugasi
ke bentuk negatif untuk menyatakan bahwa sesuatu bukan X dan ke bentuk lampau
untuk menyatakan bahwa sesuatu dulunya X. Mungkin kedengarannya aneh, tapi
konjugasi-konjugasi tersebut tidak memiliki konotasi deklaratif sebagaimana 「だ」. Di bab lain kita akan belajar bagaimana menggabungkan
konjugasi tersebut dengan 「だ」 untuk membuatnya
deklaratif.
Pertama, untuk bentuk negatif, kamu hanya perlu
menempelkan 「じゃない」 ke nomina atau adjektiva-na.
Pada bahasa Indonesia, ini akan menjadi "bukan" seperti pada "ini
bukan ikan" atau "tidak" seperti pada "dia tidak
cantik".
Aturan konjugasi untuk bentuk negatif
Tempelkan 「じゃない」
ke nomina atau adjektiva-na
(例) 友達 → 友達じゃない (bukan teman)
(例) きれい → きれいじゃない (tidak cantik)
Contoh
(1) 魚じゃない。- Bukan ikan.
(2) 学生じゃない。- Bukan murid.
(3) 静かじゃない。- Tidak hening.
Konjugasi bentuk lampau
Di bahasa Indonesia, untuk menyatakan keadaan di masa
lalu digunakan keterangan waktu seperti "tadi", "tahun
lalu", "dulu", dan "waktu itu". Contohnya adalah
"ujiannya kemarin mudah". Di bahasa Jepang, yang diperlukan adalah
merubah katanya ke bentuk lampau. Pada contoh sebelumnya, "mudah"
harus dikonjugasi ke bentuk lampau. Jadi walaupun kamu sudah menggunakan
keterangan waktu, kamu tetap harus merubah katanya ke bentuk lampau.
Untuk mengatakan bahwa sesuatu dulunya sesuatu, 「だった」 ditempelkan ke nomina atau adjektiva-na. Kita akan
secara bebas menggunakan penanda waktu "dulu" maupun "waktu
itu" sebagai terjemahannya.
Untuk mengatakan bentuk negatif lampau (dulunya bukan),
bentuk negatifnya dikonjugasi menjadi bentuk negatif lampau dengan membuang 「い」 dari 「じゃない」 dan menambahkan 「かった」.
Aturan konjugasi untuk bentuk lampau
Bentuk lampau: Tempelkan 「だった」
ke nomina atau adjektiva-na
(例) 友達 → 友達だった (dulu teman)
(例) きれい → きれいだった (dulu cantik)
Bentuk lampau negatif: Konjugasikan nomina atau
adjektiva-na ke bentuk negatif lalu ganti 「い」
pada 「じゃない」 dengan 「かった」
(例) 友達 → 友達じゃない → 友達じゃなかった (dulu bukan teman)
(例) きれい → きれいじゃない → きれいじゃなかった (dulu tidak cantik)
(1) 魚だった。- Dulunya ikan.
(2) 学生じゃなかった。- Dulu bukan
murid.
(3) 静かじゃなかった。- Waktu itu
tidak hening.
Ringkasan
Kita telah belajar mengkonjugasikan keadaan benda ke
empat bentuk yang mungkin. Berikutnya kita akan belajar beberapa partikel, yang
memungkinkan kita memberikan peran pada kata. Inilah tabel ringkasan konjugasi
yang dipelajari di bab ini.
Ringkasan konjugasi keadaan benda Positif Negatif
Taklampau 魚(だ) Adalah
ikan 魚じゃない Bukan ikan
Lampau 魚だった Dulu
ikan 魚じゃなかった Dulu bukan ikan
Latihan menyatakan
"adalah" dan "
Isi bab ini
Kosakata bab ini
Latihan konjugasi 1
Latihan konjugasi 2
Latihan tanya jawab
Kosakata bab ini
Pada soal-soal di
bab ini, kita akan berlatih konjugasi keadaan benda yang baru saja dipelajari.
Tapi sebelumnya, kamu mungkin ingin mempelajari atau mengulas nomina-nomina
berguna berikut yang akan dipakai di soal-soalnya.
Kanji
Untuk kemudahanmu, saya telah mendaftar kanji-kanji yang
digunakan pada kosakata bab ini. Pranalanya akan membawa kamu ke diagram urutan
guratannya. Namun, arah guratannya tidak ditunjukkan dengan jelas (walaupun
kamu bisa menebak dari animasinya) jadi ceklah kamus atau sumber lain kalau
kamu tidak yakin. Saya menyarankan berlatih kanji dalam konteks penggunaan
nyatanya (contohnya pada penggunaannya untuk kosakata bab ini).
人 - orang
子 - anak
小 - kecil
中 - tengah
大 - besar
友 - teman
生 - hidup
先 - duluan
学 - belajar
校 - sekolah
高 - tinggi
車 - mobil
供 - menemani
達 - mencapai
Kosakata
Inilah daftar kata-kata yang mungkin dipakai di
soal-soalnya.
うん - kata santai untuk
"iya" (ya, he eh)
ううん - kata santai untuk
"tidak" atau "bukan" (nggak)
これ - ini
それ - itu
あれ - itu yang jauh di sana
こう - seperti ini
そう - seperti itu
人 【ひと】
- orang
大人 【おとな】
- orang dewasa
子供 【こども】
- anak/anak kecil
友達 【ともだち】
- teman
車 【くるま】
- mobil
学生 【がくせい】
- murid
先生 【せんせい】
- guru
学校 【がっこう】
- sekolah
小学校 【しょうがっこう】 - SD
中学校 【ちゅうがっこう】 - SLTP/SMP
高校 【こうこう】
- SMA/SMU
大学 【だいがく】
- universitas
Latihan konjugasi
1
Kita sekarang akan
berlatih konjugasi keadaan benda secara berurutan. Ambil tiap nomina dan
konjugasikan ke bentuk berikut: deklaratif, negatif, lampau, lalu negatif
lampau.
Contoh: 人 =
人だ、人じゃない、人だった、人じゃなかった
1. これ
deklaratif =
negatif =
lampau =
negatif lampau =
2. 大人
deklaratif =
negatif =
lampau =
negatif lampau =
3. 学校
deklaratif =
negatif =
lampau =
negatif lampau =
4. 友達
deklaratif =
negatif =
lampau =
negatif lampau =
5. 学生
deklaratif =
negatif =
lampau =
negatif lampau =
Pada latihan kedua ini, kita akan benar-benar menguji
pengetahuan konjugasi dan juga kosakatamu dengan menerjemahkan beberapa kalimat
bahasa Indonesia sederhana. Ingatlah bahwa walaupun keadaan benda positif
taklampau sebetulnya bisa dinyatakan hanya dengan menyebutkan katanya, untuk
latihan ini kita akan selalu membuatnya deklaratif. Jangan lupa bahwa ini
menghasilkan kalimat yang terdengar tegas.
Contoh: Adalah murid. = 学生だ。
1. Adalah universitas. =
2. Bukan SMU. =
3. Dulunya guru. =
4. Adalah orang dewasa. =
5. Waktu itu bukan anak kecil. =
6. Waktu itu seperti ini. =
7. Dulu bukan itu (yang jauh di sana). =
8. Bukan SMP. =
9. Adalah teman. =
10. Waktu itu bukan mobil. =
11. Dulunya ini. =
12. Bukan seperti itu.
Di latihan terakhir ini, kita akan berlatih menjawab
pertanyaan sederhana menggunakan keadaan benda. Jawaban ya atau tidak (うん atau ううん) akan diberikan dan
tugas kamu adalah melengkapi sisa kalimatnya. Kita juga akan berlatih memerankan
laki-laki dan perempuan dengan baik, sehingga untuk keperluan itu diasumsikan
bahwa semua laki-laki menggunakan deklaratif 「だ」
agar terdengar tegas dan semua perempuan menjauhinya agar terdengar halus.
(kenyataannya tidak semutlak itu)
Contoh:
Q) 学生?
A) ううん、学生じゃない。
Q1) 友達?
A1) うん、。 (perempuan)
Q2) 学校?
A2) ううん、。
Q3) それだった?
A3) ううん、。
Q4) そう? (Apa benar
begitu?)
A4) うん、。 (laki-laki)
Q5) これ?
A5) ううん、。(bendanya di luar
jangkauan pembicara, tapi tidak terlalu jauh)
Q6) 先生だった?
A6) うん、。
Q7) 小学校だった?
A7) ううん、。
Q8) 子供?
A8) うん、。 (perempuan)
Bab 3
Partikel-partikel
dasar
Isi bab ini
Menentukan peran kata dengan partikel
Partikel topik 「は」
Partikel inklusif 「も」
Partikel identifikasi 「が」
Menentukan peran
kata dengan partikel
Memanfaatkan apa yang telah dipelajari di bab sebelumnya,
kita sekarang akan menghubungkan suatu nomina dengan nomina lain. Ini dilakukan
dengan sesuatu yang disebut partikel. Partikel adalah satu atau dua huruf
hiragana yang ditempelkan ke akhir kata untuk menentukan peran kata tersebut di
kalimat. Menggunakan partikel yang benar sangatlah penting sebab arti kalimat
bisa berubah drastis hanya dengan mengganti partikelnya. Contohnya, kalimat
"Ikan makan." bisa menjadi "Makan ikan." hanya dengan
mengganti satu partikel.
Partikel topik 「は」
Partikel pertama yang akan kita pelajari adalah partikel
topik. Pada intinya, partikel topik menunjukkan apa yang sedang kamu bicarakan,
dengan kata lain topik kalimatmu. Sebagai contoh, misal seseorang mengatakan
"Bukan murid." Ini adalah kalimat yang sudah benar pada bahasa
Jepang, namun tidak jelas siapa yang sedang dibicarakan kecuali kita mengikuti
pembicaraannya dari awal. Nah, dengan partikel topik kita bisa menyatakan apa
yang sebetulnya dibicarakan. Partikel ini adalah huruf 「は」.
Perlu diingat bahwa walaupun partikel topik menggunakan huruf hiragana
"ha", saat digunakan sebagai partikel topik pengucapannya selalu
"wa".Saat digunakan sebagai partikel topik, 「は」
dibaca "wa"!
Contoh 1
ジャヤ: リナは学生?- Apakah kamu (Rina) murid?
リナ: うん、学生。- Ya, saya murid.
Di sini, Jaya menggunakan 「は」
untuk menyatakan bahwa pertanyaannya adalah tentang Rina. Perhatikan bahwa Jaya
tidak menggunakan 「だ」 di akhir pertanyaan,
karena memang 「だ」 tidak boleh digunakan untuk
membuat pertanyaan. Berikutnya, perhatikan bahwa Rina tidak menyebutkan topik
apapun di jawabannya. Topiknya telah dibuat jelas oleh Jaya, sehingga Rina
tidak perlu mengulangnya lagi. Terakhir, walaupun Rina tidak menggunakan
deklaratif 「だ」, mungkin pengguna laki-laki akan
lebih memilih untuk menggunakannya supaya terdengar tegas.
Contoh 2
ジャヤ: アンドレは明日?- Apakah Andre besok?
リナ: 明日じゃない。- Bukan besok.
Karena konteksnya kurang, kita tidak punya informasi
cukup untuk sepenuhnya memahami percakapan ini. Tentu saja, tidak mungkin bahwa
yang dimaksud itu "Andre adalah besok." karena seseorang tidak
mungkin menjadi "besok". Kalau ada konteksnya, asalkan kalimatnya
berhubungan dengan Andre dan besok, artinya bisa bermacam-macam. Contohnya,
mereka bisa saja membicarakan tentang kapan ujian diselenggarakan.
Contoh 3
リナ: 今日は試験だ。- Hari ini ujian.
ジャヤ: アンドレは? - Bagaimana
mengenai Andre?
リナ: アンドレは明日。 - Andre
besok. (Mengenai Andre, ujiannya besok.)
Kita harus sadar bahwa konsep topik sangatlah umum. Suatu
topik bisa saja secara tidak langsung mengacu pada suatu benda atau aksi lain.
Sebagai contoh, pada kalimat terakhir contoh di atas, walaupun kalimatnya
membicarakan mengenai kapan ujian untuk Andre, kata "ujian" tidak
disebutkan!
Di akhir bab ini kita akan melihat suatu partikel yang
mengikat kata secara lebih kencang ke kalimat yaitu partikel identifikasi.
Partikel inklusif 「も」
Partikel lain yang sangat mirip dengan partikel topik
adalah partikel topik inklusif. Fungsinya pada dasarnya sama dengan partikel
topik namun dengan arti tambahan "juga". Intinya, partikel tersebut
menambahkan topik baru ke topik sebelumnya. Partikel topik inklusif ini adalah 「も」 dan cara yang paling baik untuk memahaminya adalah
dengan contoh:
Contoh 1
ジャヤ: リナは学生?- Apakah kamu (Rina) murid?
リナ: うん、ヘリも学生。- Ya, dan
Heri juga murid.
Perhatikan bahwa Rina harus konsisten dengan inklusinya.
Tidak masuk akal untuk mengatakan "Saya murid, dan Heri juga bukan
murid." Untuk kasus tersebut Rina akan menggunakan partikel 「は」 untuk menghilangkan makna inklusi seperti pada contoh
berikut:
Contoh 2
ジャヤ: リナは学生?- Apakah kamu (Rina) murid?
リナ: うん、でもヘリは学生じゃない。- Ya,
tapi Heri bukan murid.
Contoh 3
Ini juga salah
satu kemungkinan:
ジャヤ: リナは学生?- Apakah kamu (Rina) murid?
リナ: ううん、ヘリも学生じゃない。- Bukan,
dan Heri juga bukan murid.
Kenapa Rina tiba-tiba membicarakan Heri, padahal Jaya
hanya menanyakan Rina? Mungkin Heri sedang berdiri di sampingnya dan Rina ingin
mengikutsertakannya dalam pembicaraan.
Partikel identifikasi 「が」
Kita bisa membuat topic menggunakan partikel 「は」 dan 「も」. Tapi bagaimana kalau
kita tidak tahu topiknya? Bagaimana kalau saya ingin bertanya, "Siapa yang
murid?". Kita perlu pengidentifikasi karena saya tidak tahu siapa
muridnya. Kalau saya menggunakan partikel topik, maka pertanyaannya akan
menjadi "Apakah siapa murid?", seakan-akan "siapa" adalah
nama seseorang. Hal tersebut tidak masuk akal karena "siapa" itu
sebetulnya bukan orang nyata.
Di sinilah partikel 「が」
berfungsi. Kadang-kadang 「が」 juga disebut partikel
subjek tapi saya benci istilah tersebut karena konsep "subjek" di
bahasa Indonesia jauh berbeda dengan fungsi 「が」.
Saya kukuh akan menyebutnya partikel identifikasi karena memang itu fungsi
sebenarnya, menunjukkan bahwa pembicara ingin mengidentifikasi sesuatu yang
tidak diketahui.
Contoh 1
ジャヤ: 誰が学生?- Siapa yang murid?
リナ: アンドレが学生。- Andre adalah
yang murid.
Jaya ingin mengidentifikasi siapa yang merupakan murid di
antara kandidat-kandidat yang mungkin. Rina menjawab bahwa orangnya adalah
Andre. Perhatikan bahwa Rina bisa saja menjawab dengan partikel topik yang
berarti bahwa, berbicara tentang Andre, dia tahu bahwa Andre adalah seorang
murid (mungkin bukan si murid yang dicari). Perbedaannya bisa dilihat di contoh
berikutnya.
Contoh 2
(1) 誰が学生? - Siapa yang murid?
(2) 学生は誰?- Murid (itu)
siapa?
Mudah-mudahan kamu bisa melihat bahwa (1) bertujuan mencari seseorang yang merupakan
"murid" sedangkan (2) hanya membicarakan
mengenai seorang murid. Kamu tidak bisa mengganti 「が」
dengan 「は」 pada (1)
karena nanti "siapa" akan menjadi topik dan pertanyaanya menjadi
"Apakah siapa murid?"
Partikel 「は」 dan 「が」 mungkin terlihat sangat mirip karena perbedaannya sukar
diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Sebagai contoh, 「私は学生」
dan 「私が学生」 sama-sama menjadi "Saya
murid."* jika diterjemahkan. Namun terjemahannya menjadi sama di bahasa
Indonesia karena informasi mengenai konteks seringkali tidak bisa dinyatakan
dengan ringkas seperti pada bahasa Jepang. Pada kalimat pertama 「私は学生」, karena topiknya adalah 「私」,
maksud kalimatnya adalah "berbicara tentang saya, saya adalah murid".
Namun di kalimat kedua 「私」 menentukan siapa yang
merupakan 「学生」. Kalau kita ingin tahu siapa
muridnya, partikel 「が」 memberitahu bahwa
jawabannya adalah 「私」.
Kamu bisa membayangkan bahwa partikel 「が」 selalu menjawab suatu pertanyaan sunyi. Bayangkan
kalimat 「私が学生」 merupakan respons pertanyaan
seperti "Siapa yang murid?" Sebagai contoh lain, kalau ada kalimat 「アンドレが魚だ」, maka artinya kita menjawab pertanyaan seperti
"Siapa yang ikan?" atau bahkan mungkin "Apa makanan yang disukai
Andre?" Untuk kalimat 「これが車」,
pertanyaannya bisa saja "Yang mana mobil?". Kalau kamu menggunakan
cara berpikir yang benar, partikel 「は」
sebetulnya sangat beda dengan 「が」. Partikel 「が」 mengidentifikasi suatu benda yang ditanya-tanya
sedangkan 「は」 hanya digunakan untuk mengangkat
topik pembicaraan baru. Inilah alasannya kenapa di kalimat-kalimat panjang
seringkali topiknya dipisahkan dengan koma untuk menghilangkan ambiguitas
mengenai bagian kalimat mana saja yang dicakup suatu topik.
* Secara teknis,
itu adalah terjemahan yang paling mungkin kalau tidak ada konteks
pembicaraannya.
Bab 4
adjektivA
Isi bab ini
Sifat-sifat kata sifat
Adjektiva-na
Adjektiva-i
Perkecualian yang merepotkan
Sifat-sifat kata
sifat
Karena sekarang kita telah dapat menghubungkan dua nomina
menggunakan berbagai partikel, selanjutnya kita ingin menggambarkan nomina kita
dengan adjektiva (kata sifat). Ada adjektiva yang bisa langsung memodifikasi
nomina yang muncul setelahnya. Ada juga yang memerlukan hiragana pembantu.
Berdasarkan hal tersebut, adjektiva dibagi menjadi dua: adjektiva-na dan
adjektiva-i. Kita akan melihat perbedaannya dan cara menggunakannya dalam
kalimat.
Adjektiva-na
Adjektiva-na sangat mudah dipelajari karena dia pada
dasarnya berperilaku seperti nomina. Bahkan, karena mereka begitu mirip, kamu
bisa berasumsi bahwa mereka cara kerjanya sama kecuali kalau saya terang-terang
menjelaskan perbedaannya. Satu perbedaan utamanya adalah adjektiva-na bisa
memodifikasi nomina yang mengikutinya dengan menyelipkan 「な」 di antara adjektiva dan nominanya. Oleh karenanya, dia
dinamai adjektiva-na.
(1) 静かな人。- Orang yang
pendiam.
Terbalik dengan bahasa Indonesia, di bahasa Jepang kita
menyebutkan sifatnya dulu sebelum bendanya. Lalu, 「な」
di situ bisa kamu anggap seperti "yang" pada bahasa Indonesia: dia
befungsi menghubungkan benda dan sifatnya. Hanya saja, kalau di bahasa
Indonesia kita seringkali bisa membuang "yang" (misalnya "orang
pendiam") tanpa ada perubahan arti, pada bahasa Jepang adjektiva-na selalu
membutuhkan 「な」. Kita akan secara bebas
mengabaikan "yang" pada terjemahan bahasa Indonesianya.
Selain memodifikasi nomina menggunakan 「な」, kamu juga bisa mengatakan bahwa "suatu
nomina" bersifat "suatu adjektiva" dengan menggunakan partikel
topik atau identifikasi, mengikuti pola [nomina] [partikel] [adjektiva].
Contohnya adalah 「人は静か」. Ini pada dasarnya
sama dengan menyatakan keadaan benda yang dipelajari di dua bab sebelumnya.
Namun, karena tidak mungkin "suatu adjektiva" menjadi "suatu
nomina", maka kita tidak bisa mengatakan [adjektiva] [partikel] [nomina] (misalnya 「静かが人」). Ini cukup jelas
karena, misalnya, seseorang bisa saja bersifat pendiam, tapi mengatakan bahwa
sifat pendiam adalah orang tidaklah masuk akal.
(1) 友達は親切。- Teman bersifat
baik hati.
(2) 友達は親切な人。- Teman adalah orang yang baik hati.
Apa kamu masih ingat bahwa saya mengatakan adjektiva-na
bertingkah seperti nomina? Kamu bisa melihatnya di contoh berikut.
(1) ジャヤは魚が好きだ。- Jaya suka ikan.
(2) ジャヤは魚が好きじゃない。- Jaya tidak suka ikan.
(3) ジャヤは魚が好きだった。- Jaya dulu suka ikan.
(4) ジャヤは魚が好きじゃなかった。- Jaya dulu tidak suka ikan.
Apakah konjugasinya terasa akrab? Seharusnya iya, kalau
kamu memperhatikan konjugasi keadaan benda untuk nomina. Mungkin kamu perlu
membiasakan diri bahwa "suka" di bahasa Jepang dinyatakan dengan kata
sifat bukannya kata kerja. Jadi, cara untuk mengatakan "suka ikan"
pada bahasa Jepang adalah 「魚が好き」 (ikan bersifat
"suki"). Kalau sesuatu bersifat "suki", artinya kamu suka
hal tersebut! Ini juga tentunya dipakai untuk menyatakan suka pada orang,
misalnya 「リナが好き」 (senang Rina).
Pada contoh-contoh di atas kamu juga bisa melihat
partikel topik dan indentifikasi yang bekerja secara harmonis. Partikel topik
memberitahu bahwa kalimatnya berbicara mengenai "Jaya", dan partikel
identifikasi menunjuk bahwa "ikan" adalah benda yang Jaya suka.
Kamu juga bisa menggunakan tiga konjugasi terakhir untuk
memodifikasi nomina secara langsung. (untuk bentuk positif taklampau, ingat
bahwa kita perlu 「な」)
(1) 魚が好きなタイプ。- Tipe yang suka ikan.
(2) 魚が好きじゃないタイプ。- Tipe yang tidak suka ikan.
(3) 魚が好きだったタイプ。- Tipe yang dulu suka ikan.
(4) 魚が好きじゃなかったタイプ。- Tipe yang dulu tidak suka ikan.
Di sini, seluruh klausa 「魚が好き」、「魚が好きじゃない」、dll.
memodifikasi "tipe" untuk berbicara tentang tipe (orang) yang suka
atau tidak suka ikan.
Kamu bahkan bisa memperlakukan seluruh klausa tersebut
sebagai sebuah nomina. Contohnya, kita bisa membuat klausa tersebut menjadi
topik seperti contoh berikut:
(1) 魚が好きじゃないタイプは、肉が好きだ。
- Tipe (orang) yang tidak suka ikan, suka daging (sapi
dsb.)
Adjektiva-i
Adjektiva-i dinamakan begitu karena selalu diakhiri
hiragana 「い」. Ini adalah okurigana yaitu bagian
yang akan berubah-ubah saat kita mengkonjugasi adjektivanya. Tapi, kamu juga
perlu tahu bahwa beberapa adjektiva-na diakhiri 「い」
misalnya 「きれい(な)」. Jadi, bagaimana cara
membedakannya? Berita buruknya, tidak ada cara pasti untuk mengetahuinya. Namun
berita baiknya adalah saya hanya bisa memikirkan dua adjektiva-na yang diakhiri
「い」 dan umumnya ditulis dengan
hiragana: 「きれい」 dan 「嫌い」.
Adjektiva-na lain yang diakhiri 「い」
biasanya ditulis dengan kanji jadi kamu bisa melihat bahwa dia bukan
adjektiva-i. Contohnya, 「きれい」 jika ditulis dengan
kanji adalah 「綺麗」 atau 「奇麗」,
dan karena 「い」-nya merupakan bagian dari kanji 「麗」, maka kita bisa tahu bahwa dia tidak mungkin merupakan
adjektiva-i. Ini karena inti utama 「い」
pada adjektiva-i adalah memungkinkan dilakukannya konjugasi tanpa mempengaruhi
kanjinya. Bahkan, satu-satunya adjektiva-na yang terpikirkan oleh saya yang
benar-benar diakhiri hiragana 「い」 hanyalah 「嫌い」. Ini karena 「嫌い」
diturunkan dari kata kerja 「嫌う」.
Apakah kamu ingat bahwa keadaan benda negatif juga
diakhiri 「い」 (じゃない)?
Nah, kamu bisa memperlakukan adjektiva-i sebagaimana keadaan benda negatif.
Misalnya, kamu tidak bisa menempelkan deklaratif 「だ」
ke adjektiva-i sebab kita tahu bahwa keadaan benda negatif juga tidak disertai 「だ」. (Bandingkan dengan adjektiva-na dan nomina yang bisa
ditempeli 「だ」)JANGAN menempelkan 「だ」 ke adjektiva-i.
Setelah masalah tadi jelas, kita bisa belajar aturan
konjugasi untuk adjektiva-i. Ada dua aturan baru untuk hal tersebut. Untuk
bentuk negatifnya, pertama kita buang 「い」
lalu tempelkan 「くない」. Untuk bentuk lampaunya, buang 「い」 lalu tambahkan 「かった」.
Karena 「くない」 juga diakhiri 「い」, kamu bisa menganggap bentuk negatifnya sebagai suatu
adjektiva-i baru. Jadi aturan konjugasi lampau negatif sama dengan aturan
konjugasi lampau positif.
Aturan konjugasi untuk adjektiva-i
Negatif: Pertama buang akhiran 「い」
dari adjektiva-i lalu tambahkan 「くない」
例) 高い → 高くない
Lampau: Pertama buang akhiran 「い」
dari adjektiva-i atau adjektiva-i negatif lalu tambahkan 「かった」
例) 高い → 高かった
例) 高くない → 高くなかった
Ringkasan konjugasi adjektiva-i Positif Negatif
Taklampau 高い 高くない
Lampau 高かった 高くなかった
Untuk memodifikasi
nomina, kamu tinggal menempelkan adjektiva-i langsung.
(1) 高いビル。- Bangunan yang tinggi.
(2) 高くないビル。- Bangunan yang tidak tinggi.
(3) 高かったビル。- Bangunan yang dulunya tinggi.
(4) 高くなかったビル。- Bangunan yang dulunya tidak tinggi.
Kamu juga bisa menggabung banyak adjektiva berturut-turut
dalam urutan dan bentuk apapun.
(1) 静かな高いビル。- Bangunan yang hening dan tinggi.
(2) 高い静かなビル。- Bangunan yang tinggi dan hening.
(3) 静かな高くないビル。- Bangunan yang hening dan tidak tinggi.
Dengan adjektiva-i, kita juga bisa membuat klausa nomina
deskriptif seperti yang tadi kita lakukan dengan adjektiva-na. Tentunya bedanya
adalah kita tidak memerlukan 「な」 untuk memodifikasi
nominanya. Pada contoh berikut, klausa deskriptif 「値段が高い」
langsung memodifikasi 「レストラン」.
(1) 値段が高いレストランはあまり好きじゃない。
- Tidak terlalu suka restoran yang harganya mahal.
Perkecualian yang merepotkan
Ada satu adjektiva-i yaitu "baik" yang perilakunya
berbeda dengan adjektiva-i lainnya. Ini adalah contoh klasik mengenai susahnya
bahasa Jepang bagi pemula karena kata-kata yang paling umum dan berguna adalah
kata-kata yang punya banyak perkecualian. Kata untuk "baik" pada
awalnya adalah 「よい(良い)」. Namun seiring berlalunya
waktu, kata itu kini menjadi 「いい」. Saat ditulis dengan
kanji, cara membacanya umumnya adalah 「よい」,
jadi 「いい」 hampir selalu ditulis dengan
hiragana. Sampai tadi seharusnya tidak ada masalah. Nah sayangnya, semua
konjugasinya masih diturunkan dari 「よい」
dan bukan 「いい」. Ini ditunjukkan pada tabel di
bawah.
Adjektiva lain yang seperti ini adalah 「かっこいい」 karena merupakan versi singkat gabungan dua kata
yaitu 「格好」 dan 「いい」.
Karena menggunakan 「いい」, maka konjugasinya
juga sama.
Konjugasi untuk 「いい」 Positif Negatif
Taklampau いい よくない
Lampau よかった よくなかった
Konjugasi
untuk 「かっこいい」 Positif Negatif
Taklampau かっこいい かっこよくない
Lampau かっこよかった かっこよくなかった
Selalu ingat untuk menurunkan konjugasinya dari 「よい」 dan bukan 「いい」.
Contoh
(1) 値段があんまりよくない。
- Harganya tidak terlalu bagus.
(2) 彼はかっこよかった!
Bab 5
Mari beraksi
dengan verba
Isi bab ini
Fungsi verba
Pengelompokan verba menjadi verba-ru dan verba-u
Referensi: verba-u yang diakhiri iru/eru
Fungsi verba
Kita telah belajar
cara menggambarkan nomina dengan berbagai cara menggunakan nomina lain dan
adjektiva. Dengan kemampuan tersebut, kita sudah bisa mengekspresikan cukup
banyak hal. Namun, kita masih belum bisa menyatakan aksi. Inilah guna verba
(kata kerja)! Verba pada bahasa Jepang selalu diletakkan di akhir klausa.
Karena kita belum belajar cara membuat lebih dari satu klausa, untuk saat ini
aturan tersebut berarti setiap kalimat yang memiliki verba harus meletakkan
verbanya di akhir. Kita akan mengenal dua kategori utama verba, yang akan
memungkinkan kita belajar aturan konjugasi. Sebelum melangkah lebih lanjut, ada
satu hal penting yang harus kamu ingat selalu:
Kalimat yang secara tata bahasa lengkap hanya memerlukan
verba (termasuk pernyataan keadaan benda).
Dengan kata lain, tidak seperti bahasa Indonesia, kamu
benar-benar hanya perlu verba untuk membuat kalimat yang benar. Tanpa topik
juga tidak masalah! Mengerti sifat fundamental ini sangatlah penting untuk
memahami bahasa Jepang. Inilah sebabnya kalimat bahasa Jepang yang paling
sederhana pun tidak bisa diterjemahkan mentah-mentah ke bahasa Indonesia. Semua
konjugasi akan dimulai dari bentuk kamusnya (sebagaimana kata-kata tersebut
muncul di kamus).
Kalimat yang sudah
lengkap secara tata bahasa
(1) 食べる。- Makan.
(Terjemahan yang mungkin: saya makan/dia makan/mereka makan)
Pengelompokan verba menjadi verba-ru dan verba-u
Hampir semua verba
di bahasa Jepang bisa digolongkan menjadi dua: verba-ru (一段動詞)
dan verba-u (五段動詞). Verba yang berada di luar
kategori itu hanyalah 「する」 yang berarti
"melakukan" dan 「来る」 yang berarti
"datang". Semua aturan konjugasi yang ada hampir sama untuk tiap
kelompok tersebut. Cara untuk membedakan verba-ru dan verba-u cukup mudah.
Ingat bahwa semua verba diakhiri kana yang disebut
okurigana, yang bisa kita ubah untuk konjugasi. Kalau kamu menuliskan verba
tersebut menggunakan huruf Latin (「ローマ字」
dalam bahasa Jepang) dan ternyata diakhiri "iru" atau
"eru", maka biasanya itu adalah verba-ru. Sebagai contoh, romanisasi
dari 「食べる」 adalah "taberu". Dia
diakhiri "eru" dan merupakan verba-ru. Contoh lain verba-ru adalah 「起きる」 yang romanisasinya adalah "okiru". Verba
lain yang akhirannya bukan "iru" maupun "eru" sudah pasti
adalah verba-u.
Tapi ada satu halangan di sini. Perhatikan bahwa semua
verba-ru pasti diakhiri 「る」. Lalu perhatikan bahwa
semua verba-u pasti diakhiri suara "u", yaitu 「つ」、「す」、「く」、「ぐ」、「む」、「ぶ」、「う」、「ぬ」、dan
sayangnya juga 「る」! Kalau suatu verba diakhiri 「る」, tapi bukan "iru" maupun "eru"
(misal "uru"), maka dengan jelas dia adalah verba-u. Nah, kasus yang
tersisa adalah verba-u yang juga diakhiri "eru" maupun
"iru". Ada beberapa verba-u tersebut, dan tidak ada cara untuk
membedakannya dengan verba-ru biasa selain dengan menghafal. Di akhir bab ini,
diberikan daftar beberapa verba-u tersebut yang paling umum. Kalau kamu ragu
dengan suatu verba, kamu bisa selalu mengeceknya di Jim Breen's WWWJDIC. Di
sana, verba-ru ditandai (v1) sedangkan verba-u berakhiran 「る」 ditandai (v5r).
(Ngomong-ngomong, 「死ぬ」 adalah satu-satunya verba yang diakhiri 「ぬ」)
Karena konsistensi suara di aturan-aturanya, seiring
waktu verba-u akan "kedengaran" seperti verba-u dan begitu juga
dengan verba-ru. Pada akhirnya, kamu akan bisa mengkategorikan verba baru hanya
dengan mendengarnya tanpa perlu berpikir keras. Paling tidak, itulah tujuan
yang diharapkan.
Cara membedakan verba-ru dengan verba-u
Tidak diakhiri iru/eru → verba-u
Diakhiri iru/eru → verba-ru, dengan beberapa kasus
perkecualianContoh verba-ruVerb ローマ字
食べる taberu
着る kiru
信じる shinjiru
寝る neru
起きる okiru
出る deru
掛ける kakeru
捨てる suteru
調べる shiraberu
Contoh
verba-uVerb ローマ字
話す hanasu
聞く kiku
泳ぐ oyogu
遊ぶ asobu
待つ matu
飲む nomu
直る naoru
死ぬ shinu
買う kau
Bukan
verba-ru maupun verba-uVerb ローマ字
する suru
くる kuru
Contoh
Inilah beberapa
contoh kalimat yang menggunakan verba-ru, verba-u, dan verba perkeculian.
(1) リナは食べる。- Mengenai
Rina, makan.
(2) ジャヤが遊ぶ。- Jaya adalah
yang main.
(3) ギタもする。- Gita juga
melakukan.
(4) お金がある。- Ada uang.
(lit: uang ada.)
(5) 私は買う。- Mengenai saya,
membeli.
(6) 猫はいる。- Ada kucing.
(lit: Mengenai kucing, ada.)
Referensi: verba-u
yang diakhiri iru/eru
Inilah daftar
verba-u umum yang diakhiri "iru" atau "eru". Daftar ini
dibedakan menjadi tiga tingkat untuk membantu kamu fokus ke kata-kata yang
paling umum terlebih dahulu. Daftar ini tidak memuat semua verba-u yang ada di
muka bumi.
verba-u berakhiran iru/eru dibagi berdasarkan
tingkatMudah Menengah Lanjut
要る 焦る 嘲る
帰る 限る 覆る
切る 蹴る 遮る
しゃべる 滑る 罵る
知る 握る 捻る
入る 練る 翻る
走る 参る 滅入る
減る 交じる 蘇る
Bab 6
Kalimat
negative
Isi bab ini
Menyangkal verba
Mengkonjugasikan verba ke bentuk negatif
Menyangkal verba
Karena kita sudah
bisa melakukan aksi dengan verba, sekarang kita ingin bisa mengatakan
negatifnya. Dengan kata lain, kita ingin mengatakan bahwa "ini" dan
"itu" tidak dilakukan. Di bahasa Indonesia, kita cukup menggunakan
kata "tidak", misalnya dari "makan" menjadi "tidak
makan". Pada bahasa Jepang, verba disangkal dengan mengkonjugasikannya ke
bentuk negatif seperti pada adjektiva. Hanya saja, aturannya sedikit lebih
rumit.
Mengkonjugasikan verba ke bentuk negatif
Sekarang kita akan
menggunakan klasifikasi verba yang telah dipelajari untuk membuat aturan
konjugasi. Tapi sebelumnya, kita perlu tahu satu perkecualian yang sangat
penting dalam aturan konjugasi verba negatif yaitu 「ある」.
「ある」 adalah verba-u yang digunakan
untuk menyatakan keberadaan benda-benda mati dan tumbuhan.
Contohnya, kalau kamu ingin mengatakan bahwa ada kursi di
ruangan, kamu akan menggunakan verba 「ある」.
Padanannya untuk benda hidup bergerak (misalnya orang dan binatang) adalah 「いる」 yang merupakan verba-ru biasa. Contohnya, kalau kamu
ingin mengatakan bahwa seseorang ada di dalam ruangan, kamu harus menggunakan
verba 「いる」 dan bukan 「ある」.
Kedua verba ini yaitu 「ある」 dan 「いる」 cukup beda dari verba lainnya karena mereka menyatakan
keberadaan dan bukan aksi yang sebenarnya. Kamu juga harus repot memilih verba
yang cocok untuk benda mati maupun hidup.
Alasan saya mengangkat topik tersebut adalah karena
bentuk negatif dari 「ある」 adalah 「ない」 (artinya sesuatu tidak ada). Ingat, ini adalah
perkecualian jadi jangan gunakan aturan konjugasi yang normal ke verba
ini.Bentuk negatif 「ある」 adalah 「ない」.
Berikutnya kita akan bahas aturan untuk verba lainnya.
Untuk menyangkal verba-ru, kamu tinggal membuang 「る」
dan menambah 「ない」. Untuk verba-u, mungkin akan
membantu kalau kamu melihat romanisasi dari verba tersebut. Kamu tinggal
membuang vokal "u" dan menambah "anai". Atau, alternatifnya
yang lebih baik, kamu bisa melirik kembali tabel hiragana. Ambil hiragana
terakhir dari katanya, yang pasti berada di baris "u" pada tabel,
lalu naik ke atas dua kolom untuk menggantinya dengan huruf di baris
"a". Contohnya 「く」 akan menjadi 「か」.
Perkecualian penting untuk aturan ini adalah verba yang
diakhiri 「う」. Kamu harus menggantinya dengan 「わ」, bukan 「あ」. Kamu juga harus
menghafal konjugasi untuk dua verba perkecualian dan 「ある」
seperti yang sudah kita bahas tadi. Tabel berikut merangkum konjugasinya:
Cara menkonjugasikan verba ke bentuk negatifnya
verba-ru: Untuk mengkonjugasikan verba-ru ke bentuk
negatifnya, buang 「る」 yang ada di akhir kata
lalu tambahkan 「ない」.
例) 見る → 見ない
例) 出る → 出ない
verba-u: Untuk mengkonjugasikan verba-u ke bentuk
negatifnya, ganti huruf bersuara "u" di akhir kata dengan huruf
padanannya yang bersuara "a" lalu tambahkan 「ない」.
例) 飲む → 飲ま → 飲まない
例) 待つ → 待た → 待たない
※ Satu
perkecualian pentingnya adalah bagi verba yang diakhiri hiragana 「う」. Untuk mereka, ganti 「う」
dengan 「わ」 (bukan 「あ」)
lalu tambahkan 「ない」.
例) 拾う → 拾わ → 拾わない
verba perkecualian (termasuk ある):
Lihat tabel di bawah. Contoh verba-ruPositif Negatif
食べる 食べない
着る 着ない
信じる 信じない
寝る 寝ない
起きる 起きない
出る 出ない
掛ける 掛けない
捨てる 捨てない
調べる 調べない
Contoh
verba-uPositif Negatif ローマ字 ローマ字
(Neg)
話す 話さない hanasu hanasanai
聞く 聞かない kiku kikanai
泳ぐ 泳がない oyogu oyoganai
遊ぶ 遊ばない asobu asobanai
待つ 待たない matu matanai
飲む 飲まない nomu nomanai
直る 直らない naoru naoranai
死ぬ 死なない shinu shinanai
*買う 買わない kau kawanai
Verba
perkecualianPositif Negatif
する しない
くる こない
*ある ない
* = perkecualian hanya untuk konjugasi ini
Contoh
Inilah beberapa
contoh kalimat yang menggunakan bentuk negatif. Semuanya merupakan penyangkalan
dari contoh kalimat bab sebelumnya.
(1) リナは食べない。- Mengenai
Rina, tidak makan.
(2) ジャヤが遊ばない。- Jaya adalah
yang tidak main.
(3) ギタもしない。- Gita juga
tidak melakukan.
(4) お金がない。- Tidak ada
uang. (lit: uang tidak ada.)
(5) 私は買わない。- Mengenai
saya, tidak membeli.
(6) 猫はいない。- Tidak ada
kucing. (lit: Mengenai kucing, tidak ada.)
Bab 6
Kalimat
verba lampau
Isi bab ini
Merubah verba ke bentuk lampau
Bentuk lampau untuk verba-ru
Bentuk lampau untuk verba-u
Bentuk negatif lampau untuk semua verba
Merubah verba ke
bentuk lampau
Pembahasan
sifat-sifat dasar verba akan kita selesaikan dengan belajar cara menyatakan
aksi dalam bentuk lampau dan negatif lampau. Saya perlu memberi tahu sebelumnya
bahwa aturan konjugasi di bab ini adalah aturan paling rumit yang ada di bahasa
Jepang. Di satu sisi, setelah menguasai aturan di sini segala aturan konjugasi
lain akan terlihat sangat mudah. Namun di sisi lain, kamu mungkin perlu
membuka-buka bab ini berkali-kali sampai menjadi akrab dengan aturannya. Kamu
mungkin perlu latihan yang cukup banyak sebelum mahir menggunakan berbagai
konjugasinya.
Bentuk lampau
untuk verba-ru
Kita akan mulai
dari verba-ru yang gampang. Untuk merubah verba-ru dari bentuk kamusnya ke
bentuk lampaunya, kamu tinggal membuang 「る」
dan menambahkan 「た」.
Untuk merubah verba-ru ke bentuk lampau
Buang 「る」 dari verba-ru yang
bersangkutan lalu tambahkan 「た」
例)出る → 出た
例)捨てる → 捨てた
Contoh
(1) ご飯は、食べた。
- Mengenai makanan, tadi makan.
(2) 映画は、全部見た。
- Mengenai film, kemarin melihat semua.
Ingat bahwa di bahasa Indonesia verba tidak memiliki
bentuk lampau. Untuk menyatakan kejadian di masa lalu secara jelas, bahasa
Indonesia menggunakan keterangan waktu seperti "kemarin", "tadi
pagi", "dulu", dan "waktu itu". Pada terjemahan contoh,
kita akan secara bebas memilih keterangan waktunya. Kemungkinan lainnya adalah
menuliskan keterangan "(lampau)" setelah kalimatnya kalau memang
perlu dibuat jelas
.
Bentuk lampau untuk verba-u
Merubah verba-u
dari bentuk kamus ke bentuk lampaunya susah karena kita harus membagi lagi
verba-u menjadi empat kategori. Keempat kategori tersebut bergantung pada huruf
terakhir verbanya. Tabel berikut melukiskan kategori-kategorinya. Sebagai
tambahan, ada satu perkecualian yaitu untuk 「行く」.
Saya mengelompokkannya dengan verba perkecualian langganan yaitu 「する」 dan 「来る」 walaupun 「行く」 adalah verba-u biasa untuk seluruh konjugasi lainnya.
Konjugasi bentuk lampau untuk verba-uAkhiran Taklampau perubahan... Lampau
す 話す す→した 話した
く
ぐ 書く
泳ぐ く→いた
ぐ→いだ 書いた
泳いだ
む
ぶ
ぬ 噛む
遊ぶ
死ぬ む→んだ
ぶ→んだ
ぬ→んだ 噛んだ
遊んだ
死んだ
る
う
つ 切る
買う
持つ る→った
う→った
つ→った 切った
買った
持った
PerkecualianTaklampau Lampau
する した
くる きた
行く 行った*
* Perkecualian hanya untuk konjugasi ini
Contoh
(1) 今日は、走った。
- Mengenai hari ini, tadi berlari.
(2) 友達が来た。
- Teman adalah yang kemarin datang.
(3) 私も遊んだ。
- Saya juga waktu itu bermain.
(4) 勉強は、した。
- Mengenai belajar, tadi melakukan.
Bentuk negatif
lampau untuk semua verba
Konjugasi bentuk
negatif lampau memiliki aturan yang sama untuk semua verba. Kamu mungkin sudah
sadar bahwa bentuk negatif dari segala sesuatu yang telah kita pelajari selalu
berakhir dengan 「ない」. Aturan konjugasi
untuk bentuk negatif lampau verba pada dasarnya sama seperti pada bentuk
negatif lain yang juga diakhiri 「ない」.
Jadi dari bentuk negatifnya, buang 「い」
dari akhiran 「ない」 lalu ganti dengan 「かった」.
Untuk merubah verba ke bentuk negatif lampau
Pertama ubah verbanya menjadi bentuk negatif lalu ganti 「い」 dengan 「かった」
例)捨てる → 捨てない → 捨てなかった
例)行く → 行かない → 行かなかった
Contoh
(1) リナは食べなかった。
- Mengenai Rina, tadi tidak makan.
(2) ジャヤがしなかった。
- Jaya adalah yang kemarin tidak melakukan.
(3) アンドレも行かなかった。
- Andre juga waktu itu tidak ikut.
(4) お金がなかった。
- Waktu itu tidak ada uang.
(5) 私は買わなかった。
- Mengenai saya, waktu itu tidak membeli.
(6) 猫はいなかった。
- Waktu itu tidak ada kucing. (lit: mengenai kucing,
waktu itu tidak ada)
Bab7
Partikel 2
Isi bab ini
Partikel untuk verba
Partikel objek langsung 「を」
Partikel target 「に」
Partikel arah 「へ」
Partikel konteks 「で」
Saat tempat menjadi topik
Saat objek langsung menjadi topik
Partikel untuk
verba
Di bab ini, kita akan belajar beberapa partikel baru yang
penting untuk penggunaan verba. Kita akan belajar cara menentukan objek
langsung dari verba dan lokasi tempat verbanya terjadi
.
Partikel objek
langsung 「を」
Partikel pertama yang akan kita pelajari adalah partikel
objek karena merupakan yang paling mudah dimengerti. Huruf 「を」 ditempelkan ke akhir suatu kata untuk menandakan bahwa
kata tersebut merupakan objek langsung verbanya. Huruf ini bisa dibilang tidak
pernah digunakan untuk keperluan lain. Oleh karenanya, padanan katakananya 「ヲ」 hampir tidak pernah ditemui karena partikel selalu
ditulis dengan hiragana. Huruf 「を」, walaupun seharusnya
berbunyi "wo", pada umumnya diucapkan sebagai "o" di
pembicaraan nyata. Inilah beberapa contoh penggunaan partikel objek langsung.
Contoh
(1) 魚を食べる。
- Makan ikan.
(2) ジュースを飲んだ。
- Tadi minum jus.
Tidak seperti konsep objek langsung di bahasa Indonesia,
tempat juga bisa menjadi objek langsung verba gerakan seperti 「歩く」 dan 「走る」. Ini artinya kita
bergerak melalui atau melintasi tempat tersebut. Bayangkan saja 「を」 menandakan objek injak-injakan kaki kita saat bergerak.
(3) 街をぶらぶら歩く。
- Berjalan sepanjang kota tanpa tujuan. (lit: Berjalan
kota tanpa tujuan)
(4) 高速道路を走る。
- Berlari melintasi jalan raya. (lit: Berlari jalan raya)
Kalau kamu menggunakan 「する」
dengan nomina, partikel 「を」 bisa dihilangkan dan
kamu bisa menganggap seluruh [nomina+する]
sebagai satu verba.
(5) 毎日、日本語を勉強する。
- Belajar bahasa Jepang setiap hari.
(6) メールアドレスを登録した。
- Telah mendaftarkan alamat email.
Partikel target 「に」
Partikel 「に」
menyatakan target
dari verba. Ini berbeda dengan 「を」, di mana verbanya
melakukan sesuatu terhadap objek langsung. Dengan 「に」,
verbanya melakukan sesuatu menuju kata yang ditandai 「に」.
Contohnya, tempat tujuan verba gerakan ditandai dengan 「に」.
Contoh
(1) ジャヤは日本に行った。
- Jaya pergi ke Jepang. (lampau)
(2) 家に帰らない。
- Tidak pulang ke rumah.
(3) 部屋にくる。
- Datang ke kamar.
Bisa dilihat di
contoh (3) bahwa partikel target selalu
berarti tujuan ("ke") dan bukan asal ("dari"). Kalau kamu
ingin mengatakan misalnya "datang dari", maka kamu perlu menggunakan 「から」 yang artinya "dari". Dengan 「に」, artinya adalah "datang ke". 「から」 sering berpasangan dengan 「まで」
yang artinya "sampai".
(4) イチャは、インドネシアからきた。
- Icha datang dari Indonesia. (lampau)
(5) 宿題を今日から明日までする。
- Akan mengerjakan PR dari hari ini sampai besok.
Konsep target di bahasa Jepang sangatlah umum dan tidak
terbatas pada verba gerakan. Contohnya, lokasi benda pada bahasa Jepang adalah
target bagi verba keberadaan (ある dan いる). Waktu juga merupakan target umum. Ini adalah beberapa
contoh verba nongerakan dan targetnya.
(6) 猫は部屋にいる。
- Kucing ada di kamar.
(7) 椅子が台所にあった。
- Waktu itu kursi ada di dapur.
(8) いい友達に会った。
- Kemarin bertemu teman baik.
(9) リナは医者になる。
- Rina akan menjadi dokter.
(10) 先週に図書館に行った。
- Pergi ke perpustakaan minggu lalu.
Catatan: Jangan lupa untuk menggunakan 「ある」
untuk tanaman dan benda mati seperti kursi dan 「いる」 untuk benda hidup bergerak
seperti kucing.
Walaupun partikel 「に」
tidak selalu dibutuhkan untuk menyatakan waktu, ada sedikit perbedaan arti
antara kalimat yang menggunakannya dan yang tidak menggunakan apa-apa sama
sekali. Di contoh berikut, partikel target membuat tanggalnya menjadi target
khusus sehingga menekankan bahwa temannya akan pergi ke Jepang pada waktu
tersebut. Tanpa partikelnya, tidak ada penekanan khusus.
(11) 友達は、来年、日本に行く。
- Tahun depan, teman akan pergi ke Jepang.
(12) 友達は、来年に日本に行く。
- Teman akan pergi ke Jepang tahun depan.
Partikel arah 「へ」
Walaupun 「へ」 umumnya diucapkan
"he", saat digunakan sebagai partikel dia selalu diucapkan
"e". Beda utama antara partikel 「に」
dan 「へ」 adalah bahwa 「に」 memandang targetnya sebagai tujuan akhir (baik kongkrit
maupun abstrak). Di lain pihak, 「へ」
lebih menyatakan bahwa kita bergerak ke arah tertentu, tapi tidak menjamin
bahwa itu adalah tujuan akhirnya. Karenanya, 「へ」
hanya digunakan untuk verba gerakan. Dengan kata lain, partikel 「に」 menyatakan targetnya dengan pasti sedangkan 「へ」 lebih samar-samar tentang tujuan akhirnya. Sebagai
contoh, kalau kita mengganti 「に」 dengan 「へ」 pada tiga contoh yang tadi telah muncul, nuansanya
sedikit berubah.
Contoh
(1) ジャヤは日本へ行った。
- Jaya pergi ke arah Jepang. (lampau)
(2) 家へ帰らない。
- Tidak pulang ke arah rumah.
(3) 部屋へくる。
- Datang ke arah kamar.
Untuk memperjelas, misalnya kita mengatakan "Orang
itu lari ke arah utara". Kita bisa mengatakan hal tersebut tanpa perlu
tahu tujuan sebenarnya si orang itu. Bisa saja, setelah berlari beberapa ratus
meter orang tersebut ternyata belok ke timur karena memang tempat yang
ditujunya ada di situ. Inilah esensi 「へ」
yang lebih menyatakan arah gerakan namun tidak menjamin apapun mengenai tujuan
akhirnya.
Kita tidak bisa menggunakan partikel 「へ」 untuk verba yang tidak memiliki arah fisik. Contoh
berikut salah:
(誤) 医者へなる。
- (Versi salah dari 「医者になる」.)
Ini tidak berarti 「へ」
tidak bisa digunakan untuk konsep abstrak. Bahkan, karena arti arah yang samar
dari partikel ini, 「へ」 juga bisa digunakan
untuk membicarakan sasaran masa mendatang dan harapan.
(4) 勝ちへ向かう。
- Menuju kemenangan.
Partikel konteks 「で」
Partikel 「で」 memungkinkan kita
menyatakan konteks pelaksanaan verbanya. Misalnya, jika seseorang makan ikan,
di mana dia makan? Lalu, jika seseorang pergi ke sekolah, dengan kendaraan apa
dia pergi? Dengan alat apa kamu makan? Semua pertanyaan tadi bisa dijawab dengan
partikel 「で」. Ini beberapa contohnya.
Contoh
(1) 映画館で見た。
- Melihat di bioskop.
(2) バスで帰る。
- Pulang dengan bis.
(3) レストランで昼ご飯を食べた。
- Tadi makan siang di restoran.
Pada dasarnya, 「で」
berarti "dengan cara". Namun untuk tempat, kata bahasa Indonesia yang
lebih cocok adalah "di".
Menggunakan 「で」
dengan 「何」
Di bahasa Jepang, "apa" (何)
cukup menyebalkan karena walaupun pada umumnya dibaca 「なに」,
kadang-kadang dia dibaca 「なん」 tergantung pada
penggunaannya. Karena selalu ditulis menggunakan kanji, kamu tidak bisa tahu
dari penulisannya. Untuk awal, saya menyarankan kamu membacanya 「なに」 sampai ada yang mengoreksi kamu bahwa untuk kasus
tersebut bacaannya adalah 「なん」. Jika ditempel
partikel 「で」, cara membacanya adalah 「なに」. (Gunakan kursor mouse kamu untuk mencek bacaannya di
sini.)
(4) 何できた?
- Tadi datang dengan cara apa?
(5) バスできた。
- Tadi datang dengan bis.
Inilah bagian yang membingungkan. Bahasa Jepang
"kenapa" adalah 「どうして」 atau versi lainnya
yang terdengar lebih kuat 「なぜ」. Namun yang paling
sering dipakai adalah versi percakapannya yaitu 「なんで」
yang ditulis 「何で」! Ini adalah kata yang berdiri
sendiri dan tidak ada hubungannya dengan partikel 「で」.
(1) 何できた?
- Kenapa kamu datang?
(2) 暇だから。
- Karena sedang ada waktu luang.
「から」 yang muncul di sini
artinya "karena", beda dengan 「から」
yang kita pelajari sebelumnya. Pembahasan sepenuhnya ada di bab kalimat
gabungan. Inti dari contoh tersebut adalah bahwa dua kalimat yang ditulis
persis sama bisa dibaca berbeda dan artinya juga berbeda. Jangan khawatir,
masalahnya tidak sebesar kelihatannya sebab di sebagian besar kasus, cara
membaca yang kedua (「なんで」) adalah yang lebih
umum. Dan kalaupun yang diinginkan adalah 「なにで」,
konteks pembicaraannya akan membuatnya jelas. Bahkan dalam contoh pendek ini
pun kamu sudah bisa tahu mana cara membaca yang benar dengan melihat jawaban
pertanyaannya.
Saat tempat menjadi topik
Ada kasus-kasus saat lokasi suatu aksi juga merupakan
topik kalimat. Kamu bisa menempelkan partikel topik (「は」
dan 「も」) ke tiga partikel yang berhubungan
dengan lokasi (「に」、「へ」、「で」) saat lokasinya adalah
topik. Di contoh berikut kita bisa melihat bagaimana lokasi juga bisa menjadi
topik.
Contoh 1
ジャヤ: 学校に行った?
- (Apakah kamu kemarin) pergi ke sekolah?
ギタ: 行かなかった。
- Tidak pergi.
ジャヤ: 図書館には?
- Kalau ke perpustakaan?
ギタ: 図書館にも行かなかった。
- Ke perpustakaan juga tidak pergi.
Di contoh ini,
Jaya mengangkat topik baru (perpustakaan) sehingga lokasinya juga menjadi
topik. Kalimatnya sebetulnya versi singkat dari 「図書館には行った?」.
Contoh 2
アンドレ: どこで食べる?
- Makan di mana?
リナ: イタリアレストランではどう?
- Bagaimakan kalau di restoran Italia?
Di sini Rina menyarankan restoran Italia. Kalimat seperti
"Bagaimana kalau..." biasanya mengangkat topik baru karena orangnya
menyarankan sesuatu yang baru. Dalam kasus ini, lokasinya (restoran) menjadi saran
sehingga dia menjadi topik.
Saat objek
langsung menjadi topik
Partikel objek langsung berbeda dengan partikel yang
berhubungan dengan tempat sebab kamu tidak bisa menggabungnya dengan partikel
lain. Sebagai contoh, dengan membaca bagian sebelumnya kamu mungkin menebak
bahwa kita juga bisa mengatakan 「をは」
untuk menyatakan objek langsung yang juga menjadi topik. Tapi caranya bukan
seperti itu. Suatu topik juga bisa merupakan objek langsung tanpa menggunakan
partikel 「を」. Menggunakan 「を」 malah akan membuat kalimatnya salah.
Contoh
(1) 日本語を習う。
- Belajar bahasa Jepang.
(2) 日本語は、習う。
- Mengenai bahasa Jepang, (akan) belajar.
Jangan melakukan kesalahan berikut:
(誤) 日本語をは、習う。
- [Kalimat yang salah.]
Bab8
Verba
berorientasi objek
Isi bab ini
Verba transitif dan intransitif
Perhatikan partikelnya!
Verba transitif
dan intransitif
Di bahasa Jepang,
kadang-kadang ada pasangan verba yang intinya sama yaitu verba transitif dan
intransitif. Bedanya adalah verba transitif melibatkan aksi oleh pelaku aktif
sedangkan pada verba intransitif aksi terjadi tanpa pelaku langsung. Di bahasa
Indonesia bisa digunakan imbuhan untuk membedakannya, misalnya "saya
menjatuhkan bolanya" (pelakunya "saya") vs. "bolanya jatuh"
(tanpa pelaku).
Di bahasa Jepang
ini menjadi 「ボールを落とした」 vs. 「ボールが落ちた」.
Contohnya lainnya adalah "memasukkan ke kotak" (箱に入れる) vs. "masuk ke kotak" (箱に入る). Bisa juga di bahasa Indonesia digunakan kata yang
berbeda untuk pasangan tersebut, misalnya "menghapus" (消す) vs. "menghilang" (消える).
Yang paling susah adalah jika di bahasa Indonesia digunakan kata yang sama,
misalnya pada "saya membuka pintu" vs. "pintunya membuka".
Menggunakan cara berpikir di bahasa Jepang, verba transitif dan intransitif
sebetulnya menggambarkan aksi yang sama. Mengetahui istilahnya tidaklah
penting, tapi kamu harus tahu mana yang mana agar bisa memilih verba dan
partikel yang benar.
Karena arti dasar dan kanjinya sama, kamu bisa belajar
dua verba dengan harga satu kanji! Mari kita lihat contoh beberapa verba
transitif dan intransitif.
Verba transitif dan
intransitif
落とす menjatuhkan 落ちる jatuh
出す mengeluarkan 出る keluar
入れる memasukkan 入る masuk
開ける membuka 開く membuka
(menjadi terbuka)
閉める menutup 閉まる menutup
(menjadi tertutup)
付ける menempelkan 付く menempel
消す menghapus 消える menghilang
抜く mencopot 抜ける copot
Perhatikan
partikelnya!
Pelajaran paling penting di sini adalah mengenai partikel
yang benar untuk verba yang bersangkutan. Tentunya prasyarat utamanya adalah
tahu apakah verba yang bersangkutan transitif atau intransitif. Pada kamus
WWWJDIC, verba transitif ditandai dengan "vt" dan verba intransitif
ditandai "vi". Namun penandaan pada WWWJDIC masih dalam pengerjaan
sehingga mungkin belum komprehensif. Jadi saya menyarankan untuk melihat contoh
kalimat dari WWWJDIC atau Yahoo!辞書.
Contohnya, dengan melihat contoh kalimat 「付ける」
dari WWWJDIC dan Yahoo!辞書, kamu bisa tahu bahwa
itu verba transitif karena ada partikel 「を」.
Contoh
(1) 私が電気を付けた。- Sayalah
yang menyalakan lampu.
(2) 電気が付いた。- Lampunya
menyala.
(3) 電気を消す。- Mematikan
lampu.
(4) 電気が消える。- Lampu mati.
(5) 誰が窓を開けた?- Siapa yang
membuka jendela?
(6) 窓がどうして開いた?- Kenapa
jendelanya membuka?
Hal yang penting untuk diingat adalah verba intransitif
tidak bisa memiliki objek langsung karena tidak ada pelaku langsungnya.
Contoh-contoh berikut secara tata bahasa salah.
(誤) 電気を付いた。- (「を」 seharusnya diganti 「が」
atau 「は」)
(誤) 電気を消える。- (「を」 seharusnya diganti 「が」
atau 「は」)
(誤) どうして窓を開いた?- (「を」 seharusnya diganti 「が」
atau 「は」)
Satu-satunya kasus
di mana partikel 「を」 bisa digunakan dengan
verba intransitif adalah saat suatu lokasi menjadi objek langsung verba gerakan
sebagaimana disinggung di bab sebelumnya.
(1) 部屋を出た。- Keluar kamar.
Bab 9
Klausa
subordinat deskriptif dan urutan kata pada kalimat
Isi bab ini
Memperlakukan verba dan pernyataan keadaan benda sebagai
adjektiva
Menggunakan subklausa pernyataan keadaan benda sebagai
adjektiva
Menggunakan klausa verba subordinat sebagai adjektiva
Urutan kata pada kalimat bahasa Jepang
Memperlakukan
verba dan pernyataan keadaan benda sebagai adjektiva
Apakah kamu sadar
bahwa berbagai konjugasi verba dan pernyataan keadaan benda mirip dengan
adjektiva-i? Ini karena, dilihat dari sudut pandang tertentu, mereka memang
adjektiva. Misalnya perhatikan kalimat "Orang yang tidak makan itu pergi
ke bank". Di sini "tidak makan" mendeskripsikan si
"orang", dan di bahasa Jepang kamu bisa memodifikasi nomina
"orang" langsung dengan klausa "tidak makan" sebagaimana
adjektiva biasa. Kalau kamu sudah paham metode yang sangat sederhana ini, kamu
bisa memodifikasi nomina dengan frasa verba apapun!
Menggunakan
subklausa pernyataan keadaan benda sebagai adjektiva
Konjugasi nomina
negatif, lampau, dan negatif lampau bisa digunakan seperti adjektiva untuk langsung
memodifikasi nomina. Tapi, kita tidak bisa melakukan ini untuk pernyataan
keadaan positif taklampau yang menggunakan 「だ」.
(Saya telah menyebutkan sebelumnya bahwa 「だ」
cukup merepotkan) Bahasa Jepang punya partikel untuk kasus perkecualian ini,
yang akan kita bahas di bab berikutnya.
Kamu tidak bisa menggunakan 「だ」
untuk langsung memodifikasi nomina dengan nomina lain,
tapi kamu bisa melakukannya dengan 「だった」、「じゃない」、dan 「じゃなかった」.
Tapi kamu bisa merangkai nomina secara berjejeran jika
mereka tidak dimaksudkan untuk memodifikasi satu sama lain. Contohnya, pada
frasa seperti "Pusat Pendidikan Internasional", kamu bisa melihat
bahwa itu hanyalah serangkaian nomina yang tidak melakukan modifikasi tata
bahasa apapun. Yang tertulis bukanlah "Pusat Pendidikan yang
Internasional" atau "Pusat untuk Pendidikan Internasional", tapi
hanya "Pusat Pendidikan Internasional". Di bahasa Jepang, hal ini
juga bisa dinyatakan dengan sederhana sebagai 「国際教育センタ」
(atau 「センター」). Kamu akan banyak menemukan
rantai nomina seperti ini. Kadang-kadang, kombinasi tertentu sangatlah umum
sehingga bisa dianggap sebagai suatu kata sendiri dan bahkan didaftar sebagai
suatu kata pada kamus-kamus tertentu. Beberapa contohnya adalah 「登場人物」、「立入禁止」、dan 「世界大戦」.
Kalau kamu kesulitan melakukan pembagian katanya, kamu bisa masukkan teksnya ke
fasilitas penerjemah kata pada kalimat WWWJDIC dan situs tersebut akan
memberikan jawabannya (umumnya).
Contoh
Inilah contoh
beberapa modifikasi nomina langsung dengan klausa nomina terkonjugasi. Klausa nominanya
diwarnai berbeda.
(1) 学生じゃない人は、学校に行かない。
- Orang yang bukan murid tidak pergi ke sekolah.
(2) 子供だったリナが立派な大人になった。
- Rina yang dulu anak kecil menjadi orang dewasa yang
elegan.
(3) 友達じゃなかったリナは、いい友達になった。
- Rina yang dulu bukan teman menjadi teman baik.
(4) 先週に医者だったジャヤは、仕事を辞めた。
- Jaya yang minggu lalu adalah dokter keluar dari
pekerjaannya.
Menggunakan klausa
verba subordinat sebagai adjektiva
Klausa verba juga
bisa digunakan seperti adjektiva untuk memodifikasi nomina. Contoh-contoh
berikut akan menunjukkan bagaimana hal tersebut memberikan kita kemampuan untuk
membuat kalimat yang cukup kompleks dan rinci. Verba klausanya diwarnai
berbeda.
Contoh
(1) 先週に映画を見た人は誰?
- Siapa orang yang menonton film minggu lalu?
(2) アンドレは、いつも勉強する人だ。
- Andre adalah orang yang selalu belajar.
(3) 赤いズボンを買う友達はジャヤだ。
- Teman yang membeli celana panjang merah adalah Jaya.
(4) 晩ご飯を食べなかった人は、映画で見た銀行に行った。
- Orang yang tidak makan malam pergi ke bank yang dia
lihat di film.
Urutan kata pada
kalimat bahasa Jepang
Karena kita telah
belajar konsep klausa subordinat dan fungsinya sebagai batu bata untuk
membangun kalimat, sekarang saya bisa membahas tentang urutan kata pada kalimat
bahasa Jepang. Ada mitos tentang urutan ini yang tersebar dan menjangkiti
banyak pemula. Kita akan melihat masalah ini.
Struktur kalimat paling sederhana di bahasa Indonesia
bisa dituliskan sebagai berikut: [Subjek] [Verba] [Objek]. Suatu kalimat
menjadi kacau jika urutan itu dibolak-balik. Misalnya, artinya bisa berubah
dari "Kamu makan ikan" menjadi "Kamu ikan makan" (Kamu
adalah ikan yang makan?). Bahasa Inggris juga kebetulan strukturnya adalah
[Subjek] [Verba] [Objek].
Di lain sisi, para pelajar bahasa Jepang akan dengan
bangga dan PD menyatakan bahwa bahasa Jepang urutannya terbalik! Bahkan
beberapa guru bahasa Jepang juga akan mengajarkan bahwa urutan dasar kalimat
bahasa Jepang adalah [Subjek] [Objek] [Verba]. Ini adalah contoh klasik
memaksakan bahasa Jepang ke dalam kerangka berpikir bahasa-bahasa barat. Tentu
saja, kita semua tahu (iya kan?) bahwa urutan sebenarnya dari kalimat bahasa
Jepang fundamental adalah: [Verba].
Apapun yang muncul
sebelum verbanya tidak harus muncul dengan urutan tertentu dan sebetulnya hanya
dengan verba suatu kalimat sudah benar dan lengkap. Yang perlu diingat hanyalah
bahwa verba harus selalu muncul di akhir. Kalau tidak, buat apa kita punya
partikel? Alasan satu-satunya partikel dipakai adalah agar peran suatu kata
bisa diketahui di manapun letaknya pada kalimat. Tidak ada aturan yang melarang
kita membuat kalimat [Objek] [Subjek] [Verba] atau bahkan hanya [Objek]
[Verba]. Semua kalimat di bawah ini benar dan lengkap karena ada verba di akhir
kalimatnya.
Kalimat-kalimat yang secara tata bahasa sudah lengkap dan
urutannya benar
(1) 私は公園でお弁当を食べた。
(2) 公園で私はお弁当を食べた。
(3) お弁当を私は公園で食べた。
(4) 弁当を食べた。
(5) 食べた。
Jadi kamu tidak perlu sampai keluar keringat dingin
memikirkan apakah kalimatmu sudah benar urutannya. Ingat saja aturan berikut:
Urutan pada kalimat bahasa Jepang
Kalimat yang lengkap membutuhkan verba utama di akhir.
Ini juga termasuk pernyataan keadaan benda yang tersirat.
例) 食べた
例) 学生(だ)
Kalimat lengkap (klausa subordinat) bisa digunakan untuk
memodifikasi nomina. (Kecuali satu kasus yaitu 「だ」,
lihat pembahasan di atas)
例) お弁当を食べた学生が公園に行った。
Bab 10
Lagi-lagi
partikel
Isi bab ini
Tiga partikel terakhir (bohong!)
Partikel inklusif 「と」
Partikel pendaftar samar 「や」
dan 「とか」
Partikel 「の」
Partikel 「の」 dalam memberi
penjelasan
Tiga partikel
terakhir (bohong!)
Kita telah
membahas konstruksi-konstruksi ampuh yang memungkinkan kita menyatakan hampir
semua yang kita inginkan. Kita akan melihat bagaimana partikel 「の」 memberikan kita kemampuan tambahan dengan memungkinkan
kita menyatakan nomina abstrak generik. Kita juga akan belajar cara
memodifikasi nomina langsung dengan nomina. Tiga partikel baru yang akan kita
pelajari bisa mengelompokkan nomina dengan cara yang berbeda.
Ini pelajaran terakhir yang akan secara khusus membahas
partikel, tapi ini tidak berarti bahwa tidak ada partikel tambahan lagi. Kita
akan belajar lebih banyak partikel di tengah jalan tapi mereka tidak akan
disebut secara eksplisit sebagai partikel. Selama kamu tahu apa artinya dan cara
menggunakannya, tidak terlalu penting apakah kamu tahu meraka partikel atau
bukan.
Partikel inklusif 「と」
Partikel 「と」 mirip dengan 「も」
karena sama-sama mengandung arti inklusif. 「と」
menggabungkan dua atau lebih nomina dengan arti "dan".
(1) スプーンとフォークで魚を食べた。-
Makan ikan dengan sendok dan garpu.
(2) 本と雑誌と葉書を買った。- Membeli
buku, majalah, dan kartu pos.
Kegunaan lain 「と」
yang mirip adalah untuk menyatakan aksi yang dilakukan bersama orang lain.
(1) 友達と話した。- Berbicara
dengan teman.
(2) 先生と会った。 - Bertemu
dengan guru.
Partikel pendaftar
samar 「や」
dan 「とか」
Partikel 「や」, persis seperti partikel 「と」,
digunakan untuk mendaftar nomina. Hanya saja sifatnya lebih samar dari 「と」. Makna yang terkandung adalah mungkin ada hal-hal
tambahan yang tidak ikut didaftar, dan mungkin saja tidak semua benda yang
didaftar sesuai. Di bahasa Indonesia, kamu bisa menganggapnya mirip daftar yang
menggunakan "dst.".
(1) 飲み物やカップやナプキンは、いらない?-
Kamu tidak perlu (hal-hal seperti) minuman, gelas, serbet, dan yang lainnya?
(2) 靴やシャツを買う。- Membeli
(hal-hal semacam) sepatu, baju, dll...
「とか」 juga artinya sama
dengan 「や」 tapi lebih untuk bahasa
percakapan.
(1) 飲み物とかカップとかナプキンは、いらない?-
Kamu tidak perlu (hal-hal seperti) minuman, gelas, serbet, dan yang lainnya?
(2) 靴とかシャツを買う。- Membeli
(hal-hal semacam) sepatu, baju, dll...
Partikel 「の」
Partikel 「の」 adalah partikel yang ampuh karena memiliki banyak guna.
Partikel tersebut dikenalkan di sini karena seperti partikel 「と」 dan 「や」, dia bisa digunakan
untuk menghubungkan nomina. Kita lihat beberapa contohnya.
(1) ジャヤの本。- Buku yang
bersifat Jaya.
(2) 本のジャヤ。- Jaya yang
bersifat buku.
Contoh pertama maksudnya adalah "buku milik
Jaya". Kamu akan sangat sering menjumpai 「の」
yang memiliki arti kepemilikan seperti ini. Contoh lain yang artinya sama
adalah 「私の先生」 yaitu 'guru milik saya' (guru
saya).
Contoh kedua kemungkinan besar kalimat salah, tapi bisa
saja kita bayangkan suatu dunia fantasi di mana benda-benda seperti buku,
kursi, dan cangkir hidup sehingga bisa bergerak dan tertawa seperti kita. Kalau
ada buku yang bernama Jaya, maka contoh kedua menggambarkannya dengan tepat:
"Jaya yang merupakan buku". Contoh lain yang artinya sama adalah 「母のギタ」 yang artinya "Gita yang merupakan sang
ibu" (untuk kontras dengan "Rina yang merupakan anaknya" dan
"Toni, bapaknya" misalnya).
Intinya, partikel 「の」
memungkinkan nomina bertindak layaknya adjektiva, memodifikasi nomina lainnya.
Itulah alasan digunakannya 'yang bersifat' pada terjemahan literalnya. Bisa
dilihat dari contoh (2) bahwa 「の」 tidak harus selalu berarti kepemilikan seperti pada (1). Inilah contoh lainnya.
(1) ジャヤは、インドネシアの大学の学生だ。-
Jaya adalah murid universitas Indonesia.
Di sini maksudnya tentu saja adalah suatu universitas
yang berada di Indonesia (bukan UI!). Perhatikan urutan modifikasinya, yaitu
Jaya adalah murid dari universitas yang bersifat Indonesia. Kebalikannya yaitu 「学生の大学のインドネシア」 berarti "Indonesia yang bersifat
universitas murid" dan tidak masuk akal.
Nomina yang dimodifikasi bisa dihilangkan jika dari
konteks sudah jelas apa yang dihilangkan. Contoh berikut menunjukkan bagaimana
kata-kata yang tidak perlu bisa dihilangkan.
(1) そのシャツは誰のシャツ?- Baju itu
baju milik siapa?
(2) ジャヤのシャツだ。- Baju milik
Jaya.
bisa menjadi:
(1) そのシャツは誰の?- Baju itu
milik siapa?
(2) ジャヤのだ。- Milik Jaya.
(「その」 adalah singkatan 「それ+の」 jadi dia langsung
memodifikasi nomina karena memiliki partikel 「の」
intrinsik. Kata sejenis misalnya 「この」
dari 「これの」 dan 「あの」
dari 「あれの」.)
Penggunaan 「の」
seperti ini pada intinya menggantikan nominanya dan bahkan partikel 「の」 berperan menjadi nominanya. Kita pada dasarnya bisa
memperlakukan adjektiva dan verba seperti nomina dengan menambahkan partikel 「の」. Partikelnya akan menjadi nomina generik, dan kita bisa
memperlakukannya layaknya nomina biasa.
(1) 白いのは、かわいい。- Benda yang
putih bersifat imut.
(2) 授業に行くのを忘れた。- Lupa hal
pergi ke kelas.
Perhatikan bahwa di bahasa Indonesia kita bisa dengan
sederhana mengatakan "lupa pergi" karena entah bagaimana di bahasa
Indonesia verba juga bisa langsung menempati posisi-posisi nomina. Namun di
bahasa Jepang, verba harus diubah menjadi nomina sebelum hal itu bisa
dilakukan. Makannya, "pergi" harus diubah dulu menjadi "hal
pergi" di contoh (2).
Dengan 「の」, sekarang kita bisa
menggunakan partikel objek langsung, topik, dan pengidentifikasi dengan verba
dan adjektiva. Kita tidak harus menggunakan partikel 「の」
di sini. Kita bisa menggunakan nomina 「物」,
yang merupakan benda generik, atau 「こと」
untuk kejadian generik. Contohnya, kita juga bisa mengatakan:
(1) 白い物は、かわいい。- Benda yang
putih bersifat imut.
(2) 授業に行くことを忘れた。- Lupa hal
pergi ke kelas.
Namun, partikel 「の」
sangatlah berguna karena kamu tidak perlu menyatakan nomina apapun. Di contoh
berikutnya, partikel 「の」 tidak menggantikan
nomina apapun, namun hanya memungkinkan kita memodifikasi klausa verba dan
adjektiva layaknya klausa nomina. Klausa subordinatnya ditandai.
(1) 毎日勉強するのは大変。 - Hal
belajar setiap hari bersifat berat.
(2) 毎日同じ物を食べるのは、面白くない。-
Hal makan benda sama setiap hari tidak menarik.
Kamu mungkin sadar bahwa kata 「同じ」
langsung memodifikasi 「物」 walaupun dia jelas
bukan adjektiva-i. Saya tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Satu kemungkinan
adalah bahwa dia sebetulnya adalah adverbia, yang akan kita lihat nanti tidak
butuh partikel.
Tentunya, bahkan saat menggunakan 「の」
untuk menggantikan nomina, kamu tetap perlu 「な」
untuk memodifikasi nominanya saat adjektiva-na digunakan.
(1) 静かな部屋が、リナの部屋だ。- Kamar
yang hening adalah kamar milik Rina.
menjadi:
(1) 静かなのが、リナの部屋だ。- Yang
hening adalah kamar milik Rina.
Partikel 「の」 dalam memberi
penjelasan
Partikel 「の」 yang ditempelkan di akhir kalimat juga bisa memberi
nuansa penjelasan ke kalimatmu. Misalnya, kalau seseorang bertanya apakah kamu
punya waktu, kamu bisa menggunakan 「の」
di akhir jawabanmu karena kamu memberi penjelasan ke orang tersebut. Arti yang
dikandung sepertinya agak susah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Ini
contohnya:
(1) 今は忙しいの。- (Saya)
sekarang sibuk. (nuansa memberi penjelasan)
Ini terdengar sangat halus dan feminim. Laki-laki dewasa
hampir selalu akan menambahkan deklaratif 「だ」
kecuali kalau mereka ingin sengaja terdengar imut.
(2) 今は忙しいのだ。- (Saya)
sekarang sibuk. (nuansa memberi penjelasan)
Tapi karena deklaratif 「だ」
tidak bisa digunakan di pertanyaan, 「の」
yang sama di pertanyaan tidak membawa nada feminim dan digunakan baik oleh
laki-laki maupun perempuan.
(3) 今は忙しいの?- Apa sekarang
(kamu) sibuk? (nuansa meminta penjelasan, untuk penanya laki-laki maupun
perempuan)
Dalam menyatakan keadaan benda, saat 「の」 digunakan untuk nada penjelasan ini, kita perlu
menambah 「な」 untuk membedakannya dengan
partikel 「の」 yang bisa berarti kepemilikan.
(1) リザのだ。- Adalah milik
Riza.
(2) リザなのだ。- Adalah Riza.
(dengan nuansa memberi penjelasan).
Selain kasus ini, yang lainnya tetap sama seperti
sebelumnya.
Pada kenyataannya, walaupun nuansa memberi penjelasan ini
digunakan setiap saat, 「のだ」 umumnya digantikan
oleh 「んだ」. Mungkin ini karena 「んだ」 lebih mudah diucapkan daripada 「のだ」.
Tata bahasa ini bisa terlihat memiliki banyak arti karena dia tidak hanya bisa
digunakan dengan berbagai bentuk adjektiva, nomina, dan verba, tapi dia sendiri
juga bisa dikonjugasikan seperti keadaan benda. Tabel konjugasinya akan
menunjukkan kamu apa maksudnya.
Sebetulnya tidak ada yang baru di sini. Tabel pertama
hanya menambahkan 「んだ」 (atau 「なんだ」) ke verba, nomina, atau adjektiva yang terkonjugasi.
Tabel kedua menambahkan 「んだ」 (atau 「なんだ」) ke verba, nomina, atau adjektiva yang tidak
terkonjugasi lalu mengkonjugasikan bagian 「だ」
dari 「んだ」 seperti pada pernyataan keadaan
benda untuk nomina dan adjektiva-na. Jangan lupa untuk selalu menambahkan 「な」 pada nomina dan adjektiva-na.
「んだ」 ditempelkan ke berbagai konjugasi
(Kamu bisa mensubstitusi 「の」
atau 「のだ」 untuk 「んだ」) Nomina/Adj-na Verba/Adj-i
Dasar 学生なんだ 飲むんだ
Negatif 学生じゃないんだ 飲まないんだ
Lampau 学生だったんだ 飲んだんだ
Negatif lampau 学生じゃなかったんだ 飲まなかったんだ
「んだ」-nya sendiri dikonjugasi
(Kamu bisa mensubsitusi 「の」
untuk 「ん」 dan 「の」
atau 「のだ」 untuk 「んだ」) Nomina/Adj-na Verba/Adj-i
Dasar 学生なんだ 飲むんだ
Negatif 学生なんじゃない 飲むんじゃない
Lampau 学生なんだった 飲むんだった
Negatif lampau 学生なんじゃなかった 飲むんじゃなかった
Sepertinya bentuk lampau dan negatif lampau untuk
nomina/adjektiva-na di tabel kedua hampir tidak pernah digunakan (terutama
dengan 「の」) tapi saya sertakan untuk
kelengkapan.
Beda utama antara menggunakan 「の」
dengan tidak menggunakan apa-apa adalah bahwa kamu mengatakan ke pendengarnya,
"Dengar, ini alasannya", tidak hanya sekedar memberi informasi baru.
Sebagai contoh, jika ada yang bertanya "Apa kamu sekarang sibuk?"
kamu bisa dengan sederhana menjawab 「今は忙しい」.
Tapi jika ada yang bertanya "Kenapa kamu tidak bisa bicara
denganku?", karena jelas bahwa kamu perlu memberi penjelasan, kamu akan
menjawab 「今は忙しいの」 atau 「今は忙しいんだ」.
Tata bahasa ini penting untuk meminta penjelasan pada pertanyaan. Misalnya,
kalau kamu ingin bertanya "Eh, bukannya (sudah) telat?" kamu tidak
bisa hanya bertanya 「遅くない?」 karena itu artinya
"Tidak telat?" dan hanya meminta jawaban "ya" atau
"tidak". Kalau kamu butuh suatu penjelasan, kamu perlu bertanya dalam
bentuk 「遅いんじゃない?」.
Mari kita lihat contoh-contoh situasi yang menggunakan tata
bahasa ini. Karena 「の」 seringkali susah
diterjemahkan, maka nuansa yang dikandungnya hanya akan dituliskan dalam tanda
kurung.
Contoh 1
リナ: どこに行くの?- Mau
pergi ke mana? (meminta penjelasan)
ジャヤ: 授業に行くんだ。- Masuk ke
kelas. (nada menjelaskan)
Contoh 2
リナ: 今、授業があるんじゃない?- Bukannya sekarang ada kelas? (menyangka
ada kelas)
ジャヤ: 今は、ないんだ。- Sekarang
tidak ada. (nada menjelaskan)
Contoh 3
リナ: 今、授業がないんじゃない?- Bukannya sekarang tidak ada kelas?
(menyangka tidak ada kelas)
ジャヤ: ううん、ある。- Tidak,
(sekarang) ada.
Contoh 4
リナ: その人が買うんじゃなかったの?- Bukannya orang itu tadi akan membeli?
(menyangkan orangnya akan membeli)
ジャヤ: ううん、先生が買うんだ。- Tidak,
guru adalah yang akan membeli. (nada menjelaskan)
Contoh 5
リナ: 朝ご飯を食べるんじゃなかった。 - Seharusnya tadi tidak sarapan.
(menjelaskan bahwa sarapannya seharusnya tidak dimakan)
ジャヤ: どうして? - Kenapa?
Jangan khawatir kalau kamu sekarang benar-benar bingung,
kita akan bertemu lebih banyak contoh lagi nanti yang akan meningkatkan
pemahamanmu. Setelah kamu bisa merasa-rasa bagaimana segala sesuatunya bekerja,
lebih baik melupakan terjemahan Indonesianya karena negatif dobel dan tripelnya
bisa menjadi cukup membingungkan seperti pada contoh 3. Tapi di bahasa Jepang
itu adalah ekspresi yang sangat normal, dan kamu akan sadar hal tersebut saat
kamu menjadi semakin akrab dengan bahasa Jepang.
Bab 11
Menggunakan
adverbia dan gobi
Isi bab ini
Kenapa adverbia dan gobi?
Cara kerja adverbia
Apa itu "gobi"?
Gobi 「ね」
Gobi 「よ」
Menggabungkan keduanya untuk mendapatkan 「よね」
Kenapa adverbia
dan gobi?
Sebetulnya
keduanya tidak saling berhubungan tetapi saya memutuskan untuk menggabungkannya
dalam satu bab karena kita hanya akan membahas dua gobi paling umum untuk saat
ini. Hal tersebut terlalu pendek untuk dijadikan bab tersendiri.
Cara kerja adverbia
Adverbia atau kata keterangan adalah bagian kalimat yang
menjelaskan bagaimana suatu verba dikerjakan. Misalnya, pada kalimat "Dia
berlari dengan cepat" adverbianya adalah "dengan cepat". Bisa
dilihat bahwa adverbia tersebut menggunakan adjektiva "cepat".
Di bahasa Jepang, mengubah adjektiva menjadi adverbia
caranya sangat sederhana. Lalu, karena sistem partikel bahasa Jepang
menyebabkan urutan kata pada kalimatnya fleksibel, kamu bisa menempatkan
adverbia di mana saja asalkan sebelum verba yang bersangkutan. Sebagaimana
biasanya, kita punya dua aturan berbeda: satu untuk ajektiva-i dan satu lagi
untuk adjektiva-na.
Cara mengubah adjektiva menjadi adverbia
adjektiva-i: Ganti 「い」
dengan 「く」.
例) 早い
→ 早く
adjektiva-na: Tambahkan partikel target 「に」.
例) きれい
→ きれいに
(1) ジャヤは朝ご飯を早く食べた。- Jaya
sarapan dengan cepat.
Adverbia 「早く」 sedikit beda dengan
bahasa Indonesia 'cepat', karena maksudnya bisa kecepatan atau waktu kejadian,
tergantung konteksnya. Dengan kata lain, kalimat di atas bisa juga berarti
bahwa Jaya makan sarapan pagi-pagi sekali. Di kalimat lain seperti 「早く走った」, kemungkinan besar artinya 'cepat' dan bukan
'gasik'. Namun sekali lagi semuanya bergantung pada konteks.
(2) リナは自分の部屋をきれいにした。- Rina
melakukan (mengerjakan) kamarnya menuju bersih.
Terjemahan literalnya memberikan sedikit petunjuk tentang
alasan digunakannya partikel target. Pendapat tertentu tidak setuju
menganggapnya sebagai adverbia, tapi bagi kita itu adalah hal yang praktis.
Dengan menganggapnya adverbia, kita bisa menginterpretasikannya sebagai
"Rina mengerjakan kamarnya dengan bersih" yang sebetulnya berarti
"Rina membersihkan kamarnya" pada bahasa Indonesia. 「きれい」 secara literal berarti 'cantik', jadi kamu juga bisa
menganggapnya sebagai "Rina mempercantik kamarnya".
Catatan: Tidak
semua adverbia diturunkan dari adjektiva. Beberapa kata seperti 「全然」
dan 「たくさん」
adalah adverbia dengan sendirinya. Kata-kata tersebut bisa digunakan tanpa
partikel.
(1) 映画をたくさん見た。- Menonton banyak film.
(2) 最近、全然食べない。- Akhir-akhir ini, tidak makan sama sekali.
Mari kita lihat contoh penggunaan adverbia yang lain:
(1) アンドレの声は、結構大きい。 - Suara
Andre cukup besar.
(2) この町は、最近大きく変わった。- Kota
ini banyak berubah akhir-akhir ini.
(3) 図書館の中では、静かにする。- Di
dalam perpustakaan, [kita] melakukan [aktivitas] dengan hening.
Apa itu
"gobi"?
Di bagian ini,
kita akan membahas dua gobi yang paling banyak dipakai. 「語尾」
secara literal berarti "buntut bahasa" dan maksudnya adalah apapun
yang muncul di akhir kalimat atau kata. Di tutorial ini, saya akan
menggunakannya untuk menunjuk pada satu atau dua huruf hiragana yang selalu
muncul di akhir kalimat karena tidak ada istilah lain yang saya ketahui.
Akhiran ini seringkali susah untuk diterangkan karena banyak dari mereka yang
sebetulnya tidak punya arti tertentu. Tapi mereka bisa mengubah 'nuansa' atau
'rasa' suatu kalimat. Dua yang akan kita bahas di sini bisa diterjemahkan dan
digunakan cukup sering.
Gobi 「ね」
Orang biasanya
menambahkan 「ね」 ke akhir kalimat saat mereka
meminta (dan berharap) persetujuan atas apa yang mereka katakan. Ini sama
seperti "kan?" atau "ya?" pada bahasa Indonesia.
Contoh 1
ジャヤ: いい天気だね。- Cuacanya baik ya?
リナ: そうね。- Iya ya?
Terjemahan 「そうね」
yang diberikan yaitu "Iya ya?" bisa berarti dua yaitu ragu dan
setuju, tergantung intonasi pengucapannya. Yang dimaksud di sini adalah yang
menyatakan persetujuan, dengan kata lain "Iya, memang." Laki-laki
mungkin lebih memilih 「そうだね」.
Contoh 2
リナ: おもしろい映画だったね。- Tadi filmnya menarik kan?
ジャヤ: え?全然おもしろくなかった。- Ha?
Sama sekali tidak menarik.
Karena Rina berharap pengiyaan bahwa filmnya menarik,
Jaya cukup kaget karena menurutnya filmnya sama sekali tidak menarik. (「え」 adalah suara terkejut atau bingung.)
Gobi 「よ」
Saat 「よ」 ditempelkan ke akhir kalimat, itu berarti bahwa
pembicara sedang menginformasikan sesuatu yang baru. Di bahasa Indonesia,
padanannya adalah 'loh' dalam 'Dia besok nggak jadi pergi loh.' atau 'tahu
nggak' pada 'Dia tadi sebetulnya marah, tahu nggak!'
Contoh 1
リナ: 時間がないよ。- Nggak ada waktu loh.
ジャヤ: 大丈夫だよ。- Nggak
apa-apa, tahu nggak.
Contoh 2
リナ: 今日はいい天気だね。- Hari ini cuacanya bagus ya?
ジャヤ: うん。でも、明日雨が降るよ。- Iya.
Tapi besok bakal hujan loh.
Menggabungkan
keduanya untuk mendapatkan 「よね」
Kamu juga bisa
menggabungkan keduanya untuk mendapatkan 「よね」.
Pada intinya, ini digunakan saat kamu ingin memberitahu pendengar akan suatu
bahasan baru dan sekaligus meminta mendapat. Urutannya harus selalu 「よね」, tidak bisa sebaliknya.
Contoh
リナ: ジャヤは、魚が好きなんだよね。 - Tahu nggak, kamu suka ikan ya?
ジャヤ: そうだね。- Memang begitu,
iya kan?
Bab 11
Akankah
engkau berbaik hati untuk sedikit meluangkan waktu membaca bab yang sederhana
ini
Isi bab ini
Tidak berlaku sembrono di Jepang
Akar verba
Menggunakan 「~ます」
untuk membuat verba sopan
Menggunakan 「です」
untuk sisanya
「です」 TIDAK sama dengan 「だ」
Tidak berlaku
sembrono di Jepang
Bahasa Jepang yang
telah kita pelajari tidak akan membawa masalah jika kamu berumur 5 tahun.
Sayangnya, mereka yang sudah besar diharapkan untuk menggunakan versi bahasa
yang lebih sopan (disebut 丁寧語) saat berbicara dengan
orang-orang tertentu. Contohnya, kamu sebaiknya menggunakan 丁寧語 saat berbicara dengan: 1) orang yang memiliki status
sosial lebih tinggi 2) orang yang baru dikenal atau tidak dekat denganmu.
Memutuskan kapan harus menggunakan gaya bahasa tertentu pada dasarnya adalah
masalah mengira-ngira. Tapi, sebaiknya kamu konsisten menggunakan satu gaya
bahasa saja untuk tiap orang.
Untungnya, mengubah bahasa santai menjadi bahasa sopan
tidaklah sulit. Mungkin ada beberapa perubahan kata (misalnya "ya"
dan "tidak" masing-masing menjadi 「はい」
dan 「いいえ」), dan gobi-gobi tertentu yang
cukup vulgar jelas tidak muncul pada percakapan sopan. (Tenang saja, mereka
memang belum kita bahas kok) Pada intinya, beda utama dari gaya bicara santai
dengan sopan terletak pada akhir kalimatnya. Kamu bahkan tidak bisa tahu apakah
seseorang sedang bicara dalam gaya sopan atau santai sebelum kalimatnya
selesai.
Akar verba
Untuk mengkonjugasikan semua verba-u dan -ru ke bentuk
sopannya, kita pertama harus belajar akar verba. Kadang-kadang ini disebut akar
masu di buku-buku tapi kita hanya akan menyebutnya akar karena bentuk tersebut
digunakan di banyak konjugasi selain untuk bentuk masunya. Akar ini benar-benar
hebat karena sangat mudah dibuat dan berguna untuk berbagai jenis tata bahasa.
Aturan untuk mendapatkan akar verba
verba-ru - Buang 「る」
例) 食べる
→ 食べ
verba-u - Ubah suara vokal terakhir dari suara
"u" menjadi suara "i".
例) 泳ぐ
→ 泳ぎ
Verba perkecualian - 「する」
menjadi 「し」 dan 「くる」
menjadi 「き」.
Akarnya sendiri sebetulnya bisa berfungsi sebagai cara
khusus dan terbatas untuk mengubah verba-verba tertentu menjadi nomina. Kalau
partikel 「の」 memungkinkan kamu berbicara
tentang verba seakan-akan mereka adalah nomina, bentuk akar ini benar-benar
mengubah verba menjadi nomina. Bahkan di kasus-kasus yang sangat langka akarnya
lebih sering digunakan daripada verbanya. Contohnya akar dari 「怒る」(いかる) lebih sering digunakan daripada verbanya. Film
"Fists of Fury" di bahasa Jepang adalah 「怒りの鉄拳」
dan bukan 「怒る鉄拳」. Dan bahkan, 「怒る」 kemungkinan besar akan dibaca 「おこる」,
verba berbeda dengan arti dan kanji yang sama! Ada beberapa nomina tertentu
(semacam 「休み」) yang sebetulnya adalah akar
verba yang digunakan seperti nomina biasa. Tapi secara umum kita tidak bisa
mengambil verba apapun dan mengubahnya menjadi nomina. Misalnya, contoh berikut
salah:
(誤) 飲みをする。- (Kalimat ini sebetulnya masuk akal tapi tidak
ada yang bicara seperti ini)
Tapi, ada satu tata bahasa berguna yang bisa digunakan
dengan akar dari semua verba, yaitu menggunakan akarnya sebagai target dari
verba gerakan (hampir selalu 「行く」 dan 「来る」 pada kasus ini). Tata bahasa ini berarti "pergi
atau datang untuk [melakukan sesuatu]". Ini contohnya:
(1) 明日、映画を見に行く。- Besok, pergi untuk melihat film.
「見に」 adalah akar dari 「見る」
yang disusul dengan partikel target 「に」.
Partikel arah 「へ」
kedengaranya seakan-akan kamu secara harfiah akan pergi ke sesuatu, sementara
partikel 「に」 berarti bahwa kamu pergi dengan
tujuan melakukan sesuatu.
(1) 昨日、友達が遊びへきた。
- Kemarin, teman datang ke aktivitas bermain. (Kedengaran
agak aneh)
(2) 昨日、友達が遊びにきた。
- Kemarin, teman datang untuk bermain.
Ekspresi 「楽しみにする」 berarti bahwa
seseorang "menanti akan sesuatu yang menyenangkan" (misalnya menunggu
hari-hari buku Harry Potter muncul di toko) dan dibentuk dari tata bahasa yang
sama, tapi ini adalah kasus khusus dan sebaiknya dianggap sebagai ungkapan yang
sudah langsung jadi.
Verba lain kadang juga ditempelkan ke suatu akar untuk
menciptakan verba baru. Contohnya, saat 「出す」
ditempelkan ke akar 「走る」, yaitu 「走り」, kamu mendapat 「走り出す」
yang berarti "mulai berlari". Contoh lain misalnya 「切り替える」, yang berarti "mengganti ke sesuatu yang
lain", dan 「付け加える」, yang berarti
"menambahkan sesuatu dengan menempelkannya". Arti masing-masing
verbanya digabung menciptakan verba baru. Contohnya, 「言い出す」
berarti "mulai berbicara", yang menggabungkan arti
"berbicara" dan "mengeluarkan". Tidak ada aturan umum di
sini, sebaiknya kamu cek arti masing-masing verba gabungan tersebut dan
menghafalnya sebagai suatu verba tersendiri.
Dalam konteks formal seperti artikel koran, akar verba
juga digunakan sebagai bentuk konjungktif verba. Kita akan kembali ke topik ini
pada bab tentang ekspresi formal.
Menggunakan 「~ます」
untuk membuat verba sopan
Tentu saja, alasan saya memperkenalkan akar verba adalah
untuk bisa mengkonjugasikan verba ke bentuk sopannya... bentuk masu! Bentuk
masu harus selalu muncul di akhir kalimat lengkap dan tidak pernah di dalam
klausa subordinat. Saat belajar kalimat gabungan, kita nanti akan melihat bahwa
masing-masing subkalimatnya juga bisa berakhir dalam bentuk masu juga.
Untuk mengkonjugasikan verba ke bentuk masunya, kamu
tinggal menempelkan konjugasi 「ます」 yang cocok. Inilah
diagramnya.
Diagram konjugasi dengan contoh akar 「遊び」 konjugasi
ます akar+ます
Dasar ます 遊びます
Negatif ません 遊びません
Lampau ました 遊びました
Negatif lampau ませんでした 遊びませんでした
Contoh
Seperti biasa,
mari kita lihat beberapa contoh.
(1) 明日、大学に行きます。
- Besok, pergi ke universitas.
(2) 先週、ジャヤに会いましたよ。
- Kemarin bertemu Jaya loh.
(3) 晩ご飯を食べませんでしたね。
- Tidak makan malam, ya?
(4) 面白くない映画は見ません。
- Mengenai film yang tidak menarik, tidak menonton.
Menggunakan 「です」
untuk sisanya
Untuk kalimat lain yang tidak diakhiri verba-ru maupun
-u, yang perlu dilakukan tinggal menambahkan 「です」
atau 「でした」. Kamu juga bisa melakukan ini
baik untuk akhiran 「の」 maupun 「ん」, anggap saja mereka nomina biasa (telah dibahas di bab
partikel 3). Hal yang perlu diingat adalah apabila ada deklaratif 「だ」, maka dia harus dihilangkan. Dalam berbicara sopan,
sepertinya kamu tidak bisa lantang mendeklarasikan ini itu (fungsi 「だ」). Seperti bentuk masu, 「です」
atau 「でした」 juga harus diletakkan di akhir
kalimat lengkap. Inilah diagram konjugasinya:
adjektiva-i (だ
memang tidak bisa digunakan) Santai Sopan
Dasar かわいい かわいいです
Negatif かわいくない かわいくないです
Lampau かわいかった かわいかったです
Negatif lampau かわいくなかった かわいくなかったです
nomina/adjektiva-na (harus menghilangkan だ) Santai Sopan
Dasar 静か(だ) 静かです
Negatif 静かじゃない 静かじゃないです
Lampau 静かだった ※静かでした
Negatif lampau 静かじゃなかった 静かじゃなかったです
※ Lihat bahwa hanya untuk nomina/adjektiva-na, bentuk lampaunya menjadi
「でした」.
Kesalahan umum adalah melakukan hal yang sama untuk adjektiva-i. Ingat selalu
bahwa 「かわいいでした」
salah!
Contoh
Beberapa contoh lagi seperti biasanya.
(1) 子犬はとても好きです。
- Mengenai anak anjing, sangat suka. (Terjemahan paling
alaminya adalah seseorang sangat suka anak anjing, tapi tidak ada konteks untuk
menyingkirkan kemungkinan bahwa anak anjing sangat suka sesuatu)
(2) 昨日、時間がなかったんです。
- Kemarin tidak ada waktu. (nuansa menjelaskan)
(3) その部屋はあまり静かじゃないです。
- Kamar itu tidak terlalu hening.
(4) 先週に見た映画は、とても面白かったです。
- Film yang melihatnya minggu lalu sangat menarik.
※ Sedikit cek realita
Saya telah
mendengar beberapa kali bahwa konjugasi negatif taklampau yang diberikan di
sini bukanlah konjugasi yang benar "secara resmi". Katanya, yang
lebih "benar" adalah mengganti bagian 「ないです」
dengan 「ありません」. Alasannya adalah bentuk sopan
negatif dari verba 「ある」 bukan 「ないです」 tapi 「ありません」.
Dengan konjugasi ini 「かわいくない」 menjadi 「かわいくありません」 dan 「静かじゃない」
menjadi 「静かじゃありません」.
Memang konjugasi tersebut ada, tapi pada kenyataannya
sekarang konjugasi yang "resmi" tersebut terdengar cukup kaku dan
formal. Pada percakapan sopan sehari-hari, konjugasi yang telah kita bicarakan
sebelumnya adalah yang akan digunakan hampir setiap saat. Walaupun kamu
sebaiknya menggunakan konjugasi yang lebih formal untuk tulisan yang
menggunakan bentuk sopan, kamu akan jarang mendengarnya di percakapan. Saya
menyarankan kamu mempelajari dan mahir dengan kedua jenis konjugasi tersebut.
Konjugasi sopan negatif yang lebih formal Santai Sopan
Negatif かわいくない かわいくありません
Negatif lampau かわいくなかった かわいくありませんでした
Negatif 静かじゃない 静かじゃありません
Negatif lampau 静かじゃなかった 静かじゃありませんでした
Contoh
(1) その部屋はあまり静かじゃないですよ。
- Kamar itu tidak terlalu hening loh.
(2) その部屋はあまり静かじゃありませんよ。
- Kamar itu tidak terlalu hening loh.
「です」 TIDAK sama dengan 「だ」
Kalau kamu telah
mengambil kelas bahasa Jepang, kamu mungkin diajari bahwa 「です」 adalah versi sopan 「だ」.
Tapi saya ingin menunjukkan beberapa perbedaan vital dan alasan kenapa mereka
adalah dua hal yang benar-benar berbeda. Sebetulnya tidak mungkin menjelaskan
sepenuhnya kenapa mereka secara dasar berbeda tanpa menggunakan tata bahasa
yang belum dipelajari, jadi saya mengkhususkan bagian ini untuk mereka yang
telah mulai belajar bahasa Jepang dan sayangnya diberi pengetahuan salah bahwa 「だ」 adalah versi santai dari 「です」.
Bagi yang lainnya, silahkan melompati bagian ini.
Pasti kamu telah mempelajari ungkapan 「そう」. Nah, ada empat cara untuk membentuk kalimat yang
artinya "memang betul begitu" dengan pernyataan keadaan benda yang
berbeda.
Cara berbeda untuk mengatakan "memang betul
begitu"
(1) そう。
(2) そうだ。
(3) そうです。
(4) そうでございます。
Pada yang pertama yaitu 「そう」
pernyataan keadaanya implisit dan pada 「そうだ」
deklaratif. Seperti telah saya jelaskan sebelumnya, bentuk yang tidak lantang 「そう」 umumnya digunakan oleh wanita dan yang deklaratif 「そうだ」 umumnya digunakan pria. 「そうです」
adalah versi sopan dari 「そう」, dibuat dengan cara
menempelkan 「です」 ke nominanya. 「そうです」 bukan versi sopan 「そうだ」
yang diperoleh dengan mengganti 「だ」
dengan 「です」. Saya akan menjelaskan kenapa.
Misalnya kita ingin mengubah kalimatnya menjadi
pertanyaan yaitu "Apakah betul begitu?" Ada beberapa cara untuk
melakukannya tetapi sebagian ditunjukkan di sini. (Tata bahasanya dibahas di
bab lain.)
Cara berbeda untuk bertanya, "Apakah betul
begitu?"
(1) そう?
(2) そうか?
(3) そうですか?
Saya telah menjelaskan sebelumnya bahwa 「だ」 digunakan untuk mendeklarasikan hal yang dipercayai
sebagai fakta. Jadi, 「そうだか?」 bukanlah cara yang
sah untuk bertanya karena kalimat tersebut pada waktu yang sama membuat
pernyataan dan pertanyaan. Tapi fakta bahwa 「そうですか」
adalah pertanyaan yang sah menunjukkan bahwa 「です」
dan 「だ」 jelas berbeda. 「そうです」, dalam menunjukkan kesopanan, tidaklah deklaratif
dan hanya merupakan versi sopan dari 「そう」.
Selain perbedaan nuansa antara 「だ」
dengan 「です」, perbedaan kunci lainnya adalah
bahwa 「だ」 digunakan di banyak tata bahasa
untuk membuat batas klausa subordinatnya jelas. Di lain pihak 「です」 hanya digunakan di akhir kalimat untuk menunjukkan
kesopanan. Sebagai contoh, perhatikan kedua kalimat berikut. (Tata bahasanya
ada di bab lain setelah bab ini)
(正) そうだと思います - Menurut saya begitu.
(誤) そうですと思います - (Kalimat
salah)
「そうだと思います」 benar tapi 「そうですと思います」
tidak karena 「です」 hanya bisa digunakan di akhir
kalimat. 「です」 hanya bisa berada pada klausa
subordinat jika itu merupakan kutipan langsung perkataan seseorang seperti
berikut.
(1) 「はい、そうです」と答えた。
Kesimpulannya, mengganti 「です」
dengan 「だ」,
berpikir bahwa yang satu merupakan versi sopan yang lainnya (dan sebaliknya)
berpotensi menghasilkan kalimat-kalimat yang secara tata bahasa salah. Hal yang
terbaik adalah menganggap mereka sebagai dua hal yang berbeda (karena memang
begitu).
Bab 12
Sebut namaku,,,
Isi bab ini
Menyebut orang dengan benar di bahasa Jepang
Menyebut diri sendiri
Menyebut orang lain dengan namanya
Menyebut orang lain dengan "kamu"
Menyebut pihak ketiga
Menyebut anggota keluarga
Menyebut orang
dengan benar di bahasa Jepang
Yang penting bukan
hanya menggunakan gaya bahasa yang tepat sesuai dengan lawan bicaranya, tapi
juga bagaimana cara menyebut orang lain dengan tepat. Tidak kalah pentingnya
adalah bagaimana menyebut dirimu sendiri dengan tingkat kesopanan yang pas.
Bahasa Jepang di sini cukup mirip dengan bahasa Indonesia, yaitu sama-sama
memiliki banyak cara untuk menyebut "saya" dan "kamu". Di
sini kita akan membahas kata-kata yang paling umum untuk hal tersebut.
Menyebut diri
sendiri
Ada banyak cara
untuk mengatakan "saya" di bahasa Jepang. Beberapa tidak terlalu umum
dan ada juga yang sudah sangat kuno. Kita akan membahas beberapa yang paling
umum dipakai saat ini. Beda penggunaan dari bermacam-macam versi
"saya" tersebut bisa dibagi menjadi dua kategori: jenis kelamin dan
kesopanan. Dengan kata lain, ada kata-kata yang umumnya dipakai laki-laki dan
ada kata lain yang biasanya hanya dipakai perempuan dan semuanya bergantung
pada konteks sosialnya.
Sebelum melangkah lebih jauh, saya ingin mengangkat kata 「私」. Bacaan resmi kanji tersebut adalah 「わたくし」. Ini adalah bacaan yang dipakai pada konteks formal
(misalnya pidato pemimpin perusahaan). Bacaan ini kemungkinan besar akan
diikuti gaya bahasa hormat dan rendah diri yang akan kita bahas belakangan.
Dalam situasi lainnya, kanji tersebut umumnya dibaca 「わたし」.
Ini adalah cara yang paling umum untuk mengatakan "saya" dari segi
kesopanan dan jenis kelamin, sehingga umumnya itu adalah salah satu kata yang
pertama kali diajarkan pada pelajar bahasa Jepang.
Inilah daftar kata
yang paling umum untuk "saya" dan penggunaannya:
私(わたくし) - Digunakan oleh
laki-laki maupun perempuan pada situasi formal.
私(わたし) - Digunakan oleh
laki-laki maupun perempuan untuk pembicaraan sopan pada umumnya.
僕 - Digunakan terutama
oleh laki-laki mulai dari situasi cukup formal sampai situasi cukup santai.
俺 - "Saya" yang
sangat kasar dan bisa dibilang khusus untuk laki-laki di situasi yang sangat
santai. Dari segi vulgaritas mirip dengan "gue", tapi ingat hanya
untuk laki-laki.
あたし - Cara yang sangat
feminim dan santai untuk menyebut diri sendiri. Tapi banyak perempuan lebih
memilih 「わたし」 karena 「あたし」
rasanya terlalu imut dan kecewek-cewekan.
Menyebut nama sendiri - Juga cara yang feminim dan agak
kekanak-kanakan untuk menyebut diri sendiri.
わし - Biasanya digunakan
oleh orang tua yang sudah cukup di atas separuh baya.
Mari kita lihat bagaimana kalimat yang berbeda
menggunakan "saya" yang berbeda juga. 「わたくし」
tidak disertakan karena kita belum membahas tata bahasa yang sangat formal.
(1) 私の名前はキムです。- Nama saya Kim. (Netral, sopan)
(2) 僕の名前はキムです。- Nama saya
Kim. (Maskulin, sopan)
(3) 僕の名前はジャヤだ。- Namaku
Jaya. (Maskulin, santai)
(4) 俺の名前はジャヤだ。- Nama gue
Jaya. (Maskulin, sangat santai)
(5) あたしの名前はリナ。- Namaku
Rina. (Feminim, santai)
Menyebut orang
lain dengan namanya
Bahasa Jepang
tidak menggunakan "kamu" sesering bahasa Indonesia. Semoga
contoh-contoh di bab sebelumnya dengan Jaya, Rina, Heri, dan yang lainnya telah
membuat jelas bahwa orang lebih memilih menyebut nama lawan bicaranya. Cara
umum lainnya adalah dengan gelarnya misal 「社長」、「課長」、「先生」,
dll. Ini sama seperti penggunaan "bapak", "ibu",
"mas", dan "mbak" seperti pada kalimat "Bapak besok
ngajar nggak?". Kata 「先生」 bisa digunakan untuk
siapapun yang memiliki keahlian dan pengetahuan yang banyak. Contohnya orang
biasanya menggunakan 「先生」 saat memanggil dokter
dan guru (tentunya). Kamu juga bisa menambahkan nama keluarganya ke gelarnya
misalnya 「田中先生」 (Pak guru Tanaka). Kalau
misalnya hubunganmu dengan orang tersebut tidak melibatkan gelar apapun, kamu
bisa menggunakan namanya (biasanya nama keluarga) dengan ditambah 「さん」 untuk menunjukkan kesopanan. Kalau menyebut nama
keluarganya dirasa sedikit terlalu sopan dan kaku, kamu bisa juga menempelkan 「さん」 ke nama panggilannya. Versi lain 「さん」 yang lebih akrab dan santai misalnya 「くん」 dan 「ちゃん」. 「くん」 biasanya digunakan untuk nama laki-laki yang posisi
sosialnya sama atau lebih rendah. Contohnya, bos saya kadang memanggil saya 「キムくん」. 「ちゃん」 adalah cara yang
menunjukkan perhatian atau kedekatan dan digunakan pada umumnya untuk anak-anak
atau perempuan yang status sosialnya sama atau di bawah.
Catatan: Pada nama lengkap orang Jepang, yang ada di
depan adalah nama keluarganya dan yang ada di belakang adalah nama
panggilannya. Sebagai contoh, 田中れいな memiliki nama
keluarga "Tanaka" dan nama panggilan "Reina".
Menyebut orang lain dengan "kamu"
Di bahasa
Indonesia, pada situasi sopan kita biasanya tidak menggunakan "kamu"
dan lebih memilih kata-kata seperti "bapak" atau "mas".
Bahasa Jepang juga secara umum tidak menggunakan 「あなた」,
jadi hati-hati dalam menggunakannya. Dalam memanggil orang lain secara
langsung, ada tiga tingkat kesopanan di bahasa Jepang: 1) Menggunakan nama
orangnya dengan akhiran yang pas, 2) Tidak menggunakan apa-apa sama sekali, dan
3) Menggunakan 「あなた」. Kalau kamu sudah sampai ke
nomor tiga, kamu sudah berada di daerah bahaya karena bisa terdengar sembrono.
Pada umumnya, kamu tidak perlu menggunakan apa-apa karena kamu sudah jelas
sedang berbicara dengan orang tersebut. Terus-terusan mengucapkan
"kamu" akan terdengar seperti kamu sedang menyerangnya dengan tuduhan
atau semacamnya.
「あなた」 juga merupakan cara
lama bagi wanita untuk memanggil suami atau kekasihnya. Kecuali kamu wanita
separuh baya dengan suami orang Jepang, sepertinya kamu tidak akan menggunakan 「あなた」 untuk tujuan tersebut.
Inilah daftar beberapa kata yang artinya
"kamu". Kamu akan sangat jarang memerlukan kata-kata ini, terutama
yang ada di akhir-akhir daftar.
あなた - Secara umum hanya
digunakan jika tidak mungkin untuk berkontak fisik dan mengetahui nama
orangnya. Sebagai contoh, pertanyaan pada formulir akan menggunakan 「あなた」.
君 - Bisa digunakan oleh
laki-laki untuk memanggil orang lain yang menunjukkan kedekatan. Bisa juga
terasa cukup kasar.
お前 - Cara yang sangat
vulgar untuk menyebut orang lain. Umumnya digunakan oleh laki-laki dan diubah
menjadi 「おめえ」.
あんた - Cara memanggil orang
yang menunjukkan sikap sok dan kedekatan dengan lawan bicaranya. Orang yang
menggunakannya mungkin agak jengkel dengan sesuatu.
手前 - Sangat-sangat kasar.
Seperti 「お前」, untuk menambahkan sedikit efek
orang akan mengatakannya 「てめ~~」. Terdengar seperti
kamu ingin menghajar seseorang. Saya hanya pernah menjumpainya di buku dan
film. Kalau kamu mencobanya ke teman-teman Jepangmu untuk bercanda, mungkin
mereka akan tertawa dan mengatakan bahwa kamu terlalu banyak membaca komik.
貴様 - Menunjukkan kebencian
dan kemarahan terdalam. Kedengarannya seperti kamu ingin menghabisi orang
tersebut. Saya juga hanya pernah menemuinya di komik, dan membahasnya di sini
agar kamu juga bisa menikmati komik!
Menyebut pihak
ketiga
"Dia"
pada bahasa Jepang dibedakan berdasar jenis kelamin. Jika yang dibicarakan
adalah laki-laki maka yang digunakan adalah 「彼」,
sedangkan untuk perempuan yang dipakai adalah 「彼女」.
Perhatikan bahwa 「彼」 dan 「彼女」 juga bisa berarti pacar. Jadi bagaimana membedakannya?
Tentunya dengan konteks. Contohnya, jika seseorang bertanya 「彼女ですか?」 maka jelas bahwa yang ditanyakan adalah
"Apakah dia pacarmu?" karena "Apakah dia 'dia'?" tidak
masuk akal. Alternatif lainnya yang lebih jarang dipakai adalah 「ガールフレンド」 and 「ボーイフレンド」
dari kata bahasa Inggris "girlfriend" dan "boyfriend".
Menyebut anggota
keluarga
Menyebut anggota
keluarga sedikit lebih rumit dibanding bahasa Indonesia. (tapi bisa lebih buruk
lagi, coba saja bahasa Korea!) Agar singkat, (karena ini panduan tata bahasa
dan bukan perbendaharaan kata) yang akan dibahas hanyalah anggota keluarga
terdekat. Di bahasa Jepang, kamu menyebut anggota keluarga orang lain dengan
menggunakan versi sopannya dan di lain pihak "merendahkan" anggota
keluargamu sendiri. Ini hanya berlaku kalau kamu sedang membicarakan anggota
keluargamu dengan orang lain yang bukan keluarga. Sebagai contoh, kamu akan
menyebut ibumu sebagai 「母」 ke orang lain, namun
di rumah kamu bisa saja memanggil ibumu menggunakan kata yang lebih sopan yaitu
「お母さん」. Ada juga pemisahan antara
saudara laki-laki dan perempuan. Tabel berikut menunjukkan istilah-istilah yang
paling umum untuk anggota keluarga. Masih ada juga kemungkinan atau variasi
lain yang tidak dicakup tabel ini.
Tabel anggota keluarga Keluarga
sendiri Keluarga orang lain
Orang tua 両親 ご両親
Ibu 母 お母さん
Ayah 父 お父さん
Istri 妻 奥さん
Suami 夫 ご主人
Kakak perempuan 姉 お姉さん
Kakak laki-laki 兄 お兄さん
Adik perempuan 妹 妹さん
Adik laki-laki 弟 弟さん
Anak laki-laki 息子 息子さん
Anak perempuan 娘 娘さん
Kata lain untuk istri yaitu 「家内」
sering dianggap tidak tepat secara politis karena kanji yang digunakan adalah
"rumah" dan "dalam", yang berimplikasi bahwa istri harus
ada di dalam rumah.
Bab 13
Partikel
tanya
Isi bab ini
Pertanyaan dalam bentuk sopan
Partikel tanya pada kalimat santai
「か」 pada klausa subordinat
Menggunakan kata tanya
Pertanyaan dalam
bentuk sopan
Partikel tanya
dibahas di sini karena penggunaan utamanya adalah untuk menandakan pertanyaan
pada kalimat sopan. Walaupun sebetulnya bisa saja kita bertanya dalam bentuk
sopan dengan hanya menggunakan intonasi, pada umumnya partikel tanya
ditambahkan pada akhir kalimat untuk menandakannya. Partikel tanya tersebut
adalah aksara hiragana 「か」 dan pada bahasa
tertulis kamu tidak perlu tanda tanya. Dengan alasan yang telah dibahas
sebelumnya, jangan menggunakan deklaratif 「だ」
dengan partikel tanya ini.
Contoh 1
田中さん: お母さんはどこですか。- Ibu(mu)
di mana?
鈴木さん: 母は買い物に行きました。- Ibu
(saya) pergi belanja.
Contoh 2
キムさん: イタリア料理を食べに行きませんか。 - Pergi makan masakan Italia?
鈴木さん: すみません。ちょっと、お腹がいっぱいです。-
Maaf. Perut (saya) agak penuh.
Di sini pertanyaannya sebetulnya adalah ajakan, secara
tata bahasa mirip dengan ajakan pada bahasa Indonesia seperti "Tidakkah
kamu akan menemaniku?". 「すみません」 adalah cara yang
sopan untuk meminta maaf. Yang sedikit lebih tidak formal adalah 「ごめんなさい」 dan versi santainya hanyalah 「ごめん」.
Partikel tanya
pada kalimat santai
Sangatlah masuk
akal untuk beranggapan bahwa partikel tanya bekerja dengan cara yang persis
sama pada pembicaraan santai. Sayangnya, kenyataannya tidak seperti itu.
Partikel tanya 「か」 umumnya tidak digunakan di
pembicaraan santai untuk membuat pertanyaan sebenarnya. Dia sering dipakai
untuk berpikir apakah sesuatu itu benar atau tidak. Tergantung konteks dan
intonasinya, dia juga bisa dipakai untuk membuat pertanyaan retoris atau
menyatakan sarkasme. Hasilnya bisa terdengar cukup kasar jadi kamu perlu
hati-hati untuk menggunakan 「か」 pada bentuk santai.
Contoh
(1) こんなのを本当に食べるか?
- Emang kamu pikir (dia) beneran bakal makan kaya
ginian?!
(2) そんなのは、あるかよ!
- Emang aku keliatan kaya orang yang punya kaya gituan?!
Sebagai ganti 「か」, pertanyaan umum di gaya bahasa santai menggunakan
partikel penjelasan の atau tidak menggunakan
apapun kecuali intonasi yang naik, sebagaimana telah kita pelajari di
bagian-bagian sebelumnya.
(1) こんなのを本当に食べる?
- Kamu beneran mau makan kaya ginian?
(2) そんなのは、あるの?
- Kamu punya yang kaya itu nggak?
「か」 pada klausa subordinat
Penggunaan lain
partikel tanya berikutnya adalah tata bahasa yang dipakai di gaya bicara
manapun, sopan maupun santai. Partikel tanya yang ditambahkan di akhir klausa
subordinat membuatnya menjadi pertanyaan mini di dalam kalimat yang lebih
besar. Ini memungkinkan pembicara berbicara tentang suatu pertanyaan.
Contohnya, kamu bisa berbicara tentang pertanyaan "Apa yang aku makan hari
ini?" Pada contoh berikut pertanyaan yang dibicarakan ditandai dengan
merah.
(1) 昨日何を食べたか忘れた。- Lupa apa
yang kumakan kemarin.
(2) 彼は何を言ったかわからない。- Nggak
ngerti apa yang dia omongin.
(3) 先生が学校に行ったか教えない? -
Tidakkah kamu akan memberi tahuku apa guru pergi ke sekolah?
Pada kalimat seperti (3)
pertanyaannya memiliki jawaban ya/tidak, dan pada kasus tersebut cukup umum
(tapi tidak wajib) untuk menambahkan 「どうか」.
Ini sama dengan mengatakan "apakah ... atau tidak" di bahasa
Indonesia. Kamu juga bisa menambahkan pilihan lainnya juga untuk mengatakan hal
yang sama.
(1) 先生が学校に行ったかどうか知らない。- Tidak tahu apakah guru pergi ke
sekolah atau tidak..
(2) 先生が学校に行ったか行かなかったか知らない。-
Tidak tahu apakah guru pergi ke sekolah atau tidak pergi.
Menggunakan kata tanya
Karena kita
kebetulan sedang membahas tentang pertanyaan, ini saat yang bagus untuk melihat
beberapa kata tanya (di mana, siapa, apa, dll.) dan apa artinya pada berbagai
konteks. Lihatlah apa efek menambahkan partikel tanya ke kata dasarnya.
Kata TanyaKata+Partikel tanya Arti
誰か seseorang
何か sesuatu
いつか suatu waktu
どこか suatu tempat
どれか salah satu dari pilihan yang ada
Seperti yang bisa
kamu lihat dari contoh-contoh berikut, kamu bisa memperlakukannya bagai nomina
biasa.
(1) 誰かがおいしいクッキーを全部食べた。-
Seseorang makan semua kue enaknya.
(2) 誰が盗んだのか、誰か知りませんか。- Apa
ada seseorang yang tahu siapa yang mencurinya?
(3) 犯人をどこかで見ましたか。- Apakah
kamu melihat penjahatnya di suatu tempat?
(4) この中からどれかを選ぶの。-
(Menjelaskan) Pilih salah satu di antara [beberapa pilihan berikut].
Kata tanya dengan arti inklusif
Kata-kata yang
sama seperti pada pada tabel di atas bisa digabung dengan 「も」 pada kalimat negatif untuk berarti "tidak
siapapun" (誰も), "tidak ada apapun" (何も), "tidak di manapun" (どこも),
dll.
「誰も」 dan 「何も」 digunakan terutama untuk kalimat negatif. Menariknya,
tidak ada cara untuk mengatakan "semua", baik orang maupun hal umum,
menggunakan kata tanya. Yang digunakan adalah kata-kata khusus seperti 「みんな/みなさん」 dan 「全部」.
Tiga kata sisanya, 「いつも」
(artinya "selalu"), 「どれも」 (artinya "yang
manapun"), dan 「どこも」 (artinya "di
mana-mana") bisa digunakan di kalimat negatif maupun positif.
Kata InklusifKata+も Arti
誰も tidak siapapun (hanya kalimat negatif)
何も tidak ada apapun (hanya kalimat negatif)
いつも selalu
どこも di mana-mana
どれも yang manapun (semua pilihan)
(1) この質問の答えは、誰も知らない。- Tidak ada yang tahu jawaban dari
pertanyaan ini.
(2) 友達はいつも遅れる。 - Teman
selalu telat.
(3) ここにあるレストランはどれもおいしくない -
Restoran manapun di sini semuanya tidak ada yang enak.
(4) 今週末は、どこにも行かなかった。-
Tidak pergi ke manapun akhir minggu ini.
(Secara tata
bahasa, 「も」 ini sama dengan partikel topik 「も」 jadi partikel target 「に」
harus diletakkan sebelum partikel 「も」.)
Kata tanya yang artinya "apapun"
Kata-kata tanya
yang sama jika digabung 「でも」 artinya
"apapun". Yang perlu diperhatikan adalah bahwa 「何でも」 dibaca 「なんでも」
dan bukan 「なにでも」.
Kata untuk "apapun"Kata+でも Arti
誰でも Siapapun
何でも Apapun
いつでも Kapanpun
どこでも Di manapun
どれでも Yang manapun
(1) この質問の答えは、誰でも分かる。- Siapapun mengerti jawaban pertanyaan
ini.
(2) 昼ご飯は、どこでもいいです。-
Tentang makan siang, di manapun OK.
(3) あの人は、本当に何でも食べる。- Orang
itu benar-benar makan apapun.
Bab 14
Sambung-menyambung
menjadi satu
Isi bab ini
Kalimat gabungan
Menyatakan serangkaian keadaan
Menyatakan serangkaian verba menggunakan bentuk-te
Menyatakan alasan atau sebab-akibat 「から」 menggunakan 「ので」
Mengggunakan 「のに」
yang berarti "walaupun"
Menyatakan kontradiksi menggunakan 「が」 dan 「けど」
Menyatakan banyak alasan menggunakan 「し」
Menyatakan banyak aksi atau keadaan menggunakan 「~たりする」
Kalimat gabungan
Di bagian ini,
kita akan belajar banyak cara untuk menggabungkan banyak kalimat sederhana
menjadi satu kalimat kompleks. Sebagai contoh, kita akan mempelajari cara
merantai kalimat-kalimat yang terpisah menjadi satu untuk menyatakan banyak
aksi atau keadaan. Dengan kata lain, misalnya kita punya dua kalimat sederhana
dengan subjek yang sama "Saya makan" dan "Saya berlari",
maka kita akan belajar cara menyatukannya menjadi "Saya makan dan
berlari." Kita juga akan mempelajari cara melakukan hal yang sama untuk
adjektiva dan nomina. (Misalnya: Dia kaya, tampan, dan menarik.)
Menyatakan serangkaian keadaan
Merantai nomina
dan adjektiva untuk menggambarkan orang atau benda sangatlah mudah. Sebagai
contoh, di bahasa Indonesia kita bisa menggabungkan "Dia X. Dia Y. Dia
Z." menjadi satu kalimat "Dia X, Y, dan Z." karena subjeknya
sama. Di bahasa Jepang, kita bisa melakukan hal yang sama dengan
mengkonjugasikan nomina atau adjektivanya. Nomina atau adjektiva yang muncul
terakhir akan tetap sama.
Cara merantai nomina
dan adjektiva menjadi satu
Nomina dan adjektiva-na: Tempelkan 「で」 ke akhir nomina atau adjektiva.
例) 一般的 → 一般的で
例) 静か → 静かで
Adjektiva-i dan nomina/adjektiva negatif: Ganti 「い」 dengan 「くて」.
※Untuk 「いい」 dan 「かっこいい」, perkecualian 「い→よ」 juga berlaku di sini.
例) 狭い → 狭くて
例) 彼女じゃない → 彼女じゃなくて
例) いい → よくて
Contoh
(1) 私の部屋は、きれいで、静かで、とても好き。
- Kamar saya bersih, hening, dan saya sangat suka.
(2) 彼女は、学生じゃなくて、先生だ。
- Dia bukan murid, dia guru.
(3) 田中さんは、お金持ちで、かっこよくて、魅力的ですね。
- Tanaka-san kaya, keren, dan mempesona ya?
Kamu bisa lihat bahwa 「で」
yang ditempelkan ke 「お金持ち」 di sini tidak
mungkin partikel konteks 「で」 karena tidak ada verba
yang terlibat. Mungkin akan memudahkan jika kamu menganggap 「で」 hanyalah suatu bentuk dari 「だ」
yang digunakan untuk membentuk rantai.
Menyatakan serangkaian verba menggunakan bentuk-te
Dengan cara yang
mirip, kamu bisa menyatakan serangkaian aksi. Biasanya hal tersebut berarti
runtutan kejadian. (Saya melakukan X, lalu saya melakukan Y, lalu terakhir
melakukan Z) Ada dua bentuk: positif dan negatif. Aspek waktu (misal bentuk
lampau) dari seluruh aksinya ditentukan melalui verba yang terakhir.
Cara merantai
verba menjadi satu
Positif: Konjugasikan verba ke bentuk lampaunya lalu
ganti 「た」 dengan 「て」
atau 「だ」 dengan 「で」.
Ini akan kita sebut bentuk-te walaupun bisa juga berakhiran 'de'.
Negatif: Sama seperti adjektiva-i, ganti 「い」 dengan 「くて」.
Aturan ini juga bisa digunakan untuk akhiran sopan 「です」 dan 「ます」.
例) 学生です → 学生でした → 学生でして
例) 買います → 買いました → 買いまして
Contoh konjugasiBentuk lampau Bentuk-te
食べた 食べて
行った 行って
した して
遊んだ 遊んで
飲んだ 飲んで
Negatif Bentuk-te
食べない 食べなくて
行かない 行かなくて
しない しなくて
遊ばない 遊ばなくて
飲まない 飲まなくて
Examples
(1) 食堂に行って、昼ご飯を食べて、昼寝をする。
- Saya akan pergi ke kafetaria, makan siang, lalu tidur
siang.
(2) 食堂に行って、昼ご飯を食べて、昼寝をした。
- Saya pergi ke kafetaria, makan siang, lalu tidur siang.
(lampau)
(3) 時間がありまして、映画を見ました。
- Ada waktu dan saya menonton film. (lampau)
Menyatakan alasan
atau sebab-akibat 「から」 menggunakan 「ので」
Kamu bisa
menyambung dua kalimat lengkap menggunakan 「から」
untuk menyatakan alasan terjadinya sesuatu. Urutannya selalu [sebab] から [akibat]. Kalau alasannya adalah nomina atau
adjektiva-na yang tidak terkonjugasi, kamu harus menyatakan alasan tersebut
secara eksplisit dengan menambahkan 「だ」
sehingga bentuknya menjadi 「(nomina/adjektiva-na)だから」. Kalau kamu lupa menambahkan 「だ」
ke 「から」, maka hasilnya akan terdengar
seperti 「から」 yang berarti "dari"
yang sudah dibahas di Partikel 2.
Contoh
(1) 時間がなかったからパーティーに行きませんでした。
- Karena tidak ada waktu, maka tidak pergi ke pesta.
(2) 友達からプレゼントが来た。
- Hadiah datang dari teman.
(3) 友達だからプレゼントが来た。
- Karena (orang itu) teman, maka hadiah datang. (Kalimat
ini artinya agak aneh)
Alasan atau akibatnya bisa dihilangkan jika sudah
diketahui dari konteks sebelumnya. Jika bagian akibat dihilangkan pada bahasa
sopan, 「から」 di akhir kalimat dianggap sebagai
nomina biasa dan 「です」 ditambahkan. Kalau
bagian sebab dihilangkan, kamu harus mendahuluinya dengan 「だ」 atau 「です」.
田中さん) どうしてパーティーに行きませんでしたか。-
Kenapa kamu tidak pergi ke pesta?
山田さん) 時間がなかったからです。- Karena
saya tidak ada waktu.
一郎) パーティーに行かなかったの?- Kamu
nggak pergi ke pesta?
直子) うん、時間がなかったから。- Iya.
Soalnya nggak ada waktu.
(1) 時間がなかった。- Aku nggak
ada waktu.
(2) だからパーティーに行かなかったの? -
Makannya kamu nggak pergi ke pesta ya?
Perhatikan bahwa 山田さん
dan 直子 bisa saja menggunakan partikel
pemberi penjelasan 「の」 untuk menyatakan hal
yang sama. Dengan kata lain, 山田さん juga bisa mengatakan,
「時間がなかったのです」 atau 「時間がなかったんです」 sementara 直子
bisa saja mengatakan 「時間がなかったの」 (kita asumsikan
dia ingin memakai bentuk yang lebih feminim). Justru dari sinilah kemungkinan
asal mula bentuk 「ので」. Katakan saja kita
ingin menggabungkan dua kalimat berikut: 「時間がなかったのだ」
dan 「パーティーに行かなかった」. Ingat bahwa kita
menganggap 「の」 persis seperti nomina jadi kita
bisa gunakan apa yang baru saja dipelajari di bab ini.
(1) 時間がなかったのだ+パーティーに行かなかった
menjadi:
(2) 時間がなかったのでパーティーに行かなかった。
Bahkan, 「ので」 dan 「から」 sebetulnya hampir selalu bisa saling ditukar, dengan
sedikit perbedaan nuansa. 「から」 secara tegas
menyatakan bahwa kalimat sebelumnya adalah sebab terjadinya sesuatu. Di lain
pihak 「ので」 hanyalah menggabungkan dua
kalimat, dengan kalimat pertama memiliki nada penjelasan. Perbedaan ini
menyebabkan 「ので」 terdengar lebih halus dan sedikit
lebih sopan, sehingga lebih digunakan untuk kasus-kasus di mana kita melakukan
sesuatu yang mungkin kurang sopan.
(1) ちょっと忙しいので、そろそろ失礼します。
- Saya agak sibuk, jadi sebentar lagi akan pamit.
(「失礼します」, yang arti
literalnya "Saya melakukan hal sembrono", adalah ungkapan yang umum
digunakan saat akan pulang duluan atau saat mengganggu waktu orang lain.)
Catatan: Jangan
lupa bahwa pemberi penjelasan 「の」 memerlukan 「な」 untuk nomina dan adjektiva-na yang tidak terkonjugasi.
Baca lagi Partikel 3 untuk penjelasan lengkapnya.
(1) 私は学生なので、お金がないんです。
- Saya murid, jadi tidak punya uang (lit: uang tidak
ada).
(2) ここは静かなので、とても穏やかです。
- Di sini hening, jadi sangat tenang.
(3) なので、友達に会う時間がない。
- Karena itu maka tidak ada waktu untuk bertemu teman.
Sebagaimana partikel pemberi penjelasan 「の」 bisa disingkat menjadi 「ん」,
di pembicaraan 「ので」 bisa juga berubah jadi 「んで」 karena memang lebih praktis untuk diucapkan daripada
harus menyuarakan / o /-nya.
(1) 時間がなかったんでパーティーに行かなかった。
- Tidak ada waktu, jadi tidak pergi ke pesta.
(2) ここは静かなんで、とても穏やかです。
- Di sini hening, jadi sangat tenang.
(3) なんで、友達に会う時間がない。
- Karena itu maka tidak ada waktu untuk bertemu teman.
Mengggunakan 「のに」
yang berarti "walaupun"
Secara tata
bahasa, 「のに」 digunakan dengan cara yang sama
seperti 「ので」. Jika digunakan untuk
menggabungkan dua kalimat sederhana, artinya menjadi "Walaupun [Kalimat
1], namun [Kalimat 2]." Cara menyusunnya di bahasa Jepang adalah: [Kalimat
1]のに[Kalimat 2].
Contoh
(1) 毎日運動したのに、全然痩せなかった。
- Walaupun berolahraga tiap hari, tapi tidak tambah kurus
sedikitpun.
(2) 学生なのに、彼女は勉強しない。
- Walaupun murid, tapi dia tidak belajar.
Menyatakan kontradiksi menggunakan 「が」 dan 「けど」
Digunakan dengan
cara yang sama seperti 「から」 dan 「ので」, 「が」 dan 「けど」 juga digunakan untuk untuk menggabungkan dua kalimat.
Keduanya digunakan untuk menyatakan kontradiksi. Sama seperti 「から」, deklaratif 「だ」
diperlukan untuk nomina dan adjektiva-na. Lalu sama seperti 「から」 dan 「ので」, salah satu sisi
kalimat bisa dihilangkan.
Contoh
(1) デパートに行きましたが、何も欲しくなかったです。
- Saya pergi ke department store tapi tidak ada apapun
yang saya inginkan.
(2) 友達に聞いたけど、知らなかった。
- Saya bertanya ke teman, tapi dia tidak tahu.
(3) 今日は暇だけど、明日は忙しい。
- Saya kosong hari ini tapi besok sibuk.
(4) だけど、彼がまだ好きなの。
- Mungkin begitu, tapi saya tetap suka dia. (nuansa
menjelaskan, feminim)
Mungkin aneh, tapi 「聞く」
bisa berarti "mendengar" maupun "bertanya". Kamu mungkin
merasa ini akan sangat membuat pusing, tapi biasanya arti yang diinginkan bisa
diketahui dari konteks. Di (2), kita asumsikan
temannya yang tidak tahu, jadi di kalimat tersebut ceritanya pembicaranya yang
bertanya ke temannya. Namun konteks sangatlah penting karena kalimat ini juga
bisa saja berarti, "Saya mendengar dari teman, tapi saya tidak tahu"
karena subjek maupun topiknya tidak disebutkan.
Mirip seperti beda 「から」
dengan 「ので」, 「が」
terdengar lebih halus dan sedikit lebih sopan dari 「けど」.
Walaupun bukan aturan saklek, tapi secara umum kita akan sering melihat 「が」 ditempelkan ke akhiran 「~ます」
atau 「~です」 dan 「けど」
ditempelkan ke akhiran biasa. Versi yang lebih formal dari 「けど」 adalah 「けれど」
dan bahkan ada yang lebih formal lagi yaitu 「けれども」
yang akan kita pelajari saat membahas ekspresi formal.
Tidak seperti kata "tapi" di bahasa Indonesia
yang hanya terbatas pada kontradiksi, 「けど」
dan 「が」 tidak selalu menyatakan
kontradiksi kuat. Sering kali, terutama saat membawa topik baru, 「けど」 dan 「が」 digunakan hanya
sebagai penghubung dua kalimat saja. Sebagai contoh, pada kedua kalimat di
bawah tidak ada kontradiksi apapun dan 「が」
maupun 「けど」 hanya digunakan untuk
menghubungkan kalimatnya saja. Pada kasus-kasus tersebut, seringkali artinya
lebih mirip "dan" pada bahasa Indonesia.
(1) デパートに行きましたが、いい物がたくさんありました。
- Saya pergi ke department store dan banyak barang bagus.
(2) マトリックスを見たけど、面白かった。
- Saya menonton "The Matrix" dan film itu
menarik.
Menyatakan banyak
alasan menggunakan 「し」
Saat kamu ingin
mendaftar banyak alasan, kamu bisa melakukannya dengan menambahkan 「し」 ke akhir masing-masing klausa subordinatnya. Alasan
tersebut bisa berupa keadaan maupun aksi. Ini sangat mirip dengan partikel 「や」, tetapi menyatakan alasan untuk verba dan keadaan
benda. Sekali lagi, untuk keadaan benda 「だ」
harus digunakan pada nomina dan adjektiva-na yang tidak terkonjugasi untuk
menyatakan alasannya secara tegas. Mari kita lihat beberapa contoh.
(1) どうして友達じゃないんですか?-
Kenapa dia bukan teman? (meminta penjelasan)
(2) 先生だし、年上だし・・・。- Soalnya
dia guru, terus lebih tua...
(1) どうして彼が好きなの?- Kenapa
(kamu) suka dia?
(2) 優しいし、かっこいいし、面白いから。-
Karena dia baik, keren, dan menarik (dan mungkin masih ada alasan yang lain
juga).
Perhatikan bahwa 「優しくて、かっこよくて、面白いから。」
juga bisa saja digunakan. Tapi seperti beda antara partikel 「と」 dengan 「や」, penggunaan 「し」 mengandung makna bahwa mungkin masih ada alasan lain.
Menyatakan banyak aksi atau keadaan menggunakan 「~たりする」
Ini adalah versi 「や」 yang digunakan untuk verba. Kamu bisa membuat daftar
contoh verba yang mungkin hanya sebagian dari serangkaian aksi lengkapnya
dengan cara mengkonjugasikan verbanya ke bentuk lampau lalu menambahkan 「り」. Di akhir, kamu perlu menambahkan verba 「する」. Seperti partikel 「や」,
aspek waktunya ditentukan oleh verba di akhir yang dalam kasus ini selalu 「する」 (karena memang aturannya adalah menempelkan verba ini
di akhir).
Kamu juga bisa menggunakan ini dengan keadaan benda untuk
menyatakan bahwa sesuatu bisa berupa satu hal di satu waktu dan bisa juga
menjadi hal lain di waktu lainnya (dan mungkin hal-hal lain lagi yang tidak
disebutkan). Sama seperti verba, kamu hanya perlu mengubah tiap nomina atau
adjektivanya ke bentuk lampau lalu menempelkan 「り」.
Terakhir tambahkan 「する」 di akhir.
Aturan untuk membuat daftar verba dari suatu daftar yang
lebih besar 「~たりする」
Verba - Konjugasikan tiap verba ke bentuk lampau lalu
tambahkan 「り」. Terakhir, tambahkan 「する」 di paling belakang.
例) 食べる、飲む
→ 食べた、飲んだ → 食べたり、飲んだり
→ 食べたり、飲んだりする
Keadaan benda - Konjugasikan masing-masing nomina atau
adjektivanya ke bentuk lampau lalu tambahkan 「り」.
Terakhir, tambahkan 「する」 di paling belakang.
例) 簡単、難しい
→ 簡単だった、難しかった → 簡単だったり、難しかったり
→ 簡単だったり、難しかったりする
(1) 映画を見たり、本を読んだり、昼寝したりする。
- Saya menonton film, membaca buku, tidur siang, dan yang
lainnya.
(2) この大学の授業は簡単だったり、難しかったりする。
- Kelas-kelas di universitas ini kadang mudah, kadang
susah (dan mungkin terkadang yang lainnya, lucu misalnya).
Aspek waktu maupun bentuk positif/negatifnya ditentukan
oleh 「する」 di paling akhir.
(3) 映画を見たり、本を読んだりした。
- Saya melakukan hal-hal semacam menonton film dan
membaca buku.
(4) 映画を見たり、本を読んだりしない。
- Saya tidak melakukan hal-hal semacam menonton film dan
membaca buku.
(5) 映画を見たり、本を読んだりしなかった。
- Saya tidak melakukan hal-hal semacam menonton film dan
membaca buku. (lampau)
BAB 15
Untunglah!
Aku tahu pasti ada gunanya mempelajari hal tersebut
Isi bab ini
Kegunaan lain bentuk-te
Menggunakan 「~ている」
untuk keadaan berlanjut
Hasil berlanjut dan bukan aksi berlanjut
Menggunakan 「~てある」
untuk keadaan hasil
Menggunakan 「~ておく」
sebagai persiapan untuk waktu mendatang
Menggunakan verba gerakan (行く、来る)
dengan bentuk-te
Kegunaan lain
bentuk-te
Bentuk-te
sangatlah berguna karena dia digunakan di berbagai macam tata bahasa untuk
menyatakan beragam ekspresi. Kita akan mempelajari keadaan berlanjut dengan
bentuk 「~ている」 dan 「~てある」.
Walaupun kita telah belajar berbagai konjugasi verba, semuanya menyatakan aksi
sesaat (sekali tembak). Sekarang kita akan belajar cara mengatakan misalnya
"Saya sedang berlari." Kita juga akan belajar cara melakukan aksi
demi masa depan dengan menggunakan 「~ておく」
dan memberi nuansa gerakan pada aksi dengan 「~ていく」
dan 「~てくる」.
Menggunakan 「~ている」
untuk keadaan berlanjut
Kita telah belajar
cara menyatakan keadaan benda dengan 「です」,
「だ」, dsb. Tapi tidak ada dimensi
keberlanjutan pada tata bahasa tersebut; yang ada hanyalah mengungkapkan: kamu
adalah sesuatu atau bukan. Tata bahasa kali ini menyatakan keadaan berlanjut
suatu verba. Ini biasanya berarti "sedang melakukan" di bahasa
Indonesia kecuali beberapa perkecualian yang akan kita pelajari nanti. Kita
bisa memanfaatkan bentuk-te yang dipelajari di bab sebelumnya karena yang perlu
dilakukan hanyalah menambahkan 「いる」! Hasil gabungannya
adalah verba-ru biasa.
「いる」 yang dipakai di sini
adalah verba-ru yang menyatakan adanya sesuatu, pertama kali kita pelajari di
bab verba negatif. Tapi dalam penggunaan kali ini, kamu tidak perlu memusingkan
apakah subjeknya benda hidup atau bukan.
Menggunakan 「~ている」
untuk keadaan berlanjut
Untuk menyatakan aksi berlanjut, pertama konjugasikan
verbanya ke bentuk-te lalu tempelkan verba 「いる」.
Hasilnya berkonjugasi sebagai verba-ru.
例) 食べる → 食べて → 食べている
例) 読む → 読んで → 読んでいる
Hasilnya adalah verba-ru, tanpa peduli apa verba aslinya Positif Negatif
Taklampau 読んでいる sedang
membaca 読んでいない tidak sedang membaca
Lampau 読んでいた sedang
membaca
(lampau) 読んでいなかった tidak
sedang membaca
(lampau)
Contoh
(1) 友達は何をしているの?- Teman(mu)
sedang melakukan apa?
(2) 昼ご飯を食べている。- (temanku)
sedang makan siang.
Tentu saja setelah kamu mengubahnya menjadi verba-ru
biasa dengan cara seperti ini, semua konjugasinya berlaku. Contoh berikut
menunjukkan konjugasi bentuk-masu dan negatif:
(1) 何を読んでいる?- (Kamu)
sedang membaca apa?
(2) 教科書を読んでいます。- (Saya)
sedang membaca buku pelajaran.
(1) 話を聞いていますか。- Apakah
kamu sedang mendengarkan? (lit: Apakah kamu sedang mendengarkan pembicaraanku?)
(2) ううん、聞いていない。- Tidak,
tidak sedang mendengarkan.
Perhatikan bahwa pada kasus terakhir, bahasa Indonesia
yang lebih alami adalah tanpa menggunakan "sedang", misalnya
"Kamu ndengerin nggak sih?!?" Walaupun begitu, cara berpikir bahasa
Jepangnya yang menggunakan 「~ている」 pun seharusnya bisa
dengan mudah dimengerti karena pada waktu tersebut memang orangnya
"sedang" mendengarkan (atau tidak).
Karena orang biasanya terlalu malas menggerakkan lidahnya
untuk membunyikan 「い」 dengan benar, di
situasi yang santai 「い」-nya bisa dibuang
begitu saja. Ini adalah kepraktisan untuk berbicara. Kalau kamu sedang menulis
esai atau karya tulis, kamu harus selalu menggunakan 「い」.
Inilah versi yang disingkat dari contoh-contoh sebelumnya:
(1) 友達は何をしてるの?- Teman(mu)
sedang melakukan apa?
(2) 昼ご飯を食べてる。- (temanku)
sedang makan siang.
(1) 何を読んでる?- (Kamu) sedang
membaca apa?
(2) 教科書を読んでいます。- (Saya)
sedang membaca buku pelajaran.
(1) 話を聞いていますか。- Apakah
kamu sedang mendengarkan? (lit: Apakah kamu sedang mendengarkan pembicaraanku?)
(2) ううん、聞いてない。- Tidak,
tidak sedang mendengarkan.
Perhatikan bahwa saya tetap menggunakan 「い」 untuk bentuk sopan. Walaupun tentunya orang juga
membuang 「い」-nya pada bentuk sopan, mungkin
sebaiknya kamu membiasakan diri berbicara dengan bentuk standardnya sebelum
asyik terbawa penyingkatan-penyingkatan santai. Kamu benar-benar akan terkejut
mengetahui banyaknya penyingkatan yang mungkin di pembicaraan santai. (Kamu
juga akan kagum bahwa semua hal menjadi sangat panjang di gaya bicara super
sopan) Pada intinya, penyingkatan-penyingkatan itu terjadi kalau kamu
mengucapkan segala sesuatunya dengan malas-malasan dan menyambung semuanya
menjadi satu. Partikel-partikel di sana-sini juga akan dibuang.
Contohnya:
(1) 何をしているの?(Repot banget
sih ada partikel segala...)
(2) 何しているの? (Uh, males
rasanya ngebunyiin semua vokalnya.)
(3) 何してんの? (Ah, sempurna.)
Hasil berlanjut
dan bukan aksi berlanjut
Ada beberapa kasus
di mana keadaan berlanjut tidak bisa diterjemahkan sebagai "sedang"
pada kerangka berpikir bahasa Indonesia. Ini karena sebetulnya ada ambigu
mengenai "apa" yang sedang berlanjut pada bentuk 「~ている」: aksinya ataukah hasil aksinya. Maksud sebenarnya
bisa diketahui dari konteks dan penggunaan umumnya. Sebagai contoh, walaupun 「結婚している」 secara teknis bisa berarti bahwa suatu pasangan
"sedang" melakukan akad nikah (aksi), biasanya ungkapan tersebut
digunakan untuk mengacu pada orang yang "telah" melakukan akad nikah
dan saat ini sedang berada pada "status" menikah yang terlahir dari
aksi akad nikah tersebut (hasil).
(1) 彼女は結婚しています - Dia sudah
menikah/Dia berkeluarga. (kalau dijabarkan: Dia "telah" melakukan
aksi akad nikah, sehingga "hasilnya" statusnya berubah dari single
menjadi menikah, dan status tersebut "berlanjut" sampai sekarang.
Jadi 「~ている」 di sini menyatakan aspek
keberlanjutan hasilnya.)
Kita akan membahas beberapa verba umum yang sering
membuat pelajar bahasa Jepang bingung dalam aspek ini.
「知る」
「知る」 artinya
"tahu". Bahasa Indonesia sebetulnya aneh karena "tahu"
adalah suatu verba, padahal fungsinya lebih pada menyatakan keadaan punya
pengetahuan. Bahasa Jepang lebih konsisten dan 「知る」
hanyalah verba aksi biasa. Dengan kata lain, aku "tahu" (aksi, misal
mendengar berita) sesuatu sehingga sekarang aku tahu hal tersebut (keadaan).
Inilah alasannya kenapa kata "tahu" bahasa Indonesia berpadanan
dengan keadaan berlanjut di bahasa Jepang, yaitu: 「知っている」.
「知る」 vs 「分かる」
「分かる」 yang berarti
"paham/mengerti" mungkin kedengarannya mirip dengan 「知る」 di kasus-kasus tertentu. Namun ada perbedaan nyata
antara "tahu" dan "paham". Jangan sampai menukar-balikkan 「知っている」 dengan 「分かっている」.
「分かっている」 artinya kamu sudah berada di
keadaan paham. Dengan kata lain, kamu sudah "ngeh". Kalau kamu salah
menggunakan kata ini, kamu akan terdengar sok. ("Iya, iya, aku dah ngerti
kok. Jadi plis deh jangan ngomong lagi.") Tapi di lain sisi, 「知っている」 hanya berarti bahwa kamu tahu sesuatu.
Contoh
(1) 今日、知りました。- Saya
mengetahuinya hari ini. (Saya melakukan aksi "tahu" hari ini.)
(2) この歌を知っていますか?- Apakah
(kamu) tahu lagu ini?
(3) 道は分かりますか。-Apakah
(kamu) tahu jalannya? (lit: Apakah (kamu) paham jalannya?)
(4) はい、はい、分かった、分かった。 -
Iya, iya, ngerti, ngerti.
Verba Gerakan (行く、来る、etc.)
Sangatlah masuk akal kalau kamu menebak bahwa aksi 「行っている」 dan 「来ている」
berarti masing-masing "sedang pergi" dan "sedang datang".
Tapi sayangnya tidak begitu. Bentuk 「~ている」
dari verba gerakan lebih menunjuk pada urutan aksi seperti yang kita pelajari
di bab sebelumnya. Kamu menyelesaikan gerakannya, lalu sekarang kamu berada di
kondisi tersebut. (Ingat, 「いる」 adalah verba yang
menyatakan adanya benda.) Mungkin akan memudahkan kalau kamu memikirkannya
sebagai dua aksi bertahap dan terpisah: 「行って」、lalu
「いる」.
Ini tentunya sama seperti kasus 「結婚している」
yang telah kita pelajari sebelumnya. Yang berlanjut adalah hasilnya, bukan
aksinya. Dengan kata lain, penjabaran 「行っている」
adalah: Kamu "telah" melakukan aksi pergi, sehingga
"hasilnya" kamu sekarang berada di tempat tujuan, dan keadaan
"sampai tujuan" tersebut berlanjut sampai sekarang.
Contoh
(1) 鈴木さんはどこですか。-Di mana
Suzuki-san?
(2) もう、家に帰っている。- Dia sudah
di rumah. (telah pulang dan sampai sekarang ada di sana)
(3) 先に行っているよ。- Saya pergi
duluan. (Saya akan pergi dan berada di sana sebelum kamu.)
(4) 美恵ちゃんは、もう来ているよ。-
Mie-chan sudah di sini loh. (telah datang dan sampai sekarang ada di sini.)
Menggunakan 「~てある」
untuk keadaan hasil
Sebagaimana ada 「ある」 sebagai pasangan 「いる」,
ada juga bentuk 「~てある」 yang memiliki arti
khusus. Dengan mengganti 「いる」 dengan 「ある」, maksudnya bukanlah keadaan berlanjut tetapi
menyatakan hasil dari suatu aksi yang telah dikerjakan. Biasanya, ungkapan ini
digunakan untuk menjelaskan bahwa sesuatu telah selesai dilakukan. Aksi yang
diselesaikan juga membawa nuansa dilakukan sebagai persiapan untuk hal lainnya.
Contoh
Karena tata bahasa ini menyatakan keadaan dari aksi yang
telah diselesaikan, umumnya kita akan menemui partikel 「は」,
「も」, dan 「が」,
bukannya 「を」.
(1) 漢字が黒板に書いてある。 - Huruf
kanji tertulis di papan tulis. (Seseorang selesai menulisnya, dan hasilnya bisa
kamu lihat)
Perhatikan bahwa pola dasarnya yaitu 漢字を書く (menulis kanji) berubah menjadi 漢字が書いてある (kanji telah selesai ditulis dan hasilnya bisa
dilihat).
(1) 準備はどうですか。- Bagaimana
persiapannya?
(2) 準備は、もうしてあるよ。 -
Persiapannya sudah selesai. (sudah dilakukan, dan sebagai hasilnya kita bisa ke
tahap selanjutnya)
(1) 旅行の計画は終った?- Apakah
rencana perjalanannya sudah selesai?
(2) うん、切符を買ったし、ホテルの予約もしてある。-
Iya, saya tidak hanya membeli tiketnya, tapi juga sudah membooking hotelnya.
(dan sebagai hasilnya, kita bisa menginap di hotel itu)
Menggunakan 「~ておく」
sebagai persiapan untuk waktu mendatang
「~てある」 memang mengandung nuansa bahwa suatu aksi selesai
dilakukan sebagai persiapan hal lainnya. Namun 「~ておく」
secara eksplisit menyatakan bahwa suatu aksi dikerjakan (atau akan dikerjakan)
demi masa depan (sebagai suatu persiapan). Bayangkan ini: Kamu telah membuat
kue pai lezat dan kamu akan meletakkannya di dekat jendela agar menjadi dingin
sehingga bisa kamu makan setelahnya. Ini menjelaskan kenapa verba 「おく」 (置く), yang berarti
"meletakkan", bisa dipakai untuk menyatakan persiapan demi masa
depan. Walaupun 「置く」 yang berdiri sendiri
ditulis dengan kanji, kalau ditempelkan ke bentuk-te biasanya digunakan
hiragana.
Contoh
(1) 晩ご飯を作っておく。- Saya akan
membuat makan malam (sebagai persiapan, untuk dimakan nanti malam tentunya).
(2) 電池を買っておきます。- Saya akan
membeli baterai (sebagai persiapan, untuk dibawa kemah misalnya).
「~ておく」 juga kadang
disingkat 「~とく」 demi kemudahan.
(1) 晩ご飯を作っとく。- Saya akan
membuat makan malam (sebagai persiapan, untuk dimakan nanti malam tentunya).
(2) 電池を買っときます。- Saya akan
membeli baterai (sebagai persiapan, untuk dibawa kemah misalnya).
Menggunakan verba
gerakan (行く、来る)
dengan bentuk-te
Kamu juga bisa
menggunakan verba gerakan "pergi" (行く)
dan "datang" (来る) dengan bentuk-te,
untuk menunjukkan bahwa aksi dasarnya dilakukan dengan unsur gerakan. Contoh
yang paling umum dan berguna dari hal ini adalah verba 「持つ」
(memegang). 「持っている」 berarti kamu sedang dalam
keadaan memegang sesuatu (atau memiliki), sedangkan jika 「いる」 diganti menjadi 「いく」
atau 「くる」 maka artinya menjadi kamu pergi
atau datang membawa sesuatu. Tentu saja, konjugasinya sama dengan 「行く」 dan 「来る」 biasa.
Contoh
(1) 鉛筆を持っている?- Apakah
(kamu) punya pensil?
(2) 鉛筆を学校へ持っていく?- Apakah
(kamu) akan pergi membawa pensil ke sekolah?
(3) 鉛筆を家に持ってくる?- Apakah
(kamu) akan datang membawa pensil ke rumah?
Untuk contoh-contoh tersebut, mungkin akan lebih mudah
kalau kamu memikirkannya sebagai rentetan aksi: pegang lalu pergi, atau pegang
lalu datang. Inilah beberapa contoh lain:
(1) お父さんは、早く帰ってきました。- Ayah
pulang cepat.
(2) 駅の方へ走っていった。- Berlari
menuju arah stasiun.
Pada contoh di atas, sebetulnya verba seperti 帰る dan 走る secara implisit sudah
mengandung makna perpindahan tempat. Namun tanpa verba gerakan, kesannya
hanyalah satu titik waktu di mana aksi tersebut berlangsung (bayangkan melihat
foto orang berlari). Penambahan 行く maupun 来る di sini membuat kesan
"bergerak" tersebut lebih kentara dan hidup.
Verba gerakan juga bisa digunakan di ekspresi waktu untuk
memberikan gambaran waktu yang maju atau bergerak.
(1) 冬に入って、コートを着ている人が増えていきます。
- Memasuki musim dingin, orang yang menggunakan mantel
akan bertambah (seiring jalannya waktu).
Pada contoh di atas, kita bisa membayangkan bahwa seiring
dengan pergerakan waktu ke masa depan, jumlahnya secara bertahap bertambah.
(2) 一生懸命、頑張っていく!
- Saya akan berusaha (menuju masa depan) dengan seluruh
kemampuan yang ada!
(3) 色々な人と付き合ってきたけど、いい人はまだ見つからない。
- Saya telah bergaul (dari dulu sampai saat ini) dengan
bermacam-macam orang, tapi belum menemukan orang yang baik.
Di contoh atas juga terbayang, seiring majunya waktu,
penulisnya bertemu dengan orang-orang baru yang akan menjadi teman bergaulnya.
(4) 日本語をずっと前から勉強してきて、結局はやめた。
- Belajar bahasa Jepang sejak sangat lama dan pada
akhirnya berhenti.
Sebagai penutup, perlu diketahui bahwa sebagaimana 「~ている」 bisa disingkat menjadi 「~てる」,
pada pembicaraan santai bentuk 「~ていく」 juga bisa menjadi 「~てく」. Lalu, karena kanji 行く
juga memiliki bacaan alternatif ゆく,
kamu juga akan menjumpai 「~てゆく」 yang artinya tentu
saja sama dengan 「~ていく」.
BAB 16
Sekarang
kamu bisa bilang bahwa kamu bisa
Isi bab ini
Menyatakan kemampuan melakukan sesuatu
Bentuk potensial
Bentuk potensial tidak memiliki objek langsung
Apakah 「見える」 dan 「聞こえる」 perkecualian?
「ある」, perkecualian
tambahan
Menyatakan
kemampuan melakukan sesuatu
Di bahasa Jepang,
kemampuan untuk melakukan aksi tertentu dinyatakan dengan mengkonjugasikan
verbanya, bukan dengan menambahkan kata seperti "bisa" layaknya pada
bahasa Indonesia. Semua verba yang dikonjugasi ke bentuk potensial menjadi
verba-ru.
Bentuk potensial
Sekali lagi,
terdapat aturan yang berbeda untuk masing-masing dari tiga grup berikut:
verba-ru, verba-u, dan verba perkecualian. Tetapi, bentuk potensial dari verba 「する」 ("melakukan") benar-benar spesial karena dia
berubah menjadi verba yang sepenuhnya beda: 「できる」
(出来る)
Aturan untuk membuat bentuk potensial
verba-ru - Ganti 「る」
dengan 「られる」.
(例) 見る → 見られる
verba-u - Ganti huruf terakhir dari suara vokal / u / ke
suara vokal / e / yang bersesuaian lalu tambahkan 「る」.
(例) 遊ぶ → 遊べ → 遊べる
Perkecualian - 「する」
menjadi 「できる」 dan 「くる」
menjadi 「こられる」.
※Ingat bahwa semua verba potensial menjadi verba-ru.
Contoh verba-ruDasar Potensial
食べる 食べられる
着る 着られる
信じる 信じられる
寝る 寝られる
起きる 起きられる
出る 出られる
掛ける 掛けられる
調べる 調べられる
Contoh
verba-uDasar Potensial ローマ字 ローマ字
(Pot.)
話す 話せる hanasu hanaseru
書く 書ける kaku kakeru
遊ぶ 遊べる asobu asoberu
待つ 待てる matu materu
飲む 飲める nomu nomeru
取る 取れる toru toreru
死ぬ 死ねる shinu shineru
買う 買える kau kaeru
Verba
perkecualianPlain Potential
する できる
くる こられる
Sebetulnya kita juga bisa hanya menggunakan 「れる」 sebagai ganti dari bentuk lengkapnya 「られる」 untuk verba-ru. Sebagai contoh, 「食べる」 menjadi 「食べれる」
dan bukan 「食べられる」. Saya menyarankan untuk
mempelajari konjugasi benarnya 「られる」 lebih dulu karena
kemalasan bisa menjadi kebiasaan yang susah dilepas dan versi yang lebih
pendek, walaupun sering ditemui, masih dianggap slang.
Contoh
(1) 漢字は書けますか?
- Apakah kamu bisa menulis kanji?
(2) 残念だが、今週末は行けない。
- Sayang sekali, tapi saya tidak bisa pergi akhir minggu
ini.
(3) もう信じられない。
- Aku sudah tidak bisa percaya.
Bentuk potensial
tidak memiliki objek langsung
Bentuk potensial
menyatakan bahwa sesuatu bisa dilakukan namun tidak ada aksi nyata yang
sebenarnya dilakukan. Walaupun bentuk potensial tetap merupakan verba, karena
dia menyatakan keadaan sesuatu jangan menggunakan 「を」
sebagaimana pada verba aslinya. Sebagai contoh kalimat-kalimat berikut salah.
(誤) 富士山を登れた。
(誤) 重い荷物を持てます。
Inilah versi yang benarnya:
(正) 富士山が登れた。- Bisa mendaki
Gunung Fuji.
(正) 重い荷物が持てます。- Bisa
memegang barang bawaan berat.
Tentunya partikel 「は」
atau 「も」 juga bisa digunakan, tergantung
dari apa yang ingin kamu sampaikan.
Apakah 「見える」
dan 「聞こえる」
perkecualian?
Ada dua verba 「見える」 dan 「聞こえる」 yang masing-masing
berarti bahwa sesuatu terlihat dan terdengar. Kalau kamu ingin mengatakan bahwa
kamu bisa melihat atau mendengar sesuatu, kamu akan menggunakan kedua verba
ini. Tapi, pada kasus di mana kamu ingin mengatakan bahwa kamu mendapat
kesempatan melihat atau mendengar sesuatu, kamu baru akan menggunakan bentuk
potensial biasanya. Tapi pada kasus-kasus tersebut pun, akan lebih umum untuk
mengungkapkannya seperti pada contoh (3).
Contoh
(1) 今日は晴れて、富士山が見える。
- Hari ini cerah dan Gunung Fuji terlihat. (= saya bisa
melihat Gunung Fuji)
(2) 友達のおかげで、映画はただで見られた。
- Atas kebaikan teman [saya], [saya] bisa menonton
filmnya dengan gratis.
(3) 友達のおかげで、映画をただで見ることができた。
- Atas kebaikan teman [saya], [saya] bisa menonton
filmnya dengan gratis.
Kamu bisa melihat
bahwa (3) menggunakan nomina umum untuk
kejadian, dan secara literal hal tersebut berarti "kejadian menonton film
bisa dilakukan" yang pada dasarnya sama dengan 「見られる」.
Seperti sudah dijelaskan di Partikel 3, kamu juga bisa menggunakan nomina
generik 「の」 untuk menggantikan 「こと」.
(1) 友達のおかげで、映画を見るのができた。
Inilah contoh tambahan menggunakan 「聞く」. Bisakan kamu merasakan beda penggunaannya? Perhatikan
bahwa 「聞こえる」 selalu berarti
"terdengar", tidak pernah "bisa bertanya".
(1) 久しぶりに彼の声が聞けた。
- Saya bisa mendengar suaranya lagi untuk pertama kalinya
dalam waktu yang panjang.
(2) 周りがうるさくて、彼が言っていることがあんまり聞こえなかった
- Sekeliling saya berisik dan saya tidak bisa mendengar
dengan baik apa yang sedang dia katakan.
「ある」, perkecualian
tambahan
Kamu bisa
mengatakan bahwa sesuatu memiliki kemungkinan ada dengan menggabungkan 「ある」 dan verba 「得る」
untuk menghasilkan 「あり得る」. Pada dasarnya ini
berarti 「あることができる」. Hanya saja tidak ada yang
mengatakan versi panjang tersebut dan semua menggunakan 「あり得る」.
Verba ini sangat menarik karena bisa dibaca 「ありうる」
maupun 「ありえる」. Namun, semua konjugasi lainnya
seperti 「ありえない」、「ありえた」、dan 「ありえなかった」 hanya bisa dibaca menggunakan 「え」.
Contoh
(1) そんなことはありうる。
- Kejadian/hal seperti itu mungkin. (lit: bisa ada)
(2) そんなことはありえる。
- Kejadian/hal seperti itu mungkin. (lit: bisa ada)
(3) そんなことはありえない。
- Kejadian/hal seperti itu tidak mungkin. (lit: tidak
bisa ada)
(4) 彼が寝坊したこともありうるね。
- Mungkin juga dia bangun kesiangan. (lit: Kejadian bahwa
dia kesiangan juga bisa ada.)
(5) それは、ありえない話だよ。
- Itu kejadian/cerita yang tidak masuk akal. (lit:
Kejadian/cerita itu tidak bisa ada)
Bab 17
Pelajaran
ini akan menjadikanmu melakukan
Isi bab ini
Menggunakan 「する」
dan 「なる」 dengan partikel 「に」
Menggunakan 「なる」
dan 「する」 untuk nomina dan adjektiva-na
Menggunakan 「なる」
dengan adjektiva-i
Menggunakan 「なる」
dan 「する」 dengan verba
Menggunakan 「する」
dan 「なる」
dengan partikel 「に」
Kita bisa
menggunakan verba 「する」 dan 「なる」 bersamaan dengan partikel 「に」
untuk menyatakan berbagai hal yang berguna. Kita sudah sering menggunakan
partikel objek 「を」 untuk 「する」
karena sesuatu biasanya dilakukan pada sesuatu yang lain. Kita akan melihat
bagaimana artinya berubah jika partikelnya diganti menjadi 「に」. Kalau menggunakan 「なる」,
kita selalu menggunakan partikel 「に」
karena "menjadi" bukanlah aksi yang dikenakan pada sesuatu yang lain,
tetapi perubahan menuju target tertentu. Poin tata bahasa yang menarik di sini
hanyalah penggunaan 「なる」 dengan adjektiva-i
dan verba.
Menggunakan 「なる」
dan 「する」
untuk nomina dan adjektiva-na
Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, tidak ada hal baru yang perlu diangkat mengenai
penggunaan 「なる」 dengan nomina dan adjektiva-na.
Semuanya berlaku seperti yang kamu harapkan.
(1) 彼の日本語が上手になった。
- Bahasa Jepangnya menjadi mahir.
(2) 私は医者になった。
- Saya menjadi dokter.
(3) 私は有名な人になる。
- Saya akan menjadi orang terkenal.
Untuk adjektiva, penggunaan verba 「する」
dengan partikel 「に」 sudah dibahas
sebelumnya di bagian adverbia. Tapi untuk nomina, kalau kamu menggunakan verba 「する」 dengan partikel 「に」,
itu berarti kamu akan melakukan sesuatu menuju sesuatu. Di bahasa Jepang
penggunaan 「する」 seperti ini bisa berarti
"memutuskan untuk memilih [X]". Ini adalah ungkapan yang biasa
dipakai misalnya saat memesan sesuatu di menu.
(1) 私は、ハンバーガーとサラダにします。
- Saya memilih (memesan) hamburger dan salad. (lit: Saya
akan melakukan menuju hamburger dan salad)
(2) 他にいいものがたくさんあるけど、やっぱりこれにする。
- Banyak benda bagus lainnya, tapi seperti yang sudah
kuduga, aku akan memilih yang ini.
Kalau kamu merasa penggunaan di contoh (1) tersebut agak
aneh, mungkin karena di bahasa Indonesia kita biasanya tidak menggunakan verba
apapun saat memilih benda. Contohnya, kalau ditanya "Mau pesan apa?",
biasanya kita menjawab misalnya hanya "Saya nasi goreng saja."
Menggunakan 「なる」
dengan adjektiva-i
Karena partikel 「に」 adalah partikel target yang digunakan untuk nomina dan
juga adjektiva-na, kita harus menggunakan cara lain untuk menyatakan bahwa
sesuatu menjadi adjektiva-i. Karena "menjadi" menyatakan perubahan
keadaan, sepertinya masuk akal untuk mengungkapkan hal tersebut menggunakan
adverbia. Nyatanya, kalau dipikir-pikir kita sebetulnya sudah menggunakan
(semacam) adverbia di bagian lalu saat kita menggunakan 「に」
dengan adjektiva-na. Ingat, untuk mengubah adjektiva-na menjadi adverbia kita
menggunakan 「に」, namun dengan adjektiva-i kita
mengubah 「い」 di akhir menjadi 「く」.
(1) 去年から背が高くなったね。
- Sejak (dibanding) tahun lalu kamu sudah menjadi tinggi,
ya? (lit: tinggi badan menjadi tinggi)
(2) 運動しているから、強くなる。
- Karena aku berolahraga, aku akan menjadi kuat.
(3) 勉強をたくさんしたから、頭がよくなった。
- Karena aku banyak belajar, aku menjadi pandai. (lit:
kepala menjadi baik)
Menggunakan 「なる」
dan 「する」
dengan verba
Kamu mungkin
bertanya-tanya bagaimana cara menggunakan 「なる」
dan 「する」 dengan verba, karena tidak ada
cara untuk memodifikasi langsung suatu verba dengan verba lain. Solusi
sederhananya adalah dengan menambahkan nomina umum agar menjadi kejadian umum: こと (事) atau rupa/penampakan: よう (様).
"penampakan" di sini maksudnya bukan kemunculan hantu atau yang
semacamnya, tetapi mengacu pada bagaimana suatu benda atau keadaan tampak di
mata kita. Idenya sama seperti pada kalimat "tampaknya situasinya sedang
tegang" atau "Dia tampaknya rajin belajar."
Nomina-nomina tersebut tidak mengacu pada suatu hal
tertentu secara intrinsik, tetapi digunakan untuk menyatakan hal lain. Dalam
kasus ini, mereka memungkinkan kita untuk menyatakan verba sebagai nomina.
Inilah beberapa contoh cara menggunakan nomina umum tersebut dengan 「する」 dan 「なる」.
(1) 海外に行くことになった。
- Telah diputuskan bahwa aku akan pergi ke luar negeri.
(lit: Telah menjadi kejadian pergi ke luar negeri)
(2) 毎日、肉を食べるようになった。
- Aku jadi makan daging setiap hari.(lit: Aku jadi tampak
makan daging tiap hari)
(3) 海外に行くことにした。
- Aku memutuskan akan pergi ke luar negeri. (lit: Aku
melakukan menuju kejadian pergi ke luar negeri)
(4) 毎日、肉を食べるようにする。
- Aku akan mencoba makan daging tiap hari. (lit: Aku akan
melakukan menuju penampakan makan daging tiap hari)
Kamu bisa memodifikasi verba dengan 「なる」 atau 「する」 dengan cara
mengubahnya menjadi klausa nomina lebih dulu lalu berikutnya memperlakukannya
bagai nomina biasa. Cukup cerdik kan? Semoga terjemahan literalnya memberimu
gambaran asal mula arti kalimat-kalimat tersebut. Sebagai contoh, di (4) 「~ようにする」 memiliki
terjemahan bahasa Indonesian "berusaha untuk...". Namun di bahasa
Jepang, sebetulnya itu hanyalah target suatu aksi agar tampak menjadi sesuatu
hal (dalam contoh di atas, agar "tampak makan daging tiap hari").
Karena verba potensial menyatakan kemungkinan dan bukan
aksi (ingat, ini alasannya partikel 「を」
tidak bisa digunakan), verba potensial sering muncul bersama 「~ようになる」 untuk menyatakan perubahan kemampuan/keadaan. Mari
gunakan kesempatan ini untuk berlatih beberapa konjugasi verba potensial.
(1) 日本に来て、寿司が食べられるようになった。
- Setelah datang ke Jepang, aku jadi bisa makan sushi.
(2) 一年間練習したから、ピアノが弾けるようになった。
- Karena aku latihan selama 1 tahun, aku jadi bisa main
piano.
(3) 地下に入って、富士山が見えなくなった。
- Setelah masuk ke bawah tanah, Gunung Fuji menjadi tidak
kelihatan.
Bab 18
Pengandaian
Isi bab ini
Cara mengatakan "jika" di bahasa Jepang
Menyatakan sebab akibat alami dengan 「と」
Pengandaian kontekstual dengan 「なら(ば)」
Pengandaian umum dengan 「ば」
Pengandaian lampau dengan 「たら(ば)」
Bagaimana posisi 「もし」
di semua ini?
Cara mengatakan
"jika" di bahasa Jepang
Di bagian ini kita
akan fokus pada cara mengucapkan "jika" di bahasa Jepang. Kalau saja
semudah di bahasa Indonesia! Di bahasa Jepang, ada empat (coba hitung sampai
empat) cara untuk mengatakan "jika"! Untungnya konjugasinya sedikit
dan sederhana, terutama karena kamu tidak perlu dipusingkan dengan aspek waktu
Menyatakan sebab
akibat alami dengan 「と」
Pertama kita akan
membahas jenis "jika" yang paling sederhana yaitu pengandaian sebab
akibat alami. Ini berarti bahwa jika [X] terjadi, maka [Y] akan terjadi sebagai
akibat alaminya. Tidak ada keraguan, anggap seperti hukum alam. Jika saya
melepas bola di tengah udara, maka dia akan jatuh ke tanah. Jika saya mematikan
lampu di malam hari, maka jadinya akan gelap. Kita bisa menyatakannya dengan
pola berikut.
Cara menggunakan pengandaian 「と」
Tempelkan 「と」
pada sebab dan ikuti dengan akibat yang akan terjadi
= [Sebab] + と +
[Akibat]
Keadaan benda harus dinyatakan dengan eksplisit
= [Keadaan benda] + だと +
[Akibat]
Contoh
(1) ボールを落すと落ちる。
- Jika kamu menjatuhkan bola, (bola tersebut) akan jatuh.
(2) 電気を消すと暗くなる。
- Jika kamu mematikan lampu, akan menjadi gelap.
Contoh-contoh di atas dipilih untuk menunjukkan bahwa 「と」 menyatakan sebab akibat alami. Tetapi, kalaupun
pernyataannya bukan hukum alam, 「と」
tetap bisa digunakan untuk memberitahu pendengar bahwa bagaimanapun juga itulah
hasil yang diharapkan terjadi.
(1) 学校に行かないと友達と会えないよ。
- Jika kamu tidak pergi ke sekolah, kamu tidak bisa
bertemu teman-teman.
(2) たくさん食べると太るよ。
- Jika kamu banyak makan, kamu pasti akan menjadi gemuk
loh.
(3) 先生だと、きっと年上なんじゃないですか?
- Jika dia guru, pasti dia lebih tua kan?
Penggunaan pengandaian 「と」
di sini secara implisit menyampaikan maksud "pasti terjadi" yang ada
di pikiran pembicara. Pembicara berusaha menyampaikan kepada pendengar bahwa
rantai sebab-akibatnya pasti benar, bagaimanapun keadaannya.
Di contoh terakhir, kamu bisa melihat bahwa jika
[Sebab]-nya adalah keadaan benda, maka dia harus diikuti 「だ」 secara eksplisit. Sebagaimana kamu ketahui, ini berlaku
untuk semua nomina dan adjektiva-na yang tidak terkonjugasi. Gunanya adalah
untuk membedakannya dengan penggunaan lain 「と」:
(1) 先生と行く。
- Pergi bersama guru.
(2) 先生だと行く。
- Jika guru, pasti pergi.
Pengandaian
kontekstual dengan 「なら(ば)」
Pengandian
berikutnya yang relatif mudah dipahami adalah pengandaian kontekstual. Kamu
bisa menggunakan partikel ini untuk menyatakan apa yang akan terjadi pada
konteks tertentu. Sebagai contoh, jika kamu ingin mengatakan "Kalau
semuanya pergi, aku juga akan pergi" maka kamu akan menggunakan 「なら」. Dalam hal ini, konteks dalam pengambilan keputusannya
adalah "semua pergi". Pengandaian ini selalu membutuhkan konteks
terjadinya sesuatu. Sebagai contoh, kamu akan menggunakannya untuk hal-hal
semacam "Jika yang kamu maksud adalah itu, maka..." atau "Jika
kasusnya begitu, maka..."
Pada dasarnya, kamu menjelaskan apa yang akan terjadi
jika suatu kondisi dipenuhi. Ini sama saja mengatakan "Pada kasus
tertentu, maka ini yang akan terjadi". Kita akan menggunakan terjemahan
literal "Jika kasusnya" untuk menunjukkan cara berpikir ini.
「なら」 ditempelkan pada
konteks pengandaiannya. Polanya mirip pengandaian 「と」,
hanya saja jangan gunakan deklaratif 「だ」.
Cara menggunakan pengandaian 「なら」
Tempelkan 「なら」
pada konteks pengandaiannya
= [Konteks yang Diasumsikan] + なら
+ [Hasil]
Jangan tempelkan deklaratif 「だ」.
Contoh
(1) みんなが行くなら私も行く。
- Jika kasusnya adalah semua pergi, maka saya juga akan
pergi.
(2) リナさんが言うなら問題ないよ。
- Jika kasusnya adalah bahwa Rina mengatakan begitu, maka
tidak ada masalah.
Contoh Percakapan
リナ) 図書館はどこですか。
- Perpustakaan ada di mana?
ジャヤ) 図書館なら、あそこです。
- Jika yang sedang kamu bicarakan adalah perpustakaan,
maka ada di sana.
Contoh berikut salah.
(誤) 図書館だならあそこです。
Kamu juga bisa menggunakan 「ならば」
dan bukan 「なら」. Artinya sama saja, tetapi
rasanya sedikit lebih formal.
Pengandaian umum
dengan 「ば」
Pengandaian
berikutnya adalah "jika" yang biasa, tanpa asumsi atau embel-embel
maksud apapun. Hanya saja dia tidak bisa digunakan untuk nomina dan adjektiva-na.
Dari segi konjugasi, pengandaian 「ば」
cukup mudah. Untuk verba, kamu mengubah vokal / u / di akhir menjadi suara / e
/ seperti pada bentuk potensialnya. Hanya saja, yang kamu tambahkan di akhir
adalah 「ば」 dan bukan 「る」.
Aturan ini juga berlaku untuk verba-ru. Untuk adjektiva-i dan bentuk negatif
yang diakhiri 「ない」, kamu buang 「い」 di akhir dan tambahkan 「ければ」.
Aturan konjugasi 「ば」
Untuk verba, seperti pada bentuk potensial, ubah suara
vokal / u / di akhir menjadi suara / e / dan tempelkan 「ば」
(例) 食べる → 食べれ → 食べれば
(例) 待つ → 待て → 待てば
Untuk adjektiva-i dan bentuk negatif yang diakhiri 「ない」, buang 「い」
di akhir dan tambahkan 「ければ」.
(例) おかしい → おかしければ
(例) ない → なければ
Contoh
(1) 友達に会えれば、買い物に行きます。
- Jika saya bisa bertemu teman, kami akan pergi belanja.
(2) お金があればいいね。
- Jika saya punya uang, enak ya...
(3) 楽しければ、私も行く。
- Jika menyenangkan, saya juga akan pergi.
(4) 楽しくなければ、私も行かない。
- Jika tidak menyenangkan, saya juga tidak akan pergi.
(5) 食べなければ病気になるよ。
- Jika tidak makan, kamu akan sakit loh.
Pengandaian lampau dengan 「たら(ば)」
Saya menamakan
yang satu ini pengandaian lampau karena cara membentuknya adalah dengan
mengubah kata dasarnya ke bentuk lampau lalu menambahkan 「ら」. Biasanya orang juga menyebutnya pengandaian 「たら」 karena semua bentuk lampau diakhiri 「た」 jadi kalau ditambah 「ら」
pasti menjadi 「たら」. Seperti pengandaian 「ば」, ini juga pengandaian umum. Hanya saja ini bisa
digunakan untuk nomina dan adjektiva-i juga.
Aturan konjugasi 「たら(ば)」
Pertama ubah nomina, adjektiva, atau verba ke bentuk
lampaunya lalu berikutnya tambahkan 「ら」
(例) 自動 → 自動だった → 自動だったら
(例) 待つ → 待った → 待ったら
(例) 忙しい → 忙しかった → 忙しかったら
Contoh
(1) 暇だったら、遊びに行くよ。
- Kalau aku kosong, aku akan pergi main.
(2) 学生だったら、学生割引で買えます。
- Jika kamu murid, kamu bisa membelinya dengan diskon
siswa.
Untuk adjektiva-i dan verba, sangatlah susah untuk
membedakan kedua jenis pengandaian ini, dan akan lebih mudah bagi kamu untuk
menganggapnya sama. Tapi kalau kamu memaksa ingin tahu bedanya, saya menemukan
penjelasan di web yang sesuai dengan pemahaman saya. Ini teks aslinya. Intinya,
pengandaian 「たら」 menekankan pada apa yang terjadi
setelah kondisi awalnya. Inilah asalan lain saya menyebutnya pengandaian
lampau, karena kondisinya telah berada di bentuk lampau (hanya konjugasinya
saja tapi, tidak artinya). Jadi ini berarti kita lebih tertarik pada hasilnya,
bukan pada kondisinya. Di lain sisi, pengandaian 「ば」
menekankan bagian kondisinya.
Mari bandingkan
beda nuansanya.
(A) 友達に会えれば、買い物に行きます。-
Kita akan pergi belanja, kalau bisa ketemu teman.
(B) 友達に会えたら、買い物に行きます。-
Kalau bisa ketemu teman, kita akan pergi belanja.
(A) お金があればいいね。- Asyiknya,
kalau punya uang...
(B) お金があったらいいね。-
Kalau punya uang, asyiknya...
Dari konteksnya, sepertinya bentuk 「~たら」 terdengar lebih alami pada kedua contoh di atas
karena kita tidak memfokuskan pada kondisinya. Normalnya kita lebih tertarik
pada apa yang akan terjadi setelah bertemu teman atau setelah punya uang.
Pengandaian lampau adalah satu-satunya bentuk yang
membolehkan hasilnya sudah terjadi di masa lalu. Mungkin aneh mengatakan
"jika" kalau hasilnya sudah terjadi. Dan memang, pada penggunaan ini
sebetulnya maksudnya bukanlah "jika", namun hanyalah salah satu cara
untuk menyampaikan keterkejutan pada keadaan hasilnya. Ini sebetulnya bukan
pengandaian, tetapi karena konjugasinya persis sama maka sekalian saja saya
bahas di sini.
(1) 家に帰ったら、誰もいなかった。
- Saat aku pulang ke rumah, tidak ada siapa-siapa. (hasil
yang tidak diduga)
(2) アメリカに行ったら、たくさん太りました。
- Sebagai akibat pergi ke Amerika, saya menjadi sangat
gemuk. (hasil yang tidak diduga)
Kamu juga bisa
menggunakan 「たらば」 dan bukan 「たら」. Sama seperti 「ならば」,
artinya persis sama tetapi terdengar lebih formal.
Bagaimana posisi 「もし」
di semua ini?
Mungkin beberapa
dari kalian ada yang sudah kenal kata 「もし」
yang artinya "jika" dan bertanya-tanya mengenai fungsinya setelah
kita mempelajari semua tadi. Nah, kalau ingin membuat pengandaian, kalian wajib
menggunakan salah satu dari pengandaian yang sudah kita bahas barusan. 「もし」 hanyalah tambahan untuk menambah tingkat keraguan
mengenai sebab atau syarat pengandaiannya. Misalnya, kamu bisa menggunakannya
saat mengundang seseorang agar tidak terdengar sok berasumsi.
(1) もしよかったら、映画を観に行きますか?
- Mungkin kemungkinannya satu banding seribu, tapi jika
kamu OK, maukah menonton film?
(2) もし時間がないなら、明日でもいいよ。
- Jika kasusnya tidak ada waktu, besok juga bisa. (Kurang
tahu apakah sebetulnya ada waktu atau tidak)
Bab 19
Hal-hal yang
harus (atau tidak boleh) dilakukan
Isi bab ini
Saat ada sesuatu yang harus atau tidak boleh dilakukan
Menggunakan 「だめ」,
「いけない」, dan 「ならない」
untuk hal-hal yang tidak boleh dilakukan
Menyatakan hal-hal yang harus dilakukan
Singkatan-singkatan bagi para pemalas
Menyatakan bahwa sesuatu boleh saja dilakukan
Saat ada sesuatu
yang harus atau tidak boleh dilakukan
Dalam hidup, ada
hal-hal yang harus maupun tidak boleh dilakukan. Contohnya adalah mengerjakan
PR (harus) dan mencuri (tidak boleh). Kita sekarang akan membahas cara
mengungkapkan hal-hal tersebut di bahasa Jepang karena mereka adalah ungkapan
yang vital dan kebetulan sangat berhubungan dengan tata bahasa di bab
sebelumnya. Kita juga akan belajar cara mengungkapkan "Kamu tidak
harus..." untuk mengakhiri bab ini.
Menggunakan 「だめ」,
「いけない」, dan 「ならない」
untuk hal-hal yang tidak boleh dilakukan
Kalau kamu tidak
tahu arti dari 「だめ」(駄目), saya sarankan agar
mencarinya di WWWJDIC dan mengklik pranala [Ex] untuk melihat-lihat contoh
kalimatnya. Pada dasarnya dia berarti "tidak baik", tapi perhatikan
contoh-contoh kalimatnya karena kata tersebut bisa digunakan untuk berbagai
macam keadaan. Dua kata kunci lain di bagian ini adalah 「いけない」
dan 「ならない」 yang pada dasarnya memiliki
arti sama dengan 「だめ」. Namun, walaupun 「いけない」 bisa digunakan sendirian, gunakan 「ならない」 hanya pada tata bahasa yang akan dijelaskan di sini.
Dan walaupun 「いけない」 maupun 「ならない」
memiliki konjugasi seperti adjektiva-i, mereka sebetulnya bukan adjektiva
nyata. Mari belajar cara menggunakan kata-kata tersebut untuk menyatakan
hal-hal yang tidak boleh dilakukan.
Cara mengatakan:
Tidak boleh [verba]
Ubah verba ke bentuk-te, tambahkan partikel 「は」 (wa) dan akhiri dengan 「だめ」、「いけない」、atau
「ならない」.
例) 入る
→ 入って + は + だめ/いけない/ならない = 入ってはだめ/入ってはいけない/入ってはならない
(1) ここに入ってはいけません。
- Kamu tidak boleh masuk ke sini.
(2) それを食べてはだめ!
- Jangan makan itu!
(3) 夜、遅くまで電話してはならない。
- Kamu tidak boleh menggunakan telepon sampai larut
malam.
(4) 早く寝てはなりませんでした。
- Tidak diperbolehkan tidur cepat.
Beda yang pertama antara 「だめ」、「いけない」、dan
「ならない」 adalah bahwa 「だめ」 terdengar santai. 「いけない」
dan 「ならない」 pada dasarnya sama, tapi 「ならない」 lebih untuk hal-hal yang berlaku untuk banyak pihak
seperti aturan dan kebijakan.
Menyatakan hal-hal yang harus dilakukan
Kamu mungkin menebak bahwa kebalikan dari
"tidak boleh" akan menggunakan 「いける」 atau 「なる」 karena mereka terlihat seperti
bentuk positif dari 「いけない」 dan 「ならない」. Tapi saya telah
mengatakan bahwa 「いけない」 dan 「ならない」 harus selalu berada pada bentuk negatif untuk
menyatakan keharusan, jadi kalau kamu tadi menebak maka tebakanmu salah. Kita
akan tetap menggunakan 「だめ/いけない/ならない」, hanya saja
verba yang muncul sebelumnya yang akan kita buat negatif. Negatif ganda ini
kelihatannya akan membingungkan pada awalanya, tapi lama-lama nanti kamu juga
akan terbiasa. Ada tiga cara untuk mengkonjugasi verbanya sebelum menambahkan 「だめ/いけない/ならない」 dan dua di antaranya melibatkan pengandaian.
Bersyukurlah karena kamu baru saja belajar pengandaian di bab sebelumnya.
Cara mengatakan:
Harus [verba]
Bentuk-te negatif + 「は」
(partikel wa) + だめ/いけない/ならない
Verba negatif + pengandaian 「と」
+ だめ/いけない/ならない
Verba negatif + pengandaian 「ば」
+ だめ/いけない/ならない
● Metode pertama
tata bahasanya sama seperti pada kasus "tidak boleh", hanya saja
verbanya kita buat negatif.
(1) 毎日学校に行かなくてはなりません。- Harus pergi ke sekolah setiap hari.
(2) 宿題をしなくてはいけなかった。- Harus mengerjakan PR.
● Cara kedua menggunakan pengandaian alami yang kita
pelajari di bab sebelumnya. Secara literal, ini berarti bahwa jika kamu tidak
melakukan sesuatu, maka bisa dipastikan bahwa akibatnya tidak baik. Dengan kata
lain, kamu harus melakukannya. Namun tata bahasa ini sering dipakai bahkan
untuk hal-hal yang bukan sebab akibat alami karena polanya lebih singkat dan
mudah dibandingkan dua tata bahasa lainnya.
(1) 毎日学校に行かないとだめです。- Harus pergi ke sekolah setiap hari.
(2) 宿題をしないといけない。- Harus mengerjakan PR.
● Cara ketiga
mirip dengan cara kedua, hanya saja kita menggunakan jenis pengandaian yang
lain. Dengan pengandaian 「ば」, tata bahasa ini bisa
digunakan di lebih banyak situasi. Perhatikan bahwa karena verbanya selalu
negatif, untuk pengandaian 「ば」 kita akan selalu
membuang 「い」 di akhir dan menambahkan 「ければ」.
(1) 毎日学校に行かなければいけません。 - Harus pergi ke sekolah setiap hari.
(2) 宿題をしなければだめだった。- Harus mengerjakan PR.
Mungkin sepertinya saya mencekoki terlalu banyak materi
karena ada tiga tata bahasa dan 「だめ/いけない/ならない」
sehingga kombinasinya ada sembilan (3x3). Tapi sebetulnya beberapa kombinasi
lebih umum dibanding lainnya walaupun hal tersebut tidak saya bahas secara
eksplisit. Ini karena semua kombinasi tersebut secara teknis benar, dan pada
tahap ini menganalisis perbedaan halusnya atau gaya bahasa yang paling umum
hanya akan menambah beban. Lalu terakhir perhatikan bahwa sebetulnya tidak ada
konjugasi baru di sini. Kita telah mempelajari pengandaian di bab sebelumnya
dan juga bentuk-te yang ditambah partikel wa di awal bab ini.
※ Cek Realita
Walaupun kita
telah membahas 「~なければ」 dan 「~なくては」,
pada kenyataannya mereka hampir tidak pernah dipakai di pembicaraan nyata
karena terlalu panjang. Walaupun mereka sering muncul di bahasa tertulis, pada
percakapan orang umumnya menggunakan pengandaian 「と」
saja atau berbagai penyingkatan yang akan dibahas di bawah. Di pembicaraan
santai, pengandaian 「と」 adalah yang paling
sering muncul. Jadi walaupun saya telah menjelaskan panjang lebar mengenai
makna yang ada di balik pengandaian 「と」,
jangan saklek dijadikan pegangan karena orang pada dasarnya pemalas sehingga
memilih yang paling praktis.
Singkatan-singkatan bagi para pemalas
Mungkin di sini
kamu semakin merasakan bahwa bahasa Jepang sangat merepotkan karena kita perlu
mengatakan hal yang sangat panjang untuk ungkapan-ungkapan umum. Kamu bisa
memerlukan sampai delapan suku kata tambahan hanya untuk mengatakan "harus
..."!
Orang-orang Jepang juga tentunya berpikir sama, sehingga
mereka biasanya menggunakan versi pendek dari 「なくては」
dan 「なければ」 di pembicaraan santai.
Guru-guru biasanya ragu untuk mengajarkannya karena mereka terlalu mudah
dipakai sehingga ditakutkan akan dipakai pada situasi yang tidak tepat. Tapi di
lain sisi, kalau kamu tidak belajar gaya bahasa santai ini maka kamu akan
kesulitan memahami teman-teman Jepangmu (atau orang-orang yang seharusnya bisa
jadi temanmu, kalau saja bahasamu tidak terlalu kaku!). Jadi inilah mereka,
namun ingat bahwa kamu juga harus mahir dengar versi panjangnya sehingga bisa
menggunakannya di situasi-situasi yang memerlukannya.
Penyingkatan santai untuk hal-hal yang harus dilakukan
Ganti 「なくて」 dengan 「なくちゃ」
Ganti 「なければ」 dengan 「なきゃ」
Mungkin kamu barusan berpikir "Apa???" karena
"singkatannya" tidak jauh beda dengan yang diganti. Hanya saja,
rahasinya adalah bahwa setelah menggunakan singkatan ini kamu tidak perlu
menambahkan 「だめ/いけない/ならない」 di akhir! Akhiran
tersebut otomatis akan dimengerti oleh lawan bicara walaupun tidak disebutkan.
(1) 勉強しなくちゃ。 - Harus
belajar.
(2) ご飯を食べなきゃ。 - Harus
makan.
Pengandaian 「と」
juga bisa digunakan sendirian, dengan 「だめ/いけない/ならない」
otomatis dimengerti.
(1) 学校に行かないと。 - Harus
pergi ke sekolah.
Ada penyingkatan 「ちゃ」 lain untuk hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Namun
dalam kasus ini kamu tidak bisa membuang 「だめ/いけない/ならない」.
Karena ini adalah penyingkatan santai, yang umum dipakai adalah 「だめ」.
Satu perbedaan
penting di bentuk santai ini adalah bahwa verba yang diakhiri 「む」、「ぶ」、 dan 「ぬ」
menggunakan 「じゃ」, bukan 「ちゃ」.
Dengan kata lain, ini berlaku untuk verba yang diakhiri 「んだ」
pada bentuk lampaunya sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut.
Penyingkatan santai untuk hal-hal yang tidak boleh
dilakukan
Ganti 「ては」 dengan 「ちゃ」
Ganti 「では」 dengan 「じゃ」
(1) ここに入っちゃだめだよ。 - Kamu nggak boleh masuk ke sini.
(2) 死んじゃだめだよ! - Jangan mati!
Sebagai catatan terakhir, 「ちゃ」
terdengar agak imut atau kecewek-cewekan. Ini mirip seperti suara pada akhiran 「ちゃん」 kan? 「なくちゃ」 juga terdengar agak
imut atau kekanak-kanakan.
Menyatakan bahwa sesuatu boleh saja dilakukan
Sekarang mari kita
belajar cara mengatakan bahwa boleh saja melakukan atau tidak melakukan
sesuatu. Saya memutuskan untuk menyelipkannya di bab ini karena di bahasa
Jepang itulah caranya mengatakan bahwa kamu tidak harus melakukan sesuatu
(yaitu mengatakan bahwa sesuatu boleh tidak dilakukan). Tata bahasanya sendiri
mudah sehingga bagian ini cukup pendek.
Dengan menggunakan bentuk-te dan partikel 「も」, kamu pada intinya mengatakan "Kalaupun kamu
melakukan X..." Kata yang umum mengikutinya misalnya 「いい」, 「大丈夫」, atau 「構わない」. Beberapa contoh akan mengilustrasikan hal tersebut.
(1) 全部食べてもいいよ。- Silahkan
makan semuanya. (lit: Kalapun kamu makan semuanya, keadaan akan baik-baik saja
kok.)
(2) 全部食べなくてもいいよ。- Kamu
tidak harus makan semuanya. (lit: Kalaupun kamu tidak makan semuanya, keadaan
akan baik-baik saja kok.)
(3) 全部飲んでも大丈夫だよ。- Kamu
boleh minum semuanya. (lit: Kalaupun kamu minum semuanya, keadaan akan OK-OK
saja kok.)
(4) 全部飲んでも構わないよ。- Silahkan
minum semuanya. (lit: Kalaupun kamu minum semuanya, buat saya tidak masalah
kok.)
Di percakapan santai, 「~てもいい」
kadang disingkat menjadi 「~ていい」 saja.
(1) もう帰っていい?- Aku udah
boleh pulang belum sekarang?
(2) これ、ちょっと見ていい?- Boleh
liat ini bentar nggak?
Bab 20
Keinginan
dan Saran
Isi bab ini
Cara agar keinginanmu terwujud di Jepang
「たい」 untuk verba yang
ingin kamu lakukan
「欲しい」 untuk hal yang kamu
inginkan atau ingin orang lain melakukan
Membuat ajakan dengan bentuk volisional (santai)
Membuat ajakan dengan bentuk volisional (sopan)
Memberi saran dengan pengandaian 「ば」
atau 「たら」
Cara agar
keinginanmu terwujud di Jepang
Kita sekarang akan
belajar cara menyatakan keinginanmu, baik dengan cara menyampaikannya
terang-terangan maupun dengan memberi saran. Topik utama yang akan dibahas di
sini adalah konjugasi 「たい」 dan bentuk
volisional. Kita juga akan mempelajari penggunaan khusus pengandaian 「たら」 dan 「ば」 untuk menawarkan
saran.
「たい」 untuk verba yang
ingin kamu lakukan
Kamu bisa
menyatakan verba yang ingin kamu lakukan dengan bentuk 「たい」.
Yang perlu kamu lakukan hanyalah menambahkan 「たい」
ke akar verbanya. Tapi, beda dengan kebanyakan konjugasi yang telah kita
pelajari di mana verbanya berubah menjadi verba-ru, bentuk ini malah mengubah
verbanya menjadi adjektiva-i (perhatikan bahwa 「たい」
berarkhir dengan 「い」). Setelah mendapatkan
bentuk 「たい」-nya, kamu bisa
mengkonjugasikannya sebagaimana adjektiva-i lain. Hanya saja, bentuk 「たい」 berbeda dengan adjektiva-i biasa karena dia berasal
dari verba. Ini berarti bahwa partikel yang biasa kita gunakan dengan verba
seperti 「を」、「に」、「へ」、atau 「で」 bisa digunakan dengan bentuk 「たい」
(hal tersebut tidak berlaku untuk adjektiva-i biasa). Inilah diagramnya untuk
mempermudah kamu.
konjugasi 「たい」 Positif Negatif
Taklampau 行きたい 行きたくない
Lampau 行きたかった 行きたくなかった
Contoh
(1) 何をしたいですか。
- Apa yang ingin kamu lakukan?
(2) 温泉に行きたい。
- Aku ingin pergi ke pemandian air panas.
(3) ケーキ、食べたくないの?
- Kamu tidak ingin makan kue?
(4) 食べたくなかったけど食べたくなった。
- Aku sebelumnya tidak ingin makan, tetapi jadi ingin
makan.
Contoh (4) mungkin terdengar agak
aneh, tapi sebenarnya cukup sederhana kalau kamu mengulas lagi bab
"Menggunakan 「なる」 dengan
adjektiva-i". Bentuk lampau 「なる」
digunakan untuk menyatakan "menjadi ingin makan". Ini ada permainan
lidah menggunakan bentuk negatif 「~たくない」
dan bentuk lampau 「なる」: 「食べたくなくなった」 yang artinya "menjadi tidak ingin
makan".
Mungkin sudah bisa kamu tebak, tapi 「ある」 tidak bisa menjadi bentuk 「たい」
karena benda mati tidak bisa punya keinginan. Tetapi 「いる」
bisa diubah menjadi bentuk 「たい」 yang penggunaannya
seperti berikut.
(5) ずっと一緒にいたい。
- Aku ingin terus bersamamu. (lit: Ingin ada bersama
untuk waktu yang panjang.)
Lalu, kamu juga hanya bisa menggunakan bentuk 「たい」 untuk orang pertama (pembicara) karena kamu tidak bisa
membaca pikiran orang lain untuk mengetahui apa yang mereka inginkan. Untuk
mengacu pada orang selain diri sendiri, biasanya digunakan ungkapan seperti
"Saya rasa dia ingin..." atau "Dia mengatakan bahwa dia
ingin...". Kita akan belajar cara mengungkapkan hal-hal tersebut di bab
lain. Tentu saja, saat bertanya kamu bisa menggunakan 「たい」
karena pada kasus tersebut kamu tidak mengasumsikan apapun.
(6) 犬と遊びたいですか。
- Apakah kamu ingin bermain dengan anjing?
「欲しい」 untuk hal yang kamu
inginkan atau ingin orang lain melakukan
Di bahasa
Indonesia, kita menggunakan verba untuk menyatakan bahwa kita ingin sesuatu. Di
bahasa Jepang, "ingin" sebetulnya adalah adjektiva-i dan bukan verba.
Kita melihat yang yang sama dengan 「好き」
yang merupakan adjektiva padahal "suka" di bahasa Indonesia adalah
verba. Walaupun saya tidak membahas cara kerja 「好き」
terlalu panjang lebar, saya mendedikasikan satu subbab penuh untuk 「欲しい」 karena dia bisa digabungkan dengan bentuk-te verba
dengan arti "ingin sesuatu dikerjakan oleh orang lain". Kita akan
belajar cara yang lebih sopan dan baik untuk membuat permintaan di bab
"Permintaan" sebagai alternatif dari "Saya ingin ini
dikerjakan."
Walaupun bukan aturan saklek, tapi kalau suatu kata
menempel pada bentuk-te kata lain guna memenuhi suatu fungsi tata bahasa,
biasanya katanya ditulis dengan hiragana. Ini karena kanji sudah digunakan
untuk verba utamanya dan kata tambahannya hanya menjadi bagian dari verba
tersebut.
Contoh
(1) 大きい縫いぐるみが欲しい!
- Aku mau boneka besar!
(2) 全部食べてほしいんだけど・・・。
- Saya ingin semuanya dimakan (oleh kamu/dia/mereka)
tapi... (saya ingin orang lain makan)
(3) 部屋をきれいにしてほしいのよ。
- Saya ingin kamarnya dibersihkan, tahu tidak. (saya
ingin orang lain membersihkan kamar)
Perhatikan bahwa
bentuk 「たい」 menyatakan bahwa kita ingin
melakukan sesuatu, sedangkan bentuk 「てほしい」
menyatakan bahwa kita ingin orang lain melakukan sesuatu.
(1) 行きたい
- Saya ingin pergi.
(2) 行ってほしい
- Saya ingin kamu pergi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, ada banyak cara yang
lebih baik untuk membuat permintaan tetapi kita baru akan membahasnya di bab
lain. Tata bahasa 「てほしい」 ini tidak terlalu
sering digunakan tetapi kita bahas demi kelengkapan.
Membuat ajakan dengan bentuk volisional (santai)
Istilah volisional
di sini berarti keinginan atau ajakan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata
lain, bentuk volisional menyatakan bahwa seseorang sedang akan melakukan
sesuatu. Pada umumnya, terjemahan bahasa Indonesianya akan menjadi
"Mari" atau "Ayo" tetapi kita juga akan melihat bahwa
bentuk ini bisa digunakan untuk menyatakan usaha melakukan sesuatu pada bab
lain.
Untuk mengkonjugasikan verba ke bentuk volisional pada
percakapan santai, ada aturan yang berbeda untuk verba-ru dan verba-u. Untuk
verba-ru, kamu tinggal membuang 「る」
dan menambahkan 「よう」. Untuk verba-u, kamu
mengubah suara vokal / u / menjadi suara / o / dan menambahkan 「う」 (hasilnya adalah suara / o / panjang).
Aturan konjugasi untuk bentuk volisional santai
Untuk verba-ru: Buang 「る」
dan tambah 「よう」
例) 食べる
→ 食べ + よう →
食べよう
Untuk verba-u: Ganti suara vokal / u / dengan suara vokal
/ o / lalu tambahkan 「う」
例) 入る
→ 入ろ + う → 入ろう
Inilah daftar verba yang mestinya sudah sangat kamu kenal
saat ini.Contoh verba-ruDasar Perkecualian
食べる 食べよう
着る 着よう
信じる 信じよう
寝る 寝よう
起きる 起きよう
出る 出よう
掛ける 掛けよう
捨てる 捨てよう
調べる 調べよう
Contoh
verba-uDasar Volisional ローマ字 ローマ字
(Vol.)
話す 話そう hanasu hanasou
聞く 聞こう kiku kikou
泳ぐ 泳ごう oyogu oyogou
遊ぶ 遊ぼう asobu asobou
待つ 待とう matu matou
飲む 飲もう nomu nomou
直る 直ろう naoru naorou
死ぬ 死のう shinu shinou
買う 買おう kau kaou
Verba
perkecualianDasar Perkecualian
する しよう
くる こよう
Contoh
Sepertinya kamu
tidak akan pernah menggunakan 「死のう」 (ayo mati) tapi saya
tetap mencantumkannya agar lengkap. Inilah beberapa contoh lain yang lebih
realistis.
(1) 今日は何をしようか?
- Apa yang sebaiknya (kita) lakukan hari ini?
(2) テーマパークに行こう!
- Ayo pergi ke taman hiburan!
(3) 明日は何を食べようか?
- Apa yang sebaiknya (kita) makan besok?
(4) カレーを食べよう!
- Mari makan kare!
Ingat bahwa karena kamu akan melakukan sesuatu, maka
tidak mungkin untuk meletakkannya pada bentuk lampau. Jadi kalau misalnya kamu
mengganti 「明日」 pada (3)
dengan 「昨日」 maka kalimatnya menjadi tidak
masuk akal.
Membuat ajakan dengan bentuk volisional (sopan)
Konjugasi untuk
bentuk sopannya lebih mudah lagi. Yang perlu kamu lakukan hanyalah menambahkan 「~ましょう」 ke akar verbanya. Seperti bentuk-masu, verba dalam
bentuk ini harus selalu berada di akhir kalimat. Bahkan, semua akhiran yang
bersifat sopan memang harus selalu berada di akhir dan tidak di tempat lain
seperti yang telah kita lihat.
Aturan konjugasi untuk bentuk volisional sopan
Untuk semua verba: Tambahkan 「~ましょう」
ke akar verba
例) 食べる
→ 食べ + ましょう
→ 食べましょう
例) 入る
→ 入り + ましょう
→ 入りましょう
Contoh verbaDasar Volisional
する しましょう
くる きましょう
寝る 寝ましょう
行く 行きましょう
遊ぶ 遊びましょう
Contoh
Tidak ada yang
baru di sini, hanya saja verbanya berada di bentuk volisional sopan.
(1) 今日は何をしましょうか?
- Apa yang sebaiknya (kita) lakukan hari ini?
(2) テーマパークに行きましょう
- Ayo pergi ke taman hiburan!
(3) 明日は何を食べましょうか?
- Apa yang sebaiknya (kita) makan besok?
(4) カレーを食べましょう
- Mari makan kare!
Memberi saran
dengan pengandaian 「ば」 atau 「たら」
Kamu bisa membuat
saran dengan menggunakan pengandaian 「ば」
atau 「たら」 dan menambahkan 「どう」. Secara literal ini berarti, "Kalau kamu
melakukan [X], bagaimana?" Di bahasa Indonesia normal, ini maksudnya
"Bagaimana kalau melakukan [X]?" Secara tata bahasa, tidak ada yang
baru di sini. Hanya saja, ini salah satu pola yang umum digunakan.
Contoh
(1) 銀行に行ったらどうですか。
- Bagaimana kalau pergi ke bank?
(2) たまにご両親と話せばどう?
- Bagaimana kalau sesekali berbicara dengan kedua orang
tuamu?
Bab 21
Mencoba
sesuatu di bahasa Jepang→
Isi bab ini
Mari mencoba berbagai hal
Mencicipi atau mencoba-coba sesuatu
Mengusahakan sesuatu
Mari mencoba
berbagai hal
Di bahasa
Indonesia, kata "mencoba" sebetulnya memiliki dua nuansa yaitu
"mencicipi/mencari tahu" dan "mengusahakan sesuatu". Contoh
pertama adalah "mencoba makan kue dari luar negeri" dan "mencoba
menonton film yang disarankan teman", sedangkan contoh kedua adalah
"mencoba mendobrak pintu yang terkunci". Dua hal tersebut tentunya
berarti sangat beda, dan di bahasa Jepang hal tersebut direfleksikan dengan dua
tata bahasa yang berbeda.
Mencicipi atau mencoba-coba sesuatu
Kalau kamu hanya
ingin mencicipi atau mencoba-coba sesuatu, kamu tinggal mengubah verbanya ke
bentuk-te dan menambahkan 「みる」. Untuk memudahkan,
kamu mungkin bisa menganggapnya sebagai dua aksi yaitu melakukan sesuatu dan
melihat hasilnya. Tentunya 「みる」 berkonjugasi sama
persis dengan 「見る」. Namun, sebagaimana yang kita
pelajari pada tata bahasa 「~てほしい」, ini adalah
ungkapan khusus sehingga 「みる」 umumnya ditulis
dengan hiragana.
Rangkuman
Untuk mengatakan bahwa kamu mencicipi atau mencoba-coba
sesuatu, ambil verbanya, ubah ke bentuk-te dan tambahkan 「みる」.
例) 切る → 切って → 切ってみる
Kamu bisa memperlakukan hasil keseluruhannya sebagaimana
verba biasa 「見る」.
例) 切ってみる、切ってみた、切ってみない、切ってみなかった
Contoh
(1) お好み焼きを始めて食べてみたけど、とてもおいしかった!- Aku mencoba makan
okonomiyaki untuk pertama kalinya dan rasanya sangat enak!
(2) お酒を飲んでみましたが、すごく眠くなりました。-
Aku mencoba minum sake dan menjadi sangat ngantuk.
(3) 新しいデパートに行ってみる。- Saya
akan mencoba pergi ke toserba baru.
(4) 広島のお好み焼きを食べてみたい!- Aku
ingin mencoba makan okonomiyaki Hiroshima!
Mengusahakan
sesuatu
Kita sudah belajar
di bab sebelumnya bahwa bentuk volisional menyatakan keinginan hati melakukan
sesuatu. Nah tata bahasa ini akan kita gunakan untuk menyatakan usaha melakukan
sesuatu. Caranya adalah dengan mengkonjugasikan verbanya ke bentuk volisional,
membungkusnya dengan kutipan (agar kita bisa melakukan aksi pada klausanya),
dan terakhir tambahkan verba 「する」. Dengan kata lain,
kamu tinggal menambahkan 「とする」 ke bentuk volisional
verbanya. Ini hanyalah pengembangan dari ide klausa subordinat terkutip dari
bab sebelumnya. Tetapi, bukannya mengatakan kutipannya (言う)
atau hanya memikirkannya (思う、考える), kita
melakukannya 「する」.
Ringkasan
Untuk mengatakan bahwa kamu mengusahakan sesuatu, ubah
aksinya ke bentuk volisional dan tambahkan 「とする」.
例) 見る → 見よう → 見ようとする
例) 行く → 行こう → 行こうとする
Contoh
(1) 毎日、勉強を避けようとする。
- Setiap hari, dia mencoba menghindari belajar.
(2) 無理矢理に部屋に入ろうとしている。
- Dia sedang berusaha agar bisa memasuki ruangan itu
dengan paksa.
(3) 早く寝ようとしたけど、結局は徹夜した。
- Aku berusaha tidur gasik tapi pada akhirnya bergadang
juga.
(4) お酒を飲もうとしたが、奥さんが止めた。
- Dia mencoba minum sake tapi istrinya menghentikannya.
Perhatikan misalnya contoh (4). Di situ, kata
"mencoba" bukan berarti si suami ingin tahu rasanya. Dia sudah tahu
rasa sake tersebut. Hanya saja, "mencoba" di sini menyatakan usaha
untuk meminumnya, misalnya berusaha diam-diam mengambilnya dari kulkas di malam
hari, atau membujuk-bujuk istrinya agar diperbolehkan minum.
Walaupun kita menggunakan verba 「する」
untuk menyatakan "mengusahakan", kita bisa menggunakan verba lain
untuk menyatakan usaha tersebut. Contohnya, kita bisa menggunakan verba 「決める」 untuk menyatakan "memutuskan untuk mencoba
[X]". Inilah beberapa contoh lainnya:
(1) 勉強をなるべく避けようと思った。
- Aku dulu berencana mencoba menghindar dari belajar
sebisa mungkin.
(2) 毎日ジムに行こうと決めた。
- Aku memutuskan akan pergi ke gym tiap hari.
Bab 22
Memberi dan
menerima di bahasa Jepang←
Isi bab ini
Orang Jepang suka hadiah
Kapan menggunakan 「あげる」
Kapan menggunakan 「くれる」
Kapan menggunakan 「もらう」
Meminta pertolongan dengan 「くれる」
atau 「もらえる」
Orang Jepang suka
hadiah
Satu hal yang
perlu kamu ketahui tentang budaya Jepang adalah bahwa kado menduduki posisi
yang penting. Ada banyak adat yang melibatkan pemberian dan penerimaan hadiah (お歳暮、お中元、dll.) dan kalau orang Jepang pergi jalan-jalan,
pasti mereka akan mencari suvenir sebagai kado untuk dibawa pulang. Di acara
perkawinan maupun meninggalnya seseorang, orang juga diharapkan untuk memberi
sejumlah uang tertentu sebagai kado untuk membantu meringankan pelaksanaan
acara tersebut. Dari sini, seharusnya kamu bisa melihat betapa pentingnya
kemampuan untuk mengungkapkan konsep pemberian dan penerimaan, baik benda
maupun kebaikan, pada bahasa Jepang. Entah kenapa, penggunaan tepat dari 「あげる」、「くれる」、dan 「もらう」
sepertinya menghantui banyak pelajar dan dianggap sangat rumit. Saya ingin
menunjukkan di bab ini bahwa sebetulnya konsep dasarnya sangat mudah dan
sederhana.
Kapan menggunakan 「あげる」
「あげる」 artinya adalah "memberi" sebagaimana
dilihat dari sudut pandang pembicara. Kamu harus menggunakan verba ini saat
kamu memberikan sesuatu ke orang lain atau melakukan sesuatu demi orang lain.
Contoh
(1) 私が友達にプレゼントをあげた。
- Saya memberi hadiah ke teman.
(2) これは先生にあげる。
- Saya akan memberi ini ke guru.
Untuk menyatakan bahwa kamu melakukan suatu aksi (verba)
demi orang lain, kamu harus menggunakan bentuk-te lalu menempelkan 「あげる」. Pembentukan ini juga berlaku untuk bagian lain di
bab ini.
(1) 車を買ってあげるよ。
- Aku akan melakukan kebaikan yaitu membelikan mobil
untukmu. (= aku akan membelikan mobil untukmu)
(2) 代わりに行ってあげる。
- Aku akan melakukan kebaikan yaitu pergi menggantikan
kamu.
Perhatikan bahwa
hanya dengan menambahkan あげる, kamu telah
menyertakan bayak informasi dan nuansa tambahan ke kalimatnya. Sebagai
perbandingan, kalau kamu hanya mengatakan 買う,
maka belum jelas bagi pendengar untuk apa aksinya dilakukan. Mungkin kamu
membeli demi menyenangkan diri sendiri, tapi bisa juga kamu membelinya demi
orang lain. Tapi dengan mengatakan 買ってあげる,
secara eksplisit kamu mengatakan bahwa aksi "membeli" tersebut adalah
demi orang lain.
Kalau mendeskripsikan aksi orang ketiga, verba ini
digunakan saat pembicara ingin menceritakan situasinya dari sudut pandang sang
pemberi. Kita akan lihat signifikansi hal ini saat nanti mempelajari verba 「くれる」.
(1) 学生がこれを先生にあげる。
- Sang murid memberi ini ke guru. (mendeskripsikan
situasinya seakan-akan pembicara adalah sang murid)
(2) 友達が父にいいことを教えてあげた。
- Teman melakukan kebaikan memberi tahu hal bagus ke ayah
saya. (melihat situasi dari sudut pandang sang teman)
Menggunakan 「やる」
yang berarti 「あげる」
Biasanya, untuk
binatang peliharaan, tumbuhan, dan sebagainya, kamu bisa menggunakan 「やる」, yang aslinya berarti "melakukan", sebagai
ganti dari 「あげる」. Umumnya kamu tidak akan
menggunakan 「やる」 jenis ini kalau kamu memberikan
sesuatu untuk orang. Saya mengangkat hal ini agar kamu tidak bingung dengan
kalimat semacam ini:
(1) 犬に餌をやった? - Apakah kamu
sudah memberi makan ke anjing?
Di sini, 「やる」 tidak berarti
"melakukan" namun "memberi". Ini seharusnya jelas, karena
"melakukan makanan ke anjing" sama sekali tidak masuk akal.
Kapan menggunakan 「くれる」
「くれる」 juga berarti "memberi", tapi berbeda dengan
「あげる」, ini adalah dari sudut pandang
penerima. Kamu harus menggunakan verba ini saat orang lain memberimu sesuatu
atau melakukan kebaikan untukmu (dengan kata lain, penggunaannya adalah
kebalikan dari 「あげる」).
Contoh
(1) 友達が私にプレゼントをくれた。
- Teman memberi hadiah ke saya.
(2) これは、先生がくれた。
- Guru memberi ini ke saya.
(3) 車を買ってくれるの?
- (Apakah benar) kamu akan melakukan kebaikan membelikan
mobil untukku? (の di sini meminta
penjelasan atau konfirmasi hal tersebut)
(4) 代わりに行ってくれる?
- Akankah kamu melakukan kebaikan menggantikanku pergi?
Perhatikan bahwa contoh terakhir sebetulnya memuat arti
permintaan tersirat, jadi pada bahasa Indonesia normal maksudnya sebenarnya
adalah "Maukah kamu pergi menggantikanku?" Ini akan dibahas lebih
lanjut belakangan. Lalu perhatikan keunikan bahasa Jepang di sini, yaitu dengan
menggunakan くれる kita tidak perlu lagi eksplisit
menyebutkan "aku" dan "kamu" di kalimatnya.
Saat membicarakan orang ketiga, pembicara menggambarkan
situasinya dari sudut pandang sang penerima dan bukan sang pemberi.
(1) 先生がこれを学生にくれる。
- Sang guru memberi ini ke murid. (melihat situasi dari
sudut pandang murid)
(2) 友達が父にいいことを教えてくれた。
- Teman melakukan kebaikan memberi tahu hal bagus ke ayah
saya. (melihat situasi dari sudut pandang ayah)
Gambar di bawah menjelaskan arah memberi dari sudut
pandang pembicara.
Dari sudut pandang pembicara, aksi memberi ke orang lain
menuju "ke atas", sedangkan aksi memberi orang lain pada dirinya
menuju "ke bawah". Ini mungkin berhubungan dengan verba 「上げる」 yang berarti "menaikkan" dan menggunakan
huruf kanji "atas" (上) dan versi hormat 「くれる」 yaitu 「下さる」
dengan huruf kanji "bawah" (下).
Sifat ini memungkinkan kita membuat kesimpulan dari kalimat-kalimat yang
informasinya sangat minim seperti berikut:
(1) 先生が教えてあげるんですか。
- Guru, apakah anda yang akan melakukan kebaikan
mengajar... [siapapun selain pembicara]?
Karena semua
pemberian untuk pembicara harus menggunakan 「くれる」,
kita bisa tahu bahwa sang guru pasti melakukannya untuk orang lain dan bukan
mengajari pembicara. Lalu sang pembicara juga melihatnya dari sudut pandang
sang guru yang melakukan kebaikan demi orang lain.
(2) 先生が教えてくれるんですか。
- Guru, apakah anda yang akan melakukan kebaikan
mengajar... [orang lain, bisa termasuk pembicara]?
Karena pemberinya
bukan pembicara, guru tersebut melakukan kebaikan mengajar untuk pembicara,
atau mungkin orang lain. Pembicara menggambarkan situasinya dari sudut pandang
penerima yang menerima kebaikan hati sang guru.
Mari kita
perhatikan beberapa kesalahan penggunaan.
(誤) 私が全部食べてくれました。- Di sini
「くれる」 digunakan untuk aksi yang
dilakukan pembicara. (SALAH)
(正) 私が全部食べてあげました。- Saya
melakukan kebaikan memakan semuanya. (Benar)
(誤) 友達がプレゼントを私にあげた。- Di
sini 「あげる」 digunakan untuk aksi memberi
orang lain kepada pembicara. (SALAH)
(正) 友達がプレゼントを私にくれた。- Teman
memberi hadiah ke saya. (Benar)
Kapan menggunakan 「もらう」
「もらう」 yang berarti "menerima"
("mendapat") hanya memiliki satu versi, tidak seperti pasangan 「あげる/くれる」, jadi tidak banyak yang perlu dijelaskan. Satu
hal yang perlu diingat adalah karena kamu menerima dari seseorang, 「から」 juga bisa digunakan selain partikel target 「に」.
Contoh
(1) 私が友達にプレゼントをもらった。
- Saya menerima hadiah dari teman.
(2) 友達からプレゼントをもらった。
- Saya menerima hadiah dari teman.
(3) これは友達に買ってもらった。
- Mengenai ini, menerima kebaikan membeli dari teman.
(teman membelikan ini untuk saya)
(4) 宿題をチェックしてもらいたかったけど、時間がなくて無理だった。
- Aku ingin menerima kebaikan memeriksa PR tapi tidak ada
waktu sehingga tidak mungkin. (aku ingin dia memeriksa PR ini demi aku...)
「もらう」 dilihat dari sudut pandang penerima, jadi dalam kasus
orang pertama, biasanya orang lain tidak menerima benda dari kamu. Tapi kamu
tetap saja bisa menggunakan 「私からもらう」 saat kamu ingin
menekankan fakta bahwa orang lain menerimanya dari kamu. Sebagai contoh, kalau
kamu ingin mengatakan, "Hey, aku memberi kamu itu!" kamu akan
menggunakan 「あげる」. Namun, kamu akan menggunakan 「もらう」 kalau ingin mengatakan, "Hey, kamu
mendapatkannya dari aku!"
(5) その時計は私からもらったのよ。
- [Dia] mendapat jam itu dari saya.
Meminta pertolongan dengan 「くれる」
atau 「もらえる」
Kamu bisa meminta
pertolongan dengan menggunakan 「くれる」 dan bentuk potensial
dari 「もらう」 (bisakah saya menerima
kebaikanmu...). Kita sudah melihat contoh penggunaannya dari contoh (4) bagian 「くれる」. Karena permintaan
seperti ini adalah demi pembicara, kamu tidak bisa menggunakan 「あげる」.
Contoh
(1) 千円を貸してくれる?
- Akankah kamu melakukan kebaikan meminjamkan 1000 yen?
(maukah kamu meminjamkanku 1000 yen?)
(2) 千円を貸してもらえる?
- Bisakah aku menerima kebaikanmu meminjamkan 1000 yen?
(maukah kamu meminjamkanku 1000 yen?)
Perhatikan bahwa pada dasarnya kedua kalimat ini
maksudnya sama. Ini karena pemberi dan penerimanya tidak dituliskan. Kalau kamu
ingin menuliskan semua pelakunya, maka hasilnya menjadi kalimat panjang
berikut:
(1) あなたが、私に千円を貸してくれる?
- Akankah kamu melakukan kebaikan meminjamkan 1000 yen?
(2) 私が、あなたに千円を貸してもらえる?
- Bisakah aku menerima kebaikanmu meminjamkan 1000 yen?
Saat berbicara dengan orang lain, menyebutkan pelakunya
secara eksplisit seperti ini tidaklah normal. Contoh di atas diberikan hanya
agar kamu bisa melihat bagaimana subjek dan targetnya berubah mengikuti verba
yang digunakan yaitu 「くれる」 atau 「もらえる」.
Kamu bisa menggunakan bentuk negatifnya untuk membuat
permintaannya sedikit lebih halus. Teknik seperti ini juga berlaku di banyak
tata bahasa lainnya.
(1) ちょっと静かにしてくれない?
- Tidak bisakah kamu sedikit lebih tenang?
(2) 漢字を書いてもらえませんか。
- Bisakah kamu menuliskan kanji untuk saya?
Meminta agar seseorang tidak melakukan sesuatu
Untuk meminta agar orang lain tidak melakukan seuatu,
kamu tinggal menempelkan 「で」 ke bentuk negatif
verbanya lalu sisanya sama seperti sebelumnya.
(1) 全部食べないでくれますか。
- Bisakah tidak makan semuanya?
(2) 高い物を買わないでくれる?
- Bisakah kamu tidak membeli barang-barang mahal?
Bab 23
Membuat
permintaan
Isi bab ini
Cara membuat permintaan dengan sopan (dan tidak terlalu
sopan)
「~ください」- konjugasi khusus
dari 「くださる」
Menggunakan 「~ちょうだい」
pada permintaan santai
Menggunakan 「~なさい」
untuk permintaan tegas namun sopan
Bentuk perintah
Cara membuat
permintaan dengan sopan (dan tidak terlalu sopan)
Pada bab
sebelumnya kita telah mempelajari salah satu teknik agar orang melakukan
sesuatu demi kita. Namun, nuansa yang terkandung pada bab sebelumnya adalah
memohon kebaikan orang lain ("akankah kamu melakukan X?"). Di bab
ini, kita akan mempelajari cara membuat permintaan yang lebih langsung. Dengan
kata lain, kita akan belajar cara mengatakan "tolong lakukan X". Yang
akan pertama kali kita pelajari adalah cara yang paling umum, yaitu dengan
menggunakan konjugasi khusus verba 「くださる」
dan yang lebih tegas yaitu 「なさる」. Terakhir, demi
kelengkapan pembahasan kita akan mempelajari bentuk perintah yang merupakan
bahasa keras. Kamu bisa mengabaikan bagian terakhir tersebut, kecuali kalau
kamu penggemar berat manga, dorama, atau anime.
「~ください」- konjugasi khusus
dari 「くださる」
「ください」 adalah konjugasi khusus dari 「くださる」,
yang merupakan bentuk hormat dari 「くれる」.
Kita akan belajar lebih lanjut tentang bahasa hormat dan rendah diri di bab
lain. Kita akan membahas 「ください」 di sini karena
artinya agak berbeda dari 「くれる」 maupun 「くださる」. 「ください」 berbeda dengan 「くれる」 seperti ditunjukkan pada contoh berikut:
(1) それをください。- Tolong
berikan itu.
(2) それをくれる?- Bisakah kamu
memberiku itu?
Seperti bisa kamu lihat, 「ください」
adalah permintaan langsung sedangkan penggunaan 「くれる」
lebih ke arah bertanya. Namun sama seperti 「くれる」,
kamu bisa membuat permintaan hanya dengan menempelkannya ke bentuk-te verba.
(1) 漢字で書いてください。- Tolong
tulis dalam kanji.
(2) ゆっくり話してください。- Tolong
bicara perlahan.
Aturan untuk permintaan negatif juga sama seperti aturan
pada penggunaan 「くれる」.
(1) 落書きを書かないでください。- Tolong
jangan mencorat-coret.
(2) ここにこないでください。- Tolong
jangan datang ke sini.
Pada pembicaraan santai, seringkali 「ください」 dibuang.
日本語で話して。- Tolong bicara
dalam bahasa Jepang.
消しゴムを貸して。- Tolong pinjami
aku penghapus.
遠い所に行かないで。- Tolong jangan
pergi ke tempat yang jauh.
Bagi mereka yang ingin terdengar lebih memerintah dan
kecowok-cowokan, bisa juga digunakan 「くれる」
dengan 「る」 dibuang.
日本語で話してくれ。- Bicara dalam
bahasa Jepang!
消しゴムを貸してくれ。- Pinjami aku
pengapus!
遠い所に行かないでくれ。- Jangan pergi
ke tempat yang jauh!
Karena 「ください」 seperti bentuk-masu
harus selalu muncul di akhir kalimat atau klausa subordinat, kamu tidak bisa
menggunakannya untuk memodifikasi nomina. Sebagai contoh, kalimat di bawah
tidak mungkin menggunakan 「ください」.
(1) お父さんがくれた時計が壊れた。- Jam
yang diberi ayah rusak.
Tentu saja, karena kutipan langsung hanyalah mengulang apa
yang dikatakan orang apa adanya, kamu bisa memasukkan apapun ke dalam kutipan
langsung.
(1) 「それをください」とお父さんが言った。-
Ayah mengatakan, "Tolong berikan itu"
Menggunakan 「~ちょうだい」
pada permintaan santai
Versi santai 「ください」 yang umumnya digunakan perempuan adalah 「ちょうだい」. Dia selalu ditulis menggunakan hiragana. Kanjinya
hanya digunakan di ungkapan yang sangat formal seperti 「頂戴致します」.
Tidak perlu banyak penjelasan, karena secara tata bahasa aturannya sama seperti
「ください」.
Contoh
(1) スプーンをちょうだい。- Tolong berikan sendok.
(2) ここに名前を書いてちょうだい。-
Tolong tulis namanya di sini.
Menggunakan 「~なさい」
untuk permintaan tegas namun sopan
「なさい」 adalah konjugasi khusus bentuk hormat 「する」. Ini adalah cara yang lembut namun sekaligus tegas
untuk memerintah orang. Contoh penggunaannya misalnya saat seorang ibu memarahi
anaknya atau saat seorang guru memerintah murid yang tidak memperhatikan. Tidak
seperti 「ください」, 「なさい」
hanya bisa digunakan untuk verba positif dan menggunakan akar verba, bukan
bentuk-te. Dia juga tidak bisa berdiri sendiri namun harus selalu menempel ke
verba lain.
Menggunakan 「なさい」
untuk membuat permintaan tegas namun sopan
Ubah verba ke akarnya lalu tempelkan 「なさい」
例) 食べる → 食べなさい
例) 飲む → 飲み → 飲みなさい
例) する → し → しなさい
Contoh
(1) よく聞きなさい!- Dengar baik-baik!
(2) ここに座りなさい。- Duduk di
sini.
Kamu juga bisa membuang 「さい」
dari 「なさい」 untuk membuatnya terdengar
sedikit lebih santai.
(1) まだいっぱいあるから、たくさん食べな。-
Masih ada banyak, jadi makan yang banyak.
(2) それでいいと思うなら、そうしなよ。 -
Kalau kamu merasa OK dengan itu, silahkan lakukan.
Bentuk perintah
Kita akan membahas
bentuk perintah agar semua konjugasi verba dibahas dengan lengkap. Sebetulnya
kamu akan sangat jarang menjumpai bentuk perintah di kehidupan nyata karena
orang Jepang umumnya terlalu sopan untuk menggunakannya. Lalu, gaya bicara ini
hampir tidak digunakan oleh perempuan yang lebih cenderung memilih 「なさい」 atau mengucapkan 「くれる」
secara emosional saat marah atau kesal. Kegunaan utama mempelajari bentuk ini
hanyalah untuk memahami media seperti komik dan film. Mungkin kamu sudah sering
mendengar 「死ね!」 ("Mati kau!") di film
atau manga, yang tentunya tidak pernah kamu dengar di kehidupan nyata.
(semoga!)
Catat bahwa selain 「する」
dan 「くる」, bentuk perintah 「くれる」 juga tidak beraturan.
Aturan membuat bentuk perintah
verba-ru - Ganti 「る」
dengan 「ろ」
verba-u - Ganti hiragana terakhir dari suara / u / ke
suara / e /
Perkecualian - 「する」
menjadi 「しろ」, 「くる」
menjadi 「こい」, 「くれる」
menjadi 「くれ」
Contoh verba-ruDasar Perintah
食べる 食べろ
着る 着ろ
信じる 信じろ
寝る 寝ろ
起きる 起きろ
出る 出ろ
掛ける 掛けろ
捨てる 捨てろ
Contoh
verba-uDasar Perintah ローマ字 ローマ字
(Per.)
話す 話せ hanasu hanase
聞く 聞け kiku kike
遊ぶ 遊べ asobu asobe
待つ 待て matu mate
飲む 飲め nomu nome
直る 直れ naoru naore
死ぬ 死ね shinu shine
買う 買え kau kae
Verba
perkecualianDasar Perintah
する しろ
くる こい
くれる くれ
Contoh
(1) 好きにしろ。- Lakukan sesuka kamu! (Terserah deh mau
ngapain!)
(2) あっち行け!- Pergi sana!
(3) 早く酒を持ってきてくれ。- Cepat
ambilkan aku sake!
Bentuk perintah negatifnya sangat mudah: kamu tinggal
menempelkan 「な」 ke verba apapun. Namun ini berbeda
dengan gobi 「な」 yang akan kita pelajari
belakangan. Intonasinya sama sekali berbeda.
Menggunakan bentuk
perintah negatif
Tempelkan 「な」
ke akhir verba.
例) 行く → 行くな
例) する → するな
Contoh
(1) それを食べるな!- Jangan makan itu!
(2) 変なことを言うな!- Jangan
mengatakan hal-hal aneh!
Jangan juga terbalik-balik antara ini dengan versi
singkat 「~なさい」 yang baru saja kita pelajari.
Beda utamanya (selain intonasinya yang juga jelas berbeda) adalah bahwa pada 「~なさい」 verbanya pertama diubah ke bentuk akar, namun pada
perintah negatif verbanya dibiarkan apa adanya. Sebagai contoh, untuk 「する」, 「しな」 adalah versi pendek
dari 「しなさい」 sedangkan 「するな」 adalah perintah negatif.
Bab 24
Satu dua
tiga, sayang semuanya
Isi bab ini
Angka dan jumlah
Sistem bilangan
Menghitung dan pencacah
Menggunakan 「目」
untuk menyatakan urutan
Angka dan jumlah
Angka dan
berhitung di bahasa Jepang cukup rumit sehingga membutuhkan bab tersendiri.
Pertama, sistem bilangannya adalah dalam kelompok 4 digit dan bukan 3 (ribuan,
jutaan, dsb.). Karenanya, mungkin kamu akan kesulitan di awal-awal dalam
memahami angka yang besar. Lalu, bahasa Jepang juga memiliki berbagai macam
pencacah untuk menghitung hal-hal yang berbeda. Ini mirip bahasa Indonesia yang
memiliki banyak pencacah seperti "ekor", "buah", dan
"lembar". Hanya saja, pada bahasa Jepang jenisnya lebih banyak! Kita
akan mempelajari pencacah yang paling umum sebagai perkenalan, dan diharapkan
kamu bisa mempelajari sisanya setelah tahu konsep dasarnya. Kalau boleh jujur,
mungkin pencacah adalah satu-satunya hal di bahasa Jepang yang bisa membuatmu
ingin berhenti belajar bahasa Jepang. Ya, pencacah memang sebegitu parah. Saya
menyarankan agar kamu memahami materi di bab ini sedikit demi sedikit karena
banyak hal yang harus kamu hafalkan.
Sistem bilangan
Pada sistem
bilangan bahasa Jepang, angka dibagi menjadi kelompok 4 digit. Jadi bilangan
seperti 10.000.000 (sepuluh juta) sebetulnya dibaca sebagai 1000.0000 (seribu
puluh-ribu). Hanya saja, karena pengaruh dunia barat angka selalu ditulis
dengan pengelompokan 3 digit gaya barat. Tapi ingat, dalam membaca kamu harus
memecah-mecahnya menjadi kelompok 4 digit. Satu hal tambahan yang perlu kamu
ingat adalah bahwa seperti gaya menulis barat, pemisah ribuan ditulis dengan
koma (,) dan pemisah desimal ditulis dengan titik (.). Ini kebalikan dari cara
penulisan di bahasa Indonesia. Jadi 1.000,25 (seribu koma dua lima) di bahasa
Jepang ditulis sebagai 1,000.25. Untuk selanjutnya kita akan menggunakan gaya
penulisan barat/Jepang. Ini adalah 10 angka pertama:
Angka 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
漢字 一 二 三 四 五 六 七 八 九 十
ひらがな いち に さん し/よん ご ろく しち/なな はち きゅう じゅう
Sebagaimana tertulis, 4 bisa dibaca 「し」 maupun 「よん」 dan 7 bisa dibaca 「しち」 maupun 「なな」.
Pada dasarnya, keduanya sama-sama bisa digunakan sampai 10. Tapi, di atas
sepuluh, cara membacanya hampir selalu 「よん」
dan 「なな」. Secara umum, 「よん」 dan 「なな」 lebih sering dipakai
dibanding 「し」 dan 「しち」
pada sebagian besar kasus.
Kamu bisa menghitung dari 1 sampai 99 hanya dengan
sepuluh angka tersebut. Bahasa Jepang dalam hal ini lebih mudah dibanding
bahasa Indonesia sebab tidak ada perkecualian seperti "lima belas".
Di bahasa Jepang, kamu membacanya sebagai "sepuluh lima".
(1) 三十一 (さんじゅういち) = 31
(2) 五十四 (ごじゅうよん)= 54
(3) 七十七 (ななじゅうなな)= 77
(4) 二十 (にじゅう) = 20
Perhatikan bahwa bilangan selalu ditulis menggunakan
kanji seperti 十二 atau angka seperti 12 karena
hiragananya akan menjadi panjang dan susah dipahami.
Bilangan di atas 99
Inilah
bilangan-bilangan yang lebih besar: Angka 100 1,000 10,000 10^8 10^12
漢字 百 千 万 億 兆
ひらがな ひゃく せん まん おく ちょう
Perhatikan bahwa bilangannya melompat 4 digit dari 10^4
menjadi 10^8 pada perubahan 万 ke 億. Ini karena di Jepang memang pembagiannya berbasis 4
digit. Setelah kamu mencapai 1万 (10,000), kamu memulai
lagi sampai mencapai 9,999万, yang pada akhirnya
menjadi 1億 (100,000,000). Ngomong-ngomong, 百 adalah 100 dan 千
adalah 1,000, tapi untuk satuan di atasnya kamu perlu menempelkan 1 sebelum
satuannya, misalnya 一万 (10^4)、一億 (10^8)、 dan 一兆 (10^12).
Sekarang kamu bisa menghitung sampai
9,999,999,999,999,999 atau misalnya 9,999兆
dengan merantai angka-angkanya seperti sebelumnya. Tapi di sini muncul satu
masalah. Coba mengatakan 「いちちょう」 、「ろくひゃく」、「さんせん」 dengan sangat cepat. Kamu akan sadar bahwa
itu susah dilakukan karena suara konsonan yang mirip muncul berulang. Oleh
karenanya, orang Jepang pada akhirnya mengucapkannya sebagai 「いっちょう」、 「ろっぴゃく」、dan 「さんぜん」 untuk meminimalisir gerakan mulut. Kita telah
membahas perubahan suara seperti ini di akhir bab Kanji. Sayangnya, bagi kita
hal ini malah membuat kita lebih susah untuk mengingat kapan harus membaca yang
mana. Inilah daftar semua perubahan suara yang ada: Numerals 漢字 ひらがな
300 三百 さんびゃく
600 六百 ろっぴゃく
800 八百 はっぴゃく
3000 三千 さんぜん
8000 八千 はっせん
10^12 一兆 いっちょう
(1) 四万三千七十六 (よんまんさんぜんななじゅうろく)
= 43,076
(2) 七億六百二十四万九千二百二十二 (ななおくろっぴゃくにじゅうよんまんきゅうせんにひゃくにじゅうに) = 706,249,222
(3) 五百兆二万一 (ごひゃくちょうにまんいち) = 500,000,000,020,001
Ingat bahwa pada umumnya, bilangan-bilangan besar ditulis
menggunakan angka karena pada kasus tersebut penulisan kanjinya menjadi semakin
susah untuk dipahami.
Kamu mungkin bertanya-tanya bagaimana cara mengucapkan
angka yang lebih besar lagi, tapi pada kenyataannya kamu akan jarang
menggunakan 「億」 apalagi 「兆」.
Saya bisa menjamin bahwa kamu tidak perlu tahu lanjutannya, tapi kalau yang
penasaran silahkan lihat daftarnya.
Bilangan yang lebih kecil dari 1
Nol di bahasa
Jepang adalah 「零」 tapi 「ゼロ」
atau 「マル」 lebih umum di zaman modern
sekarang. Tidak ada cara membaca khusus untuk bilangan desimal. Kamu cukup
mengatakan 「点」 untuk titiknya dan setelahnya
membaca angka yang muncul satu per satu. Ini contohnya:
(1) 0.0021 - ゼロ、点、ゼロ、ゼロ、二、一。
Untuk bilangan negatif, semuanya sama seperti bilangan
positif namun kamu perlu mengawalinya dengan 「マイナス」.
(1) マイナス二十九 = -29
Menghitung dan
pencacah
Nah, di sinilah
kita masuk ke bagian yang paling menyenangkan (baca: menyengsarakan). Saat kamu
berurusan dengan bilangan secara abstrak, segala sesuatunya seperti yang kamu
harapkan: 一、二、三、 dan seterusnya. Tetapi kalau
kamu mau menghitung jumlah benda tertentu, kamu harus menggunakan apa yang
disebut pencacah yang bergantung pada benda yang sedang dihitung. Terlebih
lagi, banyak perubahan suara sebagaimana pada kasus 六百.
Pencacah tersebut biasanya adalah satu huruf kanji yang seringkali memiliki
bacaan khusus saat digunakan sebagai pencacah. Pertama, mari kita pelajari
pencacah untuk tanggal.
Tanggal
Untuk tahun,
caranya sangat mudah. Kamu tinggal mengucapkan angkanya lalu menambah 「年」 yang dibaca sebagai 「ねん」.
Contohnya, tahun 2003 menjadi 2003年 (にせんさんねん). Yang perlu diingat adalah bahwa ada kalender lain
yang berlaku di Jepang yang angka tahunnya mengulang lagi dari awal setiap kali
kaisar baru naik tahta. Tahun seperti ini diawali dengan nama eranya. Sebagai
contoh tahun ini adalah 平成22年. Saya lahir tahun 1981 yang sama dengan 昭和56年 (Era Showa berlangsung
dari 1926 sampai 1989). Kamu mungkin beranggapan bahwa kamu tidak perlu tahu
semua ini, tapi kalau di Jepang kamu perlu mengisi-isi formulir maka umumnya
kamu perlu menuliskannya dalam penanggalan barat dan juga penanggalan Jepang (和暦). Jadi silahkan gunakan situs pengkonversi ini jika
dibutuhkan.
Mengucapkan nama-nama bulan sebetulnya lebih mudah
dibandingkan dengan bahasa Indonesia, sebab yang perlu kamu lakukan hanyalah
menuliskan angkanya (baik dengan angka maupun kanji) dan menambahkan 「月」 yang dibaca 「がつ」.
Namun perhatikan bahwa April (4月), Juli (7月), dan September (9月)
dibaca masing-masing 「しがつ」、 「しちがつ」、dan 「くがつ」.
Akhirnya kita masuk ke hari-hari dalam satu bulan yang
mulai membuat pusing kepala. Hari pertama suatu bulan dinamakan 「ついたち」 (一日); berbeda dengan 「いちにち」 (一日), yang berarti "satu hari". Selain ini
dan beberapa perkecualian lain yang akan kita bahas sebentar lagi, kamu tinggal
mengatakan angkanya dan menambahkan 「日」
yang dalam kasus ini dibaca 「にち」. Sebagai contoh,
tanggal 26 menjadi 26日 (にじゅうろくにち).
Cukup mudah, hanya saja, untuk 10 hari pertama, hari ke-14, 19, 20, dan 29,
kamu harus menghafalkan bacaan khususnya. Kalau kamu benci menghafal, kamu
harus berusaha lebih keras di sini. Perhatikan bahwa kanjinya tetap namun
bacaannya berubah. Tanggal ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 19 20 24 29
漢
字 一
日 二
日 三
日 四
日 五
日 六
日 七
日 八
日 九
日 十
日 十
四
日 十
九
日 二
十
日 二
十
四
日 二
十
九
日
ひ
ら
が
な つ
い
た
ち ふ
つ
か み
っ
か よ
っ
か い
つ
か む
い
か な
の
か よ
う
か こ
こ
の
か と
お
か じ
ゅ
う
よ
っ
か じ
ゅ
う
く
に
ち は
つ
か に
じ
ゅ
う
よ
っ
か に
じ
ゅ
う
く
に
ち
Di Jepang, format penulisan tanggal lengkap mengikuti
format tanggal internasional yaitu: XXXX年YY月ZZ日. Sebagai contoh adalah:
2003年12月 2日
Waktu
Sekarang kita akan
belajar cara mengatakan waktu. Jam disebutkan dengan mengatakan angkanya dan
diikuti 「時」 yang pada kasus ini dibaca 「じ」. Inilah daftar perkecualian yang perlu kamu perhatikan.
Indonesia jam 4 jam 7 jam 9
漢字 四時 七時 九時
ひらがな よじ しちじ くじ
Apakah kamu mulai
sadar bahwa angka 4, 7, dan 9 terus-menerus membuat masalah? Ya, dan terkadang
kamu juga perlu berhati-hati dengan 1, 6, dan 8.
Menit ditandai dengan 「分」
yang umumnya dibaca 「ふん」 namun memiliki
perkecualian berikut: Indonesia 1
menit 3 menit 4 menit 6
menit 8 menit 10 menit
漢字 一分 三分 四分 六分 八分 十分
ひらがな いっぷん さんぷん よんぷん ろっぷん はっぷん じゅっぷん
Untuk angka yang lebih besar, kamu menggunakan bacaan
normal untuk digit atasnya dan menggunakan bacaan yang telah dijelaskan di atas
untuk bagian 1 sampai 10 di akhirnya. Sebagai contoh, 24 menit adalah 「にじゅうよんぷん」 (二十四分) dan 30 menit adalah
「さんじゅっぷん」 (三十分).
Ada juga bacaan yang lebih jarang namun bisa ditemui juga misalnya 「はちふん」 untuk 「八分」
dan 「じっぷん」 untuk 「十分」
(yang ini hampir tidak pernah dipakai).
Cara menyebutkan detik adalah angkanya ditambah 「秒」, yang dibaca 「びょう」.
Tidak ada perkecualian di sini.
Beberapa contoh waktu:
(1) 1時24分(いちじ・にじゅうよんぷん) - 1:24
(2) 午後4時10分
(ごご・よじ・じゅっぷん) - 4:10 Sore
(3) 午前9時16分
(ごぜん・くじ・じゅうろっぷん) - 9:16 Pagi
(4) 13時16分 (じゅうさんじ・じゅうろっぷん)
- 13:16
(5) 2時18分13秒
(にじ・じゅうはっぷん・じゅうさんびょう) - 2:18:13
Selang waktu
Nah lo! Pasti kamu
mengira bahwa urusan waktu sudah selesai. Tapi sebetulnya masih belum! Kalau
sebelumnya kita membahas satu titik waktu, sekarang kita akan belajar selang
waktu, hari, bulan, dan tahun. Pencacah dasar untuk selang waktu adalah 「間」, yang dibaca 「かん」.
Kamu bisa menempelkannya ke akhir jam, hari, minggu, dan tahun. Menit (pada
umumnya) dan detik tidak memerlukan pencacah ini dan bulan memiliki cara kerja
berbeda yang akan kita bahas berikutnya.
(1) 二時間四十分 (にじかん・よんじゅっぷん) - 2 jam 40 menit (bedakan dengan "jam
2:40")
(2) 二十日間 (はつかかん) - 20 hari (bedakan dengan "tanggal 20")
(3) 十五日間 (じゅうごにちかん) - 15 hari
(4) 二年間 (にねんかん) - dua tahun
(5) 三週間 (さんしゅうかん) - tiga minggu
(6) 一日 (いちにち) - 1 hari
Seperti telah disebutkan sebelumnya, selang waktu satu
hari adalah 「一日」 (いちにち)
yang berbeda dengan tanggal 1 suatu bulan: 「ついたち」.
Pengucapan yang
perlu diperhatikan saat menghitung minggu adalah satu minggu: 「一週間」 (いっしゅうかん) dan 8 minggu: 「八週間」 (はっしゅうかん).
Untuk menghitung jumlah bulan, kamu tinggal menggunakan
angka biasanya lalu menambahkan 「か」
dan 「月」 yang di sini dibaca sebagai 「げつ」 dan bukan 「がつ」.
「か」 yang digunakan di sini biasanya
ditulis dengan katakana kecil 「ヶ」 yang sebetulnya
membingungkan sebab di sini cara membacanya adalah 「か」
dan bukan 「け」. Katakana kecil 「ヶ」 sama sekali berbeda dengan katakana normal 「ケ」, karena sebenarnya dia adalah singkatan penulisan kanji
「箇」, kanji yang aslinya digunakan
dalam menghitung bulan. Katakana kecil 「ヶ」
ini juga digunakan di beberapa nama tempat misalnya 「千駄ヶ谷」
dan juga pada pencacah lain, misalnya pencacah lokasi yang akan dibahas
belakangan.
Dalam menghitung bulan, perhatikan perubahan suara
berikut:Indonesia 1 bulan 6 bulan 10
bulan
漢字 一ヶ月 六ヶ月 十ヶ月
ひらがな いっかげつ ろっかげつ じゅっかげつ
Seperti menit, angka yang lebih besar dari 10 mengulang
lagi penggunaan suara untuk 1 sampai 10.
(1) 十一ヶ月 (じゅういっかげつ) - 11 bulan
(2) 二十ヶ月 (にじゅっかげつ) - 12 bulan
(3) 三十三ヶ月 (さんじゅうさんかげつ) - 33 bulan
Pencacah lain
Kita akan melihat
beberapa pencacah yang paling umum agar kamu paham bagaimana caranya bekerja.
Semoga dari titik awal ini, kamu bisa belajar sendiri pencacah lain yang kamu
temui karena jumlahnya terlalu banyak untuk dimuat semua di sini. Hal yang
perlu diingat adalah bahwa menggunakan pencacah yang salah menghasilkan kalimat
yang salah dari segi tata bahasa. Coba saja bayangkan misalnya "dua lembar
murid" di bahasa Indonesia (yang benar itu "dua orang murid"!).
Di bahasa Jepang juga kamu harus menggunakan pencacah orang saat menghitung
orang, pencacah kertas saat menghitung kertas, dan sebagainya. Walaupun begitu,
di saat bingung atau terdesak kamu bisa menggunakan pencacah umum sebagai ganti
dari pencacah yang tidak kamu ketahui. Inilah beberapa pencacah yang ada:
日本語 Kasus penggunaan
人 Untuk menghitung jumlah orang
本 Untuk menghitung benda berbentuk silinder panjang seperti
botol atau sumpit
枚 Untuk menghitung benda tipis seperti kertas atau baju
冊 Untuk menghitung benda seperti buku
匹 Untuk menghitung binatang kecil seperti kucing dan anjing
歳 Untuk menghitung umur makhluk hidup seperti orang
個 Untuk menghitung benda kecil (umumnya bulat)
回 Untuk menghitung jumlah kejadian (sekali, dua kali, dsb.)
ヶ所(箇所) Untuk menghitung jumlah lokasi
つ Untuk menghitung benda umum yang tidak memiliki pencacah
atau yang pencacahnya sangat langka
Menghitung 1 sampai 10 (variasi yang lain mungkin ada) 人 本 枚 冊 匹 歳 個 回 ヶ所(箇所) つ
1 ひとり いっぽん いちまい いっさつ いっぴき いっさい いっこ いっかい いっかしょ ひとつ
2 ふたり にほん にまい にさつ にひき にさい にこ にかい にかしょ ふたつ
3 さんにん さんぼん さんまい さんさつ さんびき さんさい さんこ さんかい さんかしょ みっつ
4 よにん よんほん よんまい よんさつ よんひき よんさい よんこ よんかい よんかしょ よっつ
5 ごにん ごほん ごまい ごさつ ごひき ごさい ごこ ごかい ごかしょ いつつ
6 ろくにん ろっぽん ろくまい ろくさつ ろっぴき ろくさい ろっこ ろっかい ろっかしょ むっつ
7 しちにん ななほん ななまい ななさつ ななひき ななさい ななこ ななかい ななかしょ ななつ
8 はちにん はちほん はちまい はっさつ はっぴき はっさい はっこ はちかい はっかしょ やっつ
9 きゅうにん きゅうほん きゅうまい きゅうさつ きゅうひき きゅうさい きゅうこ きゅうかい きゅうかしょ ここのつ
10 じゅうにん じゅっぽん じゅうまい じゅっさつ じゅっぴき じゅっさい じゅっこ じゅっかい じゅっかしょ とお
Perubahan suara yang ada ditandai. Kamu tidak menghitung
0 karena tidak ada bendanya untuk dihitung. Untuk kasus tersebut kamu tinggal
menggunakan 「ない」 atau 「いない」.
Tabel di atas ditulis dengan hiragana, namun tentunya yang umum adalah
menggunakan angka atau kanji angka lalu diikuti kanji pencacahnya.
Perkecualiannya adalah 「とお」 yang ditulis 「十」.
Untuk angka yang lebih besar, seperti yang sudah kamu
duga ucapan untuk digit besarnya tidak memiliki perkecualian dan untuk ucapan
digit terakhir kamu menggunakan bacaan untuk 1 sampai 10 pada tabel atas.
Perkecualiannya hanyalah 「一人」 dan 「二人」 yang bacaannya berubah menjadi beraturan yaitu 「いち」 dan 「に」 untuk orang di atas
10. Jadi 「一人」 adalah 「ひとり」
tapi 「11人」
dibaca 「じゅういちにん」. Lalu pencacah umum 「~つ」 hanya berlaku sampai 10 benda. Di atasnya, kamu hanya
perlu menyebutkan angkanya tanpa perlu pencacah apapun.
Catatan: Pencacah umur seringkali ditulis 「才」 untuk mereka yang malas menulis kanji benarnya yang
lebih rumit. Lalu, umur 20 tahun biasanya dibaca 「はたち」
dan bukan 「にじゅっさい」.
Menggunakan 「目」
untuk menyatakan urutan
Kamu bisa
menempelkan 「目」 (dibaca 「め」)
ke berbagai mencacah untuk menyatakan urutan. Ini akan mengubah "4 ekor
kucing" menjadi "kucing yang ke-4" misalnya. Contoh yang paling
umum adalah penggunaannya pada pencacah 「番」.
Sebagai contoh, 「一番」 yang berarti
"nomor satu" (yang terbaik) berubah menjadi "yang pertama"
(misal "yang pertama kali maju") kalau kamu menambahkan 「目」 (一番目). Dengan cara yang
sama, 「一回目」 adalah pertama kali, 「二回目」 adalah kedua kali, 「四人目」
adalah orang keempat, dan sebagainya.
_________________Good
luck_________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar